Sunday, June 1, 2014

(POLITIK ADU DOMBA?) "KADO KEBRUTALAN HUT PANCASILA"



(Image source: lkis.or.id)

Blogspot. Baru saja melihat berita KompasTV, di Sleman, Yogyakarta, ada perusakan Rumah Ibadah oleh sekelompok orang yang semacam “bercadar” dan ada yang memakai kopiah, dan terus terang itu adalah menyiratkan sekelompok penganut agama tertentu yang sangat kasat mata perterjemahannya. Setidaknya banyak orang awam yang akan ber-persepsi begitu.

Yang paling ngenes adalah, begitu banyak aparat keamanan yang ada hanya menonton saja. Salahkah kalau banyak yang beranggapan bahwa Negara atau Pemerintah setidaknya “membiarkan” kalau tidak boleh dibilang “merestui”? Atau Pemerintah memang begitu tidak berdayanya? Atau harus dilakukan penanganan persuasif untuk tindakan distruktif semacam itu? Kalau semuanya dibiarkan dan sepintas saya tidak melihat ada yang ditangkap, lalu dikemudian hari ada yang mempertanyakan, bagaimana mengusutnya?  Ah ….. begitu banyak tanda tanya itu, inikah kado peringatan Hari Kelahiran Pancasila pada hari ini? Sepertinya saya kok harus tetap yakin untuk kali inipun semuanya itu akan diserahkan “Sang Waktu” yang diberi tugas untuk perlahan-lahan melupakannya.


Lalu kalau ada pidato kenegaraan, digambarkan betapa Pemerintah telah menjaga keamanan Negara, dan menjaga tolerensi semua warganya. Apakah itu yang mau tidak mau “harus mau” diterima sebagai pihak minoritas?  Dan sesungguhnya, kalau menurut penilaian saya, Negara justru menanam “api dalam sekam” kemasyarakatnya. Pembiaran menimbulkan rasa ketidak adilan, dan ketidak adilan itulah yang menanamkan rasa hilangnya pesaudaraan yang sesungguhnya.


Sepintas dalam berita tadi disinggung karena rumah ibadah tersebut tidak ada ijinnya. Benar atau tidak tentang ijin tersebut, tidak seharusnya “oknum” menghakimi sendiri. Dan kembali saya mempertanyakan kalau toh akhirnya seperti biasa akan dilempar ke oknum, kenapa tidak dilakukan pencegahan apapun oleh aparat penegak hukumnya? Bukankah untuk membuktikan supaya agama tertentu tidak dicurigai, selayaknya “oknum-oknum” perusak tersebut ditangkap, atau memang sengaja supaya tersembunyi dibalik nama OKNUM saja untuk melindungi?


Apakah kekerasan itu juga berkaitan dengan kekerasan yang diterima wartawan KompasTV sehari sebelumnya, dan juga beberapa warga yang dianiaya. (Di Yogyakarta juga). Ayo kita tunggu penyelesaiannya, tapi jangan terlalu mengharap supaya tidak terlalu kecewa. Atau untuk kali ini punya alasan khusus, “biar saja nanti diusut oleh Presiden baru”? (SPMC SW, Juni 2014)
.

———————–
.
SENSITIF || DEMO TOLAK PEMBANGUNAN GEREJA DI TANGERANG
.

 http://t.co/T6teWW2Eet
.
————————

No comments:

Post a Comment