Sunday, January 29, 2017

KEBANGETAN! ~ LEBIH 400T ANGGARAN PER TAHUN MASIH AJA NGEMIS?

KEBANGETAN! ~ LEBIH 400T ANGGARAN PER TAHUN MASIH AJA NGEMIS?
.
Opini Sosial ala #SPMC Suhindro Wibisono
.
.
KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA, itulah bunyi sila kelima dari Pancasila yang adalah pedoman bernegara dan berbangsa kita sebagai satu kesatuan dari NKRI.
.
Itu saya copas ulang paragraf awal dari judul artikel "KEADILAN SOSIAL BUKAN PASTI KOMUNIS" yang pernah saya tulis 5 Januari 2017 lalu, penasaran ingin saya bahas lagi.
.
Karena menurut saya, Negara harusnya sudah bisa memulai mewujudkannya setahap demi setahap bunyi sila kelima itu, dan hal itu ternyata juga sangat ditentukan oleh pemimpin negara (Presiden). Sama seperti pemerintah memutuskan harga BBM sama di Papua dan di Jawa. Kebijakan semacam itulah yang bermuatan KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA.
.
Pak Presiden, jika sudah dianggarkan bahwa 20 persen dari APBN untuk pendidikan, dan kita anggap saja APBN-nya 2000T, maka itu artinya seperlimanya, sekitar 400T setiap tahunnya. Dan itu bukan angka yang sedikit, seharusnya menurut rasa saya uang itu cukup untuk MEWAJIBKAN seluruh anak Indonesia bersekolah minimal sampai SLTA/SMU/SMK.
.
WAJIB belajar itu sudah sangat umum dan sudah sangat lama dilakukan oleh banyak negara, karena memang itulah jalan paling rasional untuk mengangkat derajat hidup seluruh rakyat, untuk memajukan bangsa dan negara.
.
JADI KALAU BENAR 20% APBN "sudah" dianggarkan untuk pendidikan, dan masih terdengar suara-suara sumbang tentang kondisi buruknya gedung sekolah, gaji guru yang masih dibawah UMR, saya curiga ada masalah di pengelolaan anggaran untuk pendidikan tersebut.
.
Stoplah kebijakan untuk meminta sumbangan apapun dalihnya, apalagi kalau dikaitkan dengan pungutan sumbangan sukarela sehubungan dengan penerimaan murid baru, karena hal itu rawan penyelewengan, dan seolah memberi kesempatan untuk para guru (kepala sekolah) korupsi.
.
Hitungan kasarnya gini, ada sekitar 1.765.ribu sekian guru di Indonesia, anggaplah 2 juta guru, kepala sekolahnya kita anggap 10 persennya, maka ada 200 ribu. Secara kasar dan ngawur kita anggap kalkulasi gajinya setiap tahun adalah,

Guru
1.800.000 x 5 juta x 12 = 108.000.000.000.000,- (108T)

Kep Sek
200.000 X 10 juta x 12 =
24.000.000.000.000,- (24T)

Untuk gaji 2 juta guru tiap tahun 132T (108+24), itu kita sudah anggap gurunya ada 2 juta, tarohlah penggajiannya tidak bisa diseragamkan gitu, maka kita anggap saja 150T untuk gaji semua guru. Dan itu artinya masih ada dikisaran 250T untuk biaya pendidikan dan perawatan gedung setiap tahunnya. Jika dikelola dengan benar dan tidak ada penyelewengan, perkiraan saya cukup, bahkan untuk membuat sekolah-sekolah baru. Apalagi itu adalah dana yang akan didapat setiap tahun.
.
Jadi tidak perlu lagi membuat KIP (Kartu Indonesia Pintar) pak Presiden, tapi justru WAJIB belajar, wajib belajar itu maknanya adalah jika ada anak usia sekolah tapi anak tersebut tidak disekolahkan oleh orang tuanya, maka orang tua anak tersebut justru harus dikenakan hukuman badan!
.
Jumlah anak usia sekolah ada dikisaran 58 juta, anggaplah 50 juta yang harus dibiayai oleh negara, karena sisanya mereka sekolah disekolah swasta yang tidak wajib dibiayai negara. Dan mengelola kebutuhan 50 juta anak, itu memang bukan hal yang simpel, tapi juga sekaligus menciptakan peluang untuk membangun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) baru, seperti misalnya, membuat pabrik kain sendiri, membuat pabrik sepatu sendiri, membuat percetakan buku sendiri, dengan begitu justru bisa menghemat biaya karena seragam sekolah dan sepatu, maupun buku bisa diadakan sendiri oleh negara. Karena jumlah pasti 50 juta pelanggan itu, justru itulah kepastian pekerjaan untuk pabrik-pabrik itu dapat bekerja sepanjang tahun, bukan hanya permusim jelang kenaikan sekolah saja.
.
Beli atau bikin pabrik kain saya rasa tidak lebih dari 1T termasuk konfeksinya (tukang jahit), untuk bikin pabrik sepatu dan percetakan, saya pikir cukuplah @0,5T. Jadi jangan kasih lagi anak-anak uang, tapi bebaskan saja semua biaya, ambil buku gratis setiap tahun ajaran baru juga setiap awal semester disekolah masing-masing. Begitu juga dengan seragam baru dan sepatu baru untuk setiap awal tahun ajaran baru, kasih juga tas sekolah dari kain setiap ajaran baru .....
.
Kalkulasi kira-kiranya adalah :
.
Seragam sekolah per siswa tiap semester (6 bulan)
.
3 baju putih,
2 celana (hitam & biru)
1 set pakaian OR
1 set pakaian pramuka
1 tas sekolah kain (1X setahun)
.
Untuk semua itu, harga pabrik perkiraan saya tidak lebih dari 200 ribu. Jadi 50 juta x 200 ribu = 10.000.000.000.000,- (10T). Untuk 1 tahun jadi X 2 = 20T
.
Sepatu @100 Ribu. 50 juta X 100 ribu = 5 T. Untuk 1 tahun jadi X 2 = 10T
.
Ngawurnya anggap saja buku setiap semester plus alat tulis adalah 250rb per siswa per semester (ingat harga pabrik), artinya 50jt x 250rb = 12.500.000.000.000,- untuk 1 tahun jadi X 2 = 25T
.
Biaya listrik sekolah, buat laboratorium komputer sebelum mampu memberikan hak pakai untuk seluruh siswa, dan lain-lain, dan lain-lain, dan lain-lain, jika benar anggarannya sudah 20 persen dari APBN, saya hakul yakin mencukupi uang tersebut untuk WAJIB sekolah bagi seluruh anak Indonesia.
.
Jadi PEMDA tidak perlu lagi membiayai anak sekolah, biar pemda memberi bea siswa untuk penduduknya yang kuliah saja.
.
Itulah salah satu implementasi KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA ala saya agar negara ini segera sejahtera dan maju. Dan ternyata Presiden juga sangat menentukan untuk bangsa dan negara, jadi tidak salah jika pemilihan presiden itu sangat penting maknanya. MAAF KALAU SALAH DATA. (#SPMCSW, Minggu, 29 Januari 2017)
.
.
Sumber gambar:
LBH Jakarta

.
.
.

CATATAN:
Tadi untuk buat pabrik kain, konfeksi (tukang jahit), pabrik sepatu, percetakan, hanya butuh total 2T, anggaplah 5T
.
Pengeluaran Rutin per tahun:

Gaji guru ± 150T
Seragam ± 20T
Sepatu ± 10 T
Buku & Alat Tulis ± 25T

Total pengeluaran Rutin sebelum biaya operasional sekolah adalah 205T.
.
Perkiraan saya, walau belum memasukkan biaya operasional dan biaya perawatan sekolah, seharusnya kalau 20% dari APBN semestinya jauh dari cukup untuk WAJIB sekolah bagi seluruh rakyat pada usia sekolah.
.
Bahkan kalau mau kasih makanan sehat (tambahan) bagi seluruh siswa juga masih bisa. Misalnya tiap hari 1 telor ayam rebus, itu tidak lebih dari @2rb, ditambah kolak/bubur kacang hijau/bubur ketan hitam/buah pisang itu juga tidak lebih dari @3rb, jadi total perharinya @5rb
.
1 tahun = 52 Minggu, aktif masa sekolah dipotong semua liburan "sekitar" 40 minggu x 5 hari sekolah = 200 hari, jadi 200 x 5rb x 50jt = 50.000.000.000.000 (50T)
.
Jadi menurut saya, masalahnya ada di pengelolaannya saja, mungkin banyak bocornya. Korupsi adalah akar masalah paling krusial di negeri ini, jalas sangat menghambat kemajuan bangsa, hayo Pak Presiden, pilih orang hebat yang tidak korupsi untuk menangani alokasi 20 persen anggaran pendidikan, sayang sekali potensi didepan mata dan semuanya sudah ada ditangan justru tidak terasa dan masih banyak dikeluhkan rakyat. (SW)
.
.

Saturday, January 28, 2017

"AWAS TERSESAT DOKTRINMU SENDIRI"

"AWAS TERSESAT DOKTRINMU SENDIRI"
.
Opini Sensi ala #SPMC Suhindro Wibisono.
.
Ketika Anda jumpa Tuhan, itulah mujizat, karena sangat sedikit manusia yang bisa jumpa Tuhan walau mengakui Tuhan selalu bersamanya? Ketika kemaren itu saya nonton video dari YouTube dengan judul "Kesaksian Dini seorang muslim bertemu Yesus saat sholat tahajud”, lalu juga ada video-video lain yang inti ceritanya serupa dengan cerita Dini, dan semuanya menarik karena utamanya terjadi oleh mereka yang seiman dengan Dini, bahkan ada yang jumpa Yesus di tempat sucinya sana.
.
Lalu setelah menonton video-video kesaksian semacam itu, saya juga nyeleneh mikirnya gini, bukankah selama ini tertanam doktrin dibenak Dini (juga yang lainnya) bahwa TUHANNYA TIDAK BOLEH DISERUPAKAN OLEH APAPUN? Jadi andai Dini dan saudara seimannya itu sebetulnya memang dijumpai oleh Tuhannya yang blom tentu biasa disebut Yesus oleh mereka, tapi karena doktrin itu tadi, maka yang bersangkutan memaknainya sebagai Yesus. Hayo siapa yang salah sebenarnya? Tapi mengingat makna Tuhan adalah Maha Esa, ya sebetulnya juga tidak salah Dini memaknainya sebagai Yesus, hanya saja secara tidak sadar Dini meminjam sebutan yang digunakan oleh ummat agama lain. Dalam bahasa lain, saya ingin menyatakan bahwa sangat mungkin Dini sebetulnya dijumpai oleh Tuhannya, tapi karena doktrin yang tertanam dibenak Dini bahwa Tuhannya tidak bisa disetarakan oleh apapun, dan Tuhannya berupa Dzat, maka otomatis Dini tidak berani menyatakan bahwa dia dijumpai Tuhannya, dan secara reflek otomatis teringat gambar yang salama ini sudah sangat umum, yakni Yesus. Selebihnya lihatlah sendiri, bukankah jurusannya MURTAD?
.
Jadi kalau saya boleh tanya,

APAKAH SALAH TUHANMU PAKAI UJUD TUHAN LAIN DALAM BENAKMU UNTUK DAPAT MENJUMPAIMU? BUKANKAH KAMU SENDIRI YANG MEMBLOKIR TUHANMU UNTUK MENJUMPAIMU?
.
Memang tidak ada yang sempurna didunia ini, termasuk juga doktrin agama, karena memang ayat-ayat yang tertulis dikitab suci itu multi tafsir, dan sangat mungkin tergantung kacamata penafsirnya. Jadi hati-hatilah menyikapi ayat kitab suci Anda, jangan langsung merasa bungah jika ada tertulis di ayat kitab suci Anda seolah menyalahkan keimanan ajaran agama lain. Sangat mungkin justru bumerang untuk Anda sendiri seperti contoh yang saya utarakan pada cerita video-video kesaksian itu bukan?
.
Maka ketika ada yang begitu bungah dan haqul yakin bahwa keimanan ummat agama lain PASTI SALAH karena bunyi ayat kitab sucinya "Tuhan tidak beranak dan diperanakkan", kenapa kalian begitu yakin bahwa bunyi ayat itu pasti menghakimi agama lain? Ingatlah rumus yang sudah berkali-kali saya utarakan baik dalam artikel-artikel maupun tanggapan-tanggapan, bahwa kitab suci agama A itu untuk ummat A, TIDAK untuk ummat agama B/C/D/dstnya ..., juga TIDAK untuk mengadili keimanan maupun mengadili kitab suci agama lain. Dan juga sudah sering saya nyatakan, apapun kitab suci Anda jika bunyi ayatnya tidak bisa ditafsir secara positif, PERCAYALAH, saya kok yakin Anda pada posisi salah tafsir, atau memang jangan-jangan itu memang bukan ayat Tuhan, tapi ayat selundupan.
.
Tuhan TIDAK MUNGKIN mengajarkan permusuhan untuk sesama manusia, karena semua manusia itu ciptaan Tuhan yang sama, TUHAN YANG MAHA ESA. (#SPMCSW, Jumat, 27 Januari 2017)
.
.
Sumber gambar:
Astroshiopedia
.
.
************
.
"Selamat Tahun Baru Imlek (2568)"
Semoga di sepanjang Tahun Ayam yang dimulai besok Sabtu, 28 Januari 2017, kita semua banyak mendapatkan kebahagiaan. Amin.
GBU
.

************

Monday, January 23, 2017

“ISLAMOFOBIA, ISLAM MUDAH DIADU DOMBA”

“ISLAMOFOBIA, ISLAM MUDAH DIADU DOMBA”
.
Opini Sensi versi #SPMC Suhindro Wibisono
.
.
Makna pernyataan berikut banyak bertebaran di dumay:
- Islamofobia di negara muslim terbesar diseluruh dunia
- Sesama Islam mudah diadu domba
- Kenapa Pemerintah tak pernah undang FPI untuk berdialog
- Upaya kriminalisasi terhadap FPI
- Yang resah terhadap FPI bukan rakyat, tapi penguasa
- (Dan mungkin masih buanyak lagi .....)
.
Aneh saja menurut saya pernyataan-pernyataan tersebut, bukankah kenyataannya dipemerintahan saat ini juga mayoritas muslimnya? Bukankah kenyataannya sebelum negara ini merdeka juga penduduknya sudah mayoritas muslim? Bukankah kenyataannya sampai saat inipun mayoritas penduduknya juga masih muslim? Bukankah kenyataannya di dumay beredar video habib menyerang begitu vulgar pemimpin pemerintahan, juga banyak lagi yang bernada seolah tidak menghargai pemerintahan yang sah, lalu kenapa mempertanyakan “Kenapa Pemerintah tak pernah undang FPI untuk berdialog”? Bukankah kenyataannya pemerintahan saat ini sah karena sesuai konstitusi negara, lalu dimana salahnya jika pemerintah tidak mengundang FPI yang sudah sangat nyata tidak mengakui pemerintahan yang sah? Kok seolah mengharap pemerintahan yang sah harus mengemis kepada ormas yang tidak mengakui pemerintahan itu, apa maksudnya ya?
.
Pakailah logika rasional agar tidak mudah diadu domba dengan pernyataan-pernyataan yang terkesan hebat, padahal bermakna sesat. Maka menyikapi pernyataan-pernyataan yang saya kumpulkan dari dumay tersebut, seharusnya dicari akar masalah yang sesungguhnya lalu silahkan renungkan kebenarannya. Dan menurut kacamata saya, begini .....
.
Kalau benar "Islamofobia" saat ini melanda negeri ini, APA SEBABNYA?
Kalau benar "sesama Islam mudah diadu domba" saat ini, APA SEBABNYA?


Monggo dicari sebabnya, dicari akar masalahnya, bukankah sangat simpel sebetulnya? Bukankah kenyataan dari sebelum merdeka sampai saat ini Islam masih mayoritas di negeri ini? Lalu kenapa belakangan ini ada nuansa ISLAMOFOBIA dan ISLAM MUDAH DIADU DOMBA? Bukankah makna pernyataan-pernyataan di dumay itu menyiratkan bahwa artinya Islamofobia dan Islam mudah diadu domba itu adanya baru balakangan ini saja, baru dasa warsa belakangan ini saja? Dan menurut kacamata saya, maaf kalau salah, apakah itu semua bukan karena adanya ormas beringas itu sendiri? Bukankah boleh disimpulkan kenyataan sebelum adanya ormas kotroversi itu tidak ada masalah soal Islamofobia dan Islam mudah diadu domba di negeri ini? Maaf jika saya salah melihat akar masalah, dan silahkan utarakan menurut pendapat pean, karena itu memang hanya sudut pandang kacamata saya yang juga sangat mungkin salah, pan saya bukan ahlinya ..... (#SPMCSW, Minggu, 22 Januari 2017)
.
.
PENTING:
Apapun agama pean, pean-peanlah yang harus ikut menjaganya, dan apapun usaha atau cara pean menjaga agama pean, itu juga merupakan cerminan agama pean. Ketika pean menyalahkan OKNUM untuk menanggapi tuduhan agama teroris, tanpa usaha apapun selebihnya selain melempar pada personal oknum, bukankah terkesan basa-basi jika dibandingkan dengan tuntutan pean terhadap Basuki? Maaf lagi.
.
Jadi ayolah bertingkah polah, berkelakuan, tindak-tanduk layaknya manusia beradap, karena itu lebih efektif menggambarkan siapa pean sebenarnya, termasuk di dalamnya seperti apa agama pean. Dalam “CONTOH” kasus Ahok misalnya, ketika pean rame-rame tereak-tereak “gantung Ahok ; penjarakan Ahok ; bunuh Ahok ; .....” Bahkan gosipnya ada yang sesumbar akan membayar 1M jika ada yang bunuh Ahok, bukan main ..... Apakah itu mencerminkan kedamaian, kesejukaan, kelembutan, welas asih dari agama pean?
.
Maaf lagi, lagi-lagi maaf jika kritikan saya terasa sembilu, saya sesungguhnya mengkhawatirkan negeri ini, menyayangkan kalau harus menjadi banyak negara dan saya melihat justru sangat berpotensi gara-gara agama. Ketika pean-pean ada yang masih berjuang untuk menjadikan negeri ini menjadi negeri berdasar agama, percayalah itu hanya akan membagi-bagi negara ini saja, jadi ketika hal menyuarakan negara berdasar agama itu masih berlanjut dan juga sekaligus tereak-tereak cinta NKRI, sejatinya pean yang melakukan hal itu hanya menipu, entah menipu halusinasi pribadi atau halusinasi menipu seluruh negeri. Memang pean bisa memberi contoh negeri mana yang tentram, damai, makmur, atas dasar negara agama seperti yang pean masih terus perjuangkan untuk terjadi di negeri ini? (SW)
.
.
Sumber gambar:
Kepanen .com

Saturday, January 21, 2017

"MERAWAT PERKAWINAN SAKRAL"

"MERAWAT PERKAWINAN SAKRAL"
.
Opini ala Suhindro Wibisono
.
Ada tertulis "Apa yang telah dipersatukan Tuhan janganlah dipisahkan oleh manusia", maaf jika kurang tepat salinannya, kurang lebih inget saya begitu.
.
Lalu bagaimana mengetahui bahwa itu dipersatukan oleh Tuhan? Itulah misteri abadi kita, karena manusia hanya dapat meramal masa depan dan tidak mengetahui kepastian apa yang akan terjadi.
.
Ketika ada imam menjawab tanya, apakah dia menjadi imam karena panggilan? Saya masih ingat jawabnya kurang lebih gini, tinggal dilihat saja sampai akhir hidup saya nanti, apakah saya akan tetap menjadi imam atau tidak.
.
Dan memperhatikan semuanya itu, saya simpulkan bahwa panggilan, jodoh, dan lain-lain yang mirip begitu-begitu itu, ternyata yang sangat penting adalah PERAWATANNYA.
.
Dalam contoh sebagai imam, tentu saja yang merawat panggilan itu adalah imam itu sendiri, dan dalam perkawainan, tentu saja yang merawat adalah kedua belah pihak yang terlibat perkawinan tersebut. Tapi kedua-dua contoh itu, yang terpenting tentu saja saat memutuskannya. Jika sudah dipikir masak-masak, berulang kali, dari berbagai macam pertimbangan dan RASA hati, maka MERAWAT itu menjadi kewajiban yang sudah memutuskan untuk menjalani pilihannya.
.
Khusus dalam soal dipersatukan atau perkawinan, sangat penting keterbukaan dalam masa penjajakan, pacaran, lalu bila perlu rekamlah kesaksian kalian berdua yang mau menikah, apa tujuan kalian menikah, janji apa yang dapat kalian berikan untuk masing-masing pasangan, janji kejujuran, janji bagaimana jika terjadi perbedaan pendapat, dan lain-lain yang PASTI akan terjadi dalam mengarungi bahtera rumah tangga bersama. Dan menepati komitmen itulah yang terpenting dalam MERAWAT apa yang telah dipersatukan oleh Tuhan bukan? (#SPMCSW, Sabtu, 21 Januari 2017)
.
.
Sumber gambar:
Paling Seru

Friday, January 20, 2017

“SIAPA BILANG TUHAN HANYA ADA SATU DAN SATU-SATUNYA?”

“SIAPA BILANG TUHAN HANYA ADA SATU DAN SATU-SATUNYA?”
.
Opini Sensi Sedikit Risau ala #SPMC Suhindro Wibisono
.
.
Apakah tiap agama punya Tuhan masing-masing? Diskusi yang tidak pernah basi, dan selalu gaduh riuh, yang moderat tentu saja “bisa” menganggap bahwa Tuhan itu Maha Esa, saya tidak tahu apakah itu pendapat terpaksa atau karena tidak ada jalan lain selain menganggap Tuhan Maha Esa. Tapi itu menurut saya pedapat yang paling rasional. Kalau Tuhan lebih dari satu yang berantem tentu Tuhannya sendiri bukan?
.
Menurut rasa saya, yang tidak berani mengakui bahwa Tuhan itu hanya ada satu, mungkin memahami akan berimplikasi Tuhan agama A sama dengan Tuhan agama B, dan seterusnya, karena dibenaknya tertanam bahwa Tuhan yang disembah oleh agama lain dianggapnya bukan Tuhan! Dan itulah akar masalah terdalam yang paling klasik, tapi juga sekaligus bahwa yang bersangkutan sangat mungkin telah mendapat pemahaman tentang agamanya dengan cara instan, cara militan, cara fanatik. Itu jelas belajarnya agama sekaligus disuruh pakai kacamata kuda, takut ummatnya lirik sono lirik sini dan hasilnya pasti ummat yang beringas, yang siap menyalahkan agama lain walau tidak memahami makna keberadaan Tuhan agama yang disalahkan. FANATIK AKUT!
.
Fanatik akut itu ada disemua agama, cirinya kurang rasional dan inkonsisten. Bagaimana tidak dibilang inkonsisten, ketika menyatakan Tuhan itu Maha Esa, tapi juga sekaligus menyatakanTuhan agama lain adalah Tuhan yang lain lagi juga. Padahal itu hanya bungkus untuk menuduh yang disembah agama lain itu bukan Tuhan! Agaknya banyak yang lupa, bahwa agama A itu ya untuk ummat A, agama B untuk ummat B, kitab agama A ya untuk ummat A, bukan untuk ummat B, yang paling miris adalah menyalahkan agama B pakai dalil agama A. BANYAK YANG KEBLINGER.
.
Andai belajar agamanya boleh mempertanyakan segala hal, andai semua kotbah tidak boleh menyinggung agama lain, saya pikir negara ini mungkin akan lebih tentram. Lalu yang jadi masalah adalah, bagaimana jika dikitab agama A juga tertulis tentang ummat agama B? Itu harus ada kesepakatan, boleh membicarakan tapi tidak boleh menyalahkan ummat B. Lalu bagaimana kalau saya ditanya lebih jauh lagi, “bagaimana kalau isi kitabnya memang menyalahkan ummat lain?” Saya memang bingung harus jawab apa, karena saya percaya bahwa ajaran Tuhan yang benar tidak mungkin mengajarkan ummatnya membenci manusia (ummat) lain. ADA YANG TIDAK SETUJU?
.
Hal lain yang ingin saya bahas adalah, ketika pean meyakini agama pean adalah yang paling benar maka dengan begitu pean menjadi ummatnya, ingatlah ummat agama lain juga berpendapat begitu. Tapi jangan lupa, ketika pean TIDAK BISA MEMBUKTIKAN bahwa agama pean terbukti benar, kenapa pean berani menyalahkan ajaran agama lain? Jangan dibantah pakai yang tertulis dikitab ya, karena dikitab mereka yang ingin anda salahkan juga tertulis hal serupa, bahwa ajarannya adalah yang paling benar. Itu artinya ajaran kalian sama-sama bergaransi, tapi bukankah yang paling penting itu bukti dari garansi itu? Lalu bagaimana cara membuktikan garansi agama Anda?
.
Tuhan itu Esa, maknanya Tuhan itu universal, jadi kalau pean menganggap ada Tuhan Hindu, Tuhan Khong Hu Cu, Tuhan Buddha, Tuhan Katolik, Tuhan Kristen, Tuhan Islam, ...... menurut saya (maaf jika pean tidak berkenan), itu adalah tata cara penyembahan/pemujaan saja, karena Tuhan memang Esa. Tapi agar pean paham apa yang saya maksud, kenapa saya menyamakan Tuhan yang dimaksud dari banyak agama itu, saya harus menuliskan rumus bahwa yang saya maksud adalah jika semua ummat dari berbagai agama itu juga menyetujui rumusan saya tentang Tuhan sebagai berikut:
.
(1) Tuhanku adalah Maha Esa, maknanya hanya ada satu dan satu-satunya.
(2) Tuhanku adalah pencipta alam semesta dan pencipta semua kehidupan.

Kalau Tuhanku tidak sama dengan Tuhanmu, tolong sebutkan ciri-ciri Tuhanmu .....
.
Tanpa dua hal penting itu, saya pastikan Tuhan kita beda, tapi kalau dua hal itu juga ciri-ciri Tuhan pean, maka saya nyatakan Tuhan kita sama! (Apapun agama pean!)
.
Kalau pean anggap itu hal umum dari anggapan pean tentang Tuhan di semua agama, saya menyebutnya itu JUSTRU yang paling utama, karena tanpa keutamaan yang saya sebutkan itu, Tuhan jadi tidak dibutuhkan lagi.
.
.
Saya akhiri artikel saya, yang ingin diskusi silahkan, tapi jangan ada caci-maki ya, sebaiknya kalau diskusi tidak menanyakan hal yang sama berulang-ulang, kasihan yang ikut mencermati. (#SPMCSW, Rabu, 18 Januari 2017)
.
.
Sumber gambar:
Stuvia

Tuesday, January 17, 2017

"CARUT-MARUT LOGIKA POLITISI SENAYAN"


"CARUT-MARUT LOGIKA POLITISI SENAYAN"
.
.
Ambisi ditambah egois
Lalu dibungkus rasa logis
Tak merasa walau bengis
.
Itulah para politisi senayan
Tak becus buat aturan
Akibatkan cakar-cakaran
.
Aturan hanya agar selamat
Bukan untuk martabat
Apalagi demi rakyat
.
.
.
.
.
Opini Amatan Berita ala #SPMC Suhindro Wibisono
.
.
Untuk menghemat biaya Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden yang menghabiskan biaya dikisaran 141T, lalu dibuatlah aturan bahwa kedua Pemilu tersebut harus dilaksanakan serentak.
.
Lalu keluarlah keputusan MK bahwa Pileg dan Pilpres harus dilaksanakan serentak di 2019. Karena harus serentak, awalnya doeloe mereka membuat kesepakatan bahwa batasan untuk dapat mencalonkan presiden (presidential threshold) mengikuti perolehan perhitungan parliamentary threshold periode sebelumnya, dalam case yang akan datang ini tentu mengikuti perhitungan 2014. Lalu bagaimana dengan partai baru atau partai lama yang dulu gagal melewati electoral threshold yang baru ikut dan yang ikut lagi, bukankah masih diposisi nol, yang artinya tidak bisa mengusulkan calon presiden? Dan itulah sekarang yang sedang diributkan oleh mereka para politisi yang ngantor digedung DPR itu. Kan harusnya simpel, kalau partai baru atau partai yang memang belum punya kursi DPR/DPRD tidak mau mengikuti aturan yang sudah ditetapkan sebelumnya, ya jangan ikut!
.
Usulan yang sedang gencar saat ini adalah "semua" partai pada Pileg dan Pilpres serentak 2019 diasumsikan posisinya nol, maka dengan kesetaraan seperti itu konsekuensinya semua partai jadi boleh mencalonkan presidennya masing-masing. Sungguh menarik dan masuk akal, semua ada diposisi nol. Menurut saya, hal itu sekaligus menggambarkan bahwa para politisi negeri ini kalau buat UU hanya demi kepentingan sesaatnya saja, alias TIDAK BECUS MEMBUAT UU!
.
Menurut saya lagi, seharusnya Pileg dan Pilpres memang tidak boleh serentak, kenapa harus memaksakan kehendak hanya untuk agar biaya lebih murah kalau memang tidak bisa dilaksanakan? Kalau mau lebih murah, seharusnya Pileg/Pilpres menggunakan sistem IT, komputerisasi, bukankah tinggal njiplak teknologinya USA saja?
.
Memakai patokan hasil Pileg sebelumnya, menurut rasa saya memang tidaklah tepat, justru Pileg itu diadakan bukankah dianggap hasil Pileg sebelumnya dinyatakan sudah menjelang habis masa berlakunya? Demisioner gitulah kira-kira, dan masuk akal kalau semua partai dianggap pada posisi nol. Tapi menurut rasa saya juga tidak tepat bahwa semua partai boleh mengusulkan calon presidennya masing-masing. Karena itu artinya Capres bisa lebih selusin dong? Terus bagaimana aturan pemenang Capres jika ada lebih selusin? Apakah boleh langsung pemenangnya dalam satu putaran saja? Bagaimana kalau pemenangnya tidak ada yang 50 persen plus satu? Tapi hanya beda-beda tipis saja?
.
Jelas mereka membuat aturan terkesan seenaknya saja dan tambal sulam, dulu maunya pakai perhitungan terakhir sebelumnya, sekarang diributkannya sendiri lagi. Gerindra terlihat ngotot mengusulkan semua partai boleh mengusulkan Capresnya masing-masing, sementara juga promosi bahwa menurut survei partainya adalah paling diminati rakyat dan Capresnya juga melebihi inkamben kepopulerannya. Sepertinya karena merasa takut tidak bisa mengajukan Capresnya sendirian dan merasa KMP sudah bubar jalan, maka nekat bersuara bahwa semuanya harus nol dan semua partai peserta boleh mengusulkan Capres, tanpa berpikir panjang bagaimana pelaksanaannya?
.
Sekali lagi saya sependapat bahwa semua partai dianggap nol, karena memang logikanya begitu, karena memang hasil Pileg-lah yang menentukan jumlah perolehan partai-partai dan itu tanpa mempertimbangkan berapa perolehan suara periode sebelumnya. Contohnya partai Demokrat yang pada Pileg terakhir jauh mengkoreksi kenyataan hasil sebelumnya. Jadi tidak ada garansi pemenang Pileg akan menjadi pemenang lagi, atau hanya turun/naik satu tingkat, memang hasil Pileg ada kemungkinan sangat dinamis. Bukan tidak mungkin akan ada kuda hitam, sama seperti Liga Inggris periode lalu yang ternyata jawaranya bukan MU, Chelsea, Man.City, Arsenal, Liverpool seperti yang sering diprediksi orang sebagi big five, juaranya adalah Leicester City, lalu minggu lalu pelatihnya dinobatkan menjadi pelatih terbaik sejagad saat ini.
.
Balik ngomongin ke Pileg dan Pilpres, sekali lagi menurut saya tidak layak diserentakkan, bukan tidak bisa atau tidak mungkin lho ya, hanya sejatinya memang tidak menggambarkan kondisi kekinian, karena bukankah Pilpres diadakan untuk jabatan presiden yang akan datang? Kenapa ukuran/patokannya pakai standard perolehan Pileg periode yang sudah mau game over kalau tidak boleh dibilang harusnya boleh dianggap sudah tutup buku?
.
Dan itu akan berarti tiap partai bukan hanya boleh mengusulkan Capres, tapi juga Cawapres, karena bukankah memang harus paket? Ya sebetulnya partai-partai itu boleh koalisi mencalonkan pasangan Capres/Cawapresnya tapi yang namanya koalisi kan itu tidak bisa dipaksa, apalagi batasan boleh atau tidaknya juga blom ada karena semua dianggap nol, jadi betapa serunya partai-partai itu karena semua merasa macan dan tidak ada yang merasa gurem. Terlebih berdasar pengamatan saya, nama calon presiden yang diusung partai juga sangat menentukan perolehan suara legislatif, dan terus terang waktu pemilu legislatif terakhir itu, saya milih partai karena adanya calon presiden yang ingin saya dukung, saya tidak memilih siapa calon anggota DPR/DPRDnya, TIDAK KENAL!
.
Prediksi saya, kalau Pilpres juga harus bersamaan dengan Pileg, partai-partai mapan akan paling dirugikan, yang terpenting adalah berburu individu Capres, dan itu akan terjadi penjungkir balik'an keadaan saat ini. Bahkan tokoh yang merasa hebat dan sangat populer, jika ada yang berani membiayai untuk bikin partai baru, sangat mungkin akan langsung bisa eksis, apalagi kalau mampu bikin partai sendiri.
.
Partai terlalu banyak sudah sangat jelas justru negara semakin gaduh, tapi kenapa justru tetap dipertahankan? Dengan dalih demokrasi dan persamaan hak, maka pembuatan partai baru seolah haram untuk dilarang, apakah hal itu tidak aneh? Bukankah kenyataannya dibanyak negara demokrasi lain justru hal semacam itu tidak pernah ada? Amerika sudah memutuskan jumlah partai, dan kenyataannya tidak pernah menambah partai baru lagi toh?
.
Kalau mau membatasi partai secara alamiah, seharusnya batas electoral treshold yang dinaikkan, jadikan saja minimal 10 persen, lalu yang mencapai diberi anggaran oleh negara sesuai persentasenya, tapi dengan syarat harus ada audit keuangan secara terbuka dan dilakukan oleh auditor independen. Yang tidak mencapai harus bubar dan tidak boleh koalisi untuk mencapai 10 persen. Silahkan saja membuat partai baru, tapi partai baru tidak mendapat biaya dari pemerintah kecuali partainya bisa lolos batasan 10 persen electoral treshold tadi untuk mendapat biaya operasional sama dengan semua partai lainnya sesuai persentasenya. Kalau berani membatasi begitu, saya pikir jumlah partai paling-paling hanya akan tinggal kisaran 5 saja, dan tidak sembarang orang kaya berani membuat partai baru.
.
Penyatuan Pilpres dan Pileg, perkiraan saya juga memungkinkan terjadi ke mustahilan yang lain lagi, bagaimana jika seandainya suatu partai mengusulkan Capres/Cawapres dan calonnya masuk babak berikutnya, tapi kenyataan partainya tidak lolos electoral treshold? Apa engga runyam kalau itu terjadi? Artinya harus diskualifikasi, padahal bukankah itu sejatinya paslon Capres/Cawapres pilihan rakyat yang sesungguhnya? Jadi jangan paksakan harus bersamaan Pileg dan Pilpres kalau kenyataannya tidak mungkin. Runyam yang lain lagi adalah, bagaimana kalau pemenang pasangan Capresnya ternyata justru dari partai yang sangat gurem, alias partai minoritas? Itu artinya partai tersebut hanya sedikit punya anggota DPR karena blom terjadi koalisi, lalu jika kebijakan presiden selalu ditentang oleh anggota DPR bagaimana pemerintahan bisa berjalan sebagaimana mestinya? Hemmmm ... Politisi kita semakin ngawur kalau menurut kacamata saya, atau saya yang ngawur membuat artikel ini? Maaf kalau gitu. (#SPMCSW, Selasa, 17 Januari 2017)
.
.
Sumber gambar:
Pemilu dan Politik
.
.

Monday, January 9, 2017

"GAJI ISTRI MILIK ISTRI, GAJI SUAMI HAK ISTRI"


"GAJI ISTRI MILIK ISTRI, GAJI SUAMI HAK ISTRI"
.
Opini Ngasal ala #SPMC Suhindro Wibisono
.
.
Saya pernah ikutan tanda tangan saksi perjanjian harta terpisah dalam suatu pernikahan, padahal sebelumnya tidak diinfokan, entah kenapa saya juga termasuk yang ditunjuk, saya tidak tanya. Tentu saja memang itu pernikahan yang masih kerabat saya.
.
PERJANJIAN HARTA TERPISAH, sepertinya sudah bukan barang aneh saat ini, yang "iseng" pingin saya tanya, apakah boleh untuk pernikahan mereka yang muslim? Maaf, saya memang tidak paham, dan memperhatikan trendnya, saya kok menduga harta terpisah sangat mungkin haram, bukankah perjanjian harta terpisah dalam perkawinan adalah produk baru? Dan sepertinya produk kafir lagi ...... Hehehehe ... itulah dasar saya menerka perjanjian pranikah untuk harta terpisah adalah sesuatu yang haram bagi muslim, maaf kalau salah, juga maaf memang saya tidak paham bagaimana pembagian harta bagi muslim jika terjadi perceraian dalam perkawinan.
.
Harta gono-gini adalah harta bersama yang didapat ketika ikatan suami istri itu sudah terjadi dan harusnya dibagi antara suami dan istri jika terjadi perceraian, jadi harta gono-gini tidak membedakan itu hasil kerja suami atau hasil kerja istri, maka jika ada salah satu pasangan (suami atau istri) yang tidak kerja dan terjadi perceraian harusnya juga dapat harta gono-gini itu, kecuali jika dari awal pernikahan ada perjanjian harta terpisah, begitulah "pemahaman lugu ngawur" saya.
.
Apakah perjanjian harta terpisah dalam perkawinan itu etis dan penting? Itulah yang ingin saya tuliskan, karena soal hukumnya saya memang tidak paham sama sekali. Jadi artikel ini bukan patokan atau petunjuk lho ya, saya bukan sarjana hukum, jadi anggaplah ini artikel iseng saja.
.
Jika salah satu dari pasangan melakukan usaha kerja yang penuh resiko, perjanjian harta terpisah mungkin penting, sehingga jika terjadi sesuatu resiko kerugian, maka harta pasangan tidak ikut terjun bebas harus menanggung kerugian pasangannya, artinya justru keuangan keluarga tersebut terselamatkan dari kebangkrutan bukan?
.
Etis atau tidak melakukan perjanjian pra nikah yang biasanya mengatur soal harta masing-masing itu? Itu pertanyaan yang sangat sulit untuk mendapat jawaban yang pas, sama dengan mempertanyakan, apakah perceraian itu etis? Jadi etis atau tidak soal perceraian, bukankah kenyataannya sangat banyak terjadi?
.
Menurut rasa saya, seharusnya perjanjian harta terpisah ya tidak ada masalah, apalagi kalau yang wanita dari keluarga kaya atau sendirinya wanita itu yang kaya, atau setidaknya "menduga" punya masa depan cemerlang dalam karirnya, karena menurut rasa saya, justru dengan adanya perjanjian harta terpisah itu membuktikan bahwa cintanya sang pasangan bukan karena hartanya. Jadi sebetulnya tergantung sudut pandang saja, kalau mau lihat dari sudut positif, harusnya ya tidak ada masalah.
.
Masih menurut rasa saya, perjanjian harta terpisah menyambut ikatan perkawinan bagi dua pribadi yang tidak setara dalam hal harta, seharusnya tidak perlu membuat tersinggung yang merasa miskin, yang penting adalah bagaimana isi detail perjanjian itu.
.
Saya pernah dengar cerita yang lebih membuat geleng-geleng kepala soal etis atau tidaknya menyambut suatu pernikahan, tapi saya tidak bisa membuktikan apakah itu etis atau tidak karena "kebetulan" hasilnya positif. Gini ceritanya, keluarga yang pria sangat kaya, lalu pihak keluarganya (ortu) sikaya, meminta calon menantunya melakukan test kesehatan yang sangat detail, termasuk kemungkinan untuk punya keturunan atau tidak, pokoknya sangat detail lah soal kesehatan sang calon mantu ....., saya dengar ceritanya saja cukup membuat geleng-geleng kepala, dan spontanitas tanya dengan yang cerita, apakah sang pria juga melakukan test kesehatan yang sama? Lalu seandainya ada sedikit masalah tentang kesehatan sang calon mempelai wanita, apa yang akan terjadi dengan relasi mereka? Dan saya tidak mendapatkan jawabnya, karena kenyataannya perkawinan itu tetap berlangsung, yang artinya tidak ada masalah dengan kesehatan calon istri itu bukan? ADAKAH CINTA SEJATI dalam relasi itu?
.
Maka sebaiknya, dalam masa pacaran itu jangan pakai umpet-umpetan data, tanyakan saja hal-hal yang Anda ingin tahu, dan jawablah dengan terbuka dan jujur pertanyaan-pertanyaan itu. Saling terbukalah, dan itulah sebetulnya makna masa pacaran, saling mencocokkan rasa, dan saling memadukan ego apakah kalian sebetulnya bisa saling menerima satu sama lain dalam semua hal? Tapi jangan lupa, tidak ada manusia yang seratus persen klik dengan Anda, jadi kalau itu yang Anda cari, Anda tidak akan menemukannya. Menutupi sifat dengan pamer kebaikan dan selalu bersifat manis dalam pacaran, itu akan membuat kalian terkaget-kaget dikemudian hari, jadi sebaiknya apa adanya sajalah, jujur adalah hal yang sangat penting, menyesal kemudian tidak ada gunanya. Karena sebetulnya perkawinan itu juga ada unsur seperti beli lotre, setelah mengusahakan semuanya, berikutnya ya terima saja apa adanya pasangan Anda, karena memang tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Kalau Anda mendapat pasangan yang kurang sreg menurut rasa Anda, anggaplah itu juga karma Anda, yang artinya Tuhan menghendaki juga hal itu terjadi untuk Anda melihat kedalam diri sendiri, apa saja yang sudah Anda lakukan dalam kehidupan Anda? Bukankah Tuhan itu maha adil? Orang baik akan ketemu dengan orang baik, merasa baik terus merasa dikasih yang tidak baik, sangat mungkin itu salah tolok ukur menilai diri sendiri.
.
TAPI JANGAN NGAWUR PILIH PASANGAN HIDUP, KARENA MEMANG IKATAN PERKAWINAN ITU BUKAN LOTRE BENERAN YANG SEENAKNYA SAJA DIBUANG KESAMPAH JIKA SALAH PILIH. PERKAWINAN ADALAH JUGA MENYATUKAN KELUARGA BESAR MASING-MASING PASANGAN, MAKA HARUSNYA DITARGETKAN UNTUK SEHIDUP SEMATI, KARENA MEMANG ITU MELIBATKAN RASA YANG TIDAK AKAN BISA DIHAPUS SEUMUR HIDUP, MENYAKITI PERASAAN PASANGAN HIDUP JUGA BERARTI MENYAKITI KELUARGA BESARNYA, TERLEBIH MENYAKITI ANAK-ANAK MEREKA SENDIRI JIKA DIMILIKI.
.
Pesan saya sebelum mengakhiri artikel ini, kalau Anda keluarga kaya, bukan sangat kaya raya yang sudah tidak mempedulikan harta, kalau mau belikan anak rumah, sebaiknya belikan saja sebelum anak Anda punya pacar, karena harta gono-gini itu tidak termasuk harta yang sudah dimiliki sebelum pernikahan itu terjadi. Jadi rumah yang Anda belikan untuk anak Anda akan tetap selamat jika terjadi masalah pada kehidupan perkawinan anak Anda, maaf itu hanya sedia hujan sebelum payung (dibalik-balik agar tidak terkesan serius-serius amir boleh ya), bukan maksudnya mengharap kejadian jelek terjadi, sama seperti Anda beli premi asuransi toh? (#SPMCSW, Senin, 9 Januari 2017)
.
.
Sumber gambar:
Portal Unique
.
.
PS.
Maaf kalau judul artikelnya "tidak nyambung", seolah jebakan batman, karena memang judulnya agar menggugah pean untuk mau tahu apa isinya. (SW)

Saturday, January 7, 2017

TOLAK : KIS ; KIP ; KJS ; KJP ; ... ~ TOLAK-TOLAK-TOLAK-TOLAK !

TOLAK KARTU INDONESIA SEHAT
TOLAK KARTU INDONESIA PINTAR
TOLAK KARTU JAKARTA SEHAT
TOLAK KARTU JAKARTA PINTAR
TOLAK - TOLAK - TOLAK - TOLAK !

-------------------------------

Opini Nekat ala #SPMC Suhindro Wibisono
.
.
Kalau tidak salah ingat, ketika Ahok jadi Bapati Belitung pernah membebaskan uang biaya kesehatan, juga uang biaya sekolah, lalu saat ini bukankah sudah ada beberapa Kepala Daerah melakukan hal serupa, termasuk ingat saya Bupati Bantaeng, juga KJS dan KJP untuk DKI, maaf saya tidak hafal/tau Kepala Daerah mana lagi yang membebaskan uang sekolah dan biaya kesehatan warganya, tapi saya yakin itu ada!
.
Masih tentang sila kelima dari Pancasila kita yang adalah juga landasan kita bernegara "KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA", seharusnya kartu Indonesia Pintar dan Indonesia Sehat TIDAK perlu dibuat lagi! Termasuk juga KJS, KJP maupun kartu-kartu serupa yang diterbitkan oleh Kepala Daerah lainnya.
.
Gini maksud saya, seharusnya pemerintah pusat membantu membuatkan gedung sekolahnya juga rumah sakitnya, sedangkan pengoperasiannya, gaji guru untuk sekolahan dan gaji dokter untuk rumah sakit menjadi tanggung jawab APBD daerah setempat. Dan secara teknis detailnya untuk hal-hal lain bisa dirumuskan bagaimana sebaiknya. Tapi harusnya bisa, bukankah buktinya ada kepala daerah yang bisa menggratiskan untuk warganya? Jadi pemerintah pusat bisa membantu bagi daerah yang benar-benar minus, membantu pengaturan penyebaran guru atau dokternya melalui kementrian yang sesuai, termasuk juga distribusi obat-obatan yang dibutuhkan.
.
Tidak harus membuat RS yang terlalu mewah, bila perlu sengaja dibuat satu ruang untuk minimal tiga pasien sampai dengan lima pasien. Inti yang ingin saya sampaikan tentang masalah kesehatan rakyat adalah hapus saja Kartu Sehat, cukup pakai KTP saja, bagi warga negara kalau mau mendapat "gratis" pengobatan standard ya dipersilahkan berobat di wilayah masing-masing atau dimanapun di seluruh Indonesia, asal mau di rumahsakit pemerintah, kalau ingin lebih mewah dan lebih nyaman ya dipersilahkan ke RS swasta dengan berbayar sendiri.
.
Menurut saya sebaiknya pemerintah bisa membuat perusahaan asuransi khusus untuk kesehatan (BUMN), pemegang sahamnya adalah kementrian kesehatan, kementrian sosial, kementrian dalam negeri, semua pemerintahan provinsi (semua gubernur), lalu semua anggaran yang menyangkut kesehatan masyarakat selama ini duitnya dimasukkan kesitu semua. Kalau disumbang dari jatah APBD daerah-daerah yang memang mengalokasikan dana kesehatan warganya, bukankah kira-kira hampir mencukupi dananya? Perusahaan asuransi itu ketika dibuat akan langsung menjadi perusahaan asuransi terbesar didunia, karena langsung punya anggota sekitar 250juta jiwa (rakyat NKRI). Ya, semua warga negara diasuransikan saja DAN GRATIS, kalau asuransi massal semacam itu, biaya iurannya adalah sekitar 250 ribu perjiwa pertahunnya, jadi 250jt X 250rb = 62.500.000.000.000,- (62,5T) per tahun. Garansi perusahaan yang akan dibuat tidak akan rugi ..... Dan pemerintahan akan langsung terkenal di dunia, semoga Pak Jokowi berani mengimplementasikannya. Coba bayangkan betapa besar pengaruhnya dengan kehidupan masyarakat, dan betapa besarnya derap pembangunan RS RS di seluruh pelosok Indonesia, akan menyerap berapa tenaga kerja dokter, perawat dan lain-lain?
.
Tentu saja implementasinya tidak bisa sim-salabim langsung akan “lancar-jaya”, mengingat KIS ; KJS bukankah juga banyak terdapat keluhan-keluhan? Bukankah itu juga bagian dari implementasi sila ke 5 Pancasila kita, kalau tidak berani memulai kapan lagi bisa terlaksana? Kalau "perusahaan" asuransi itu langsung digelontori dana segitu tiap tahunnya (± 62,5T), bukankah bisa langsung membuat RS RS secara bersamaan di seluruh NKRI? Maka dalam waktu sekitar 3 tahun kedepan NKRI adalah negara yang akan diperbincangkan diseluruh belahan dunia, sangat mungkin Presidennya mendapat penghargaan nobel.
.
Kalau ingin menaikkan taraf hidup rakyat, pendidikan adalah salah satu jalan paling rasional. Sama metodenya seperti dengan menangani soal kesehatan, hanya kalau masalah pendidikan jangan membuat perusahaan, tapi Kartu Pintar tidak perlu dibuat, dan semua anak "WAJIB" sekolah di wilayah tinggalnya masing-masing dan GRATIS, wajibnya sampai minimal SLTP, dan gratisnya sampai SLTA, kalau mampu menggratiskan sampai kuliah ya lebih bagus. Jangan anak-anak dikasih ATM untuk beli buku, seragam, dan lain-lain. Setiap tahun seragam dibagikan gratis disekolahnya saja, juga buku-buku pegangan, bila perlu tiap hari waktu istirahat anak-anak diberi makanan bergizi, bisa berganti-ganti, hari ini kacang hijau, besok susu, lusa telor rebus, berikutnya kolak singkong/ketela, satu buah pisang, dll terserah kreasinya wilayah masing-masing.
.
Sekolah gratis adalah sekolah milik negara, jadi negara tidak ngasih subsidi ke sekolah swasta, baik swasta berbasis agama atau partikelir apapun itu namanya. Terserah rakyat mau sekolah dimana, tapi jika ada yang tidak sekolah, diwajibkan untuk sekolah, dan itulah tugas RT sampai Lurah untuk menyisir wilayah tugasnya masing-masing jika ada anak yang tidak sekolah. Jika anak-anak diwajibkan sekolah diwilayahnya masing-masing dan sekolahannya juga diadakan, bukankah transportnya jadi dekat dan lebih mudah dikoordinirnya? Juga bisa pakai sepeda tergantung kondisi wilayahnya agar anak-anak secara otomatis berolahraga, dan itu akan menyehatkan bukan?
.
Kalau dua hal itu dilaksanakan oleh pemerintah, saya hakul yakin 10 tahun lagi NKRI sudah akan menjelma menjadi negara hebat, tapi untuk melaksanakan itu semua, yang tidak kalah pentingnya adalah data kependudukan yang akurat. Bagaimana menurut Anda? Apakah mimpi saya terlalu muluk dan mengawang-awang yang tidak rasional? (#SPMCSW, Sabtu, 7 Januari 2017)
.
.
Sumber gambar:
Membangun Pendidikan Bangsa

----------

Thursday, January 5, 2017

"AHOK NGEDUMEL PEJABATNYA BANYAK DICOPOT"

"AHOK NGEDUMEL PEJABATNYA BANYAK DICOPOT"
.
Opini & Berita ala #SPMC Suhindro Wibisono
.
.
Ketika waktu itu PLT Gubernur DKI merombak draf APBD DKI 2017 Gubernur yang sedang cuti karena menurutnya "blom di komunikasikan dengan DPRD" , hemmm ... sepertinya masuk akal walau ketika itu saya blom dengar apa tanggapan Gubernur yang sedang cuti ....
.
Tadi saya mendengar komentar dari Gubernur Ahok yang sedang cuti soal adanya beberapa pejabat yang dicopot, saya ikut gemes juga jika benar apa yang dinyatakan Pak Ahok.
.
Menurut Pak Ahok, pejabat yang dipecat justru yang berkinerja baik, dan ngenesnya ada beberapa digantikan oleh mereka yang pernah dipecat Ahok! Hemmmmm ...... kalau itu betul terjadi, jelas PLT yang menggantikan Ahok kurang paham manajemen. Wong sudah jelas pernah dipecat kok menjabat lagi? Ada apa ini? Itu jelas bermuatan politis atau KKN, begitu kalau menurut saya.
.
Masih menurut Ahok, alasan pemecatannya adalah juga karena pendidikan formal pejabatnya tidak sesuai dengan jabatan, seperti pimpinan yang membawahi PU yang kalau tidak salah ingat tadi dinyatakan karena sarjana sosial, padahal kata Ahok justru kinerjanya sangat baik. Tambah Ahok dengan nada tanya, "kenapa semua pejabat yang baik kinerjanya justru diganti? Apakah karena semua pejabat baik itu dituding mendukung Ahok?" Padahal menurut Ahok dengan nada gemes, "mereka itu semua bekerja untuk rakyat DKI, bukan untuk saya!!"
.
Penjelasan Ahok lebih lanjut, bukankah seharusnya semua itu pakai ukuran basis kerja atau kinerja pejabat yang bersangkutan? Ahok sedang berusaha minta bantuan ketua DPRD DKI yang siapa tahu bisa membantu menyuarakan agar tidak mencopot pejabat berkinerja baik.
.
Saya terus terang saja ikutan gemes mendengarkan penjelasan Ahok barusan, itulah sebab langsung saya tulis artikel ini. Dan saat saya tulis ini, saya percaya apa yang dinyatakan Ahok sambil menunggu siapa tahu akan ada tanggapan balik dari PLT yang menggantikan Ahok yang sedang cuti. Bagaimana dengan Anda para pembaca? (#SPMCSW, Kamis, 5 Januari 2017)
.
.
Sumber gambar:
Merdeka .com

"KEADILAN SOSIAL TIDAK HARUS KOMUNIS"

"KEADILAN SOSIAL TIDAK HARUS KOMUNIS"
.
Opini Sosial ala #SPMC Suhindro Wibisono
.
.

KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA, itulah bunyi sila kelima dari Pancasila yang adalah pedoman bernegara dan berbangsa kita sebagai satu kesatuan dari NKRI.
.
Jika ditinjau dari "siapa yang tidak mau kerja, maka tidak berhak mendapat keadilan sosial", ya tidak salah! Tapi bukankah disitu tertulisnya "BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA", artinya tanpa kecuali bukan? Bukan bermaksud menjadikan negara ini pakai sistem komunis, tapi bukankah kenyataannya lapangan kerja juga tidak tersedia untuk mencukupi seluruh rakyat yang butuh kerja?
.
Sila ke 5 itu harusnya negara (pemerintah) menjamin kehidupan mimimum(dasar) setiap warga negaranya. Tentu saja dengan syarat-syarat tertentu, misalnya warga negara yang berusia mulai 20 tahun dan sedang tidak kuliah dan tidak kerja (tidak berpenghasilan), maka pemerintah memberikan uang makan mingguan sebesar 150 ribu, jadi kalau dihitung tahunan menjadi 52 X 150rb = 7.800.000.- Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2016 mencapai 7,02 juta, anggaplah 10 juta jiwa, maka biaya jaminan kehidupan minimum pertahun bagi pengangguran di NKRI adalah 10jt X 7,8jt = 78.000.000.000.000. (78T)
.
Apakah terlalu besar uang 78T setahun untuk biaya keadilan sosial? Bahkan jika harus mencapai 100T sekalipun? Untuk melaksanakan hal itu, data kependudukan tentunya harus akurat, dan itu ranah kerja Mendagri bukan?
.
Ketika pemerintahan saat ini menentukan harga BBM di Papua setara dengan harga BBM di Pulau Jawa(?), itulah juga yang namanya keadilan sosial, saya sangat senang ketika hal itu diumumkan oleh Presiden Jokowi, karena kebetulan punya mimpi serupa, dan menyayangkan kenapa pemerintahan sebelumnya tidak melakukannya? Apakah hal semacam itu boleh ditafsir sebagai rasa keberpihakan seorang pemimpin?
.
Seharusnya, semua harga yang ditentukan oleh negara (pemerintah) sudah selayaknya sama dan berlaku untuk seluruh wilayah NKRI, karena bukankah itu makna kehadiran pemerintah diseluruh wilayah NKRI. Jadi untuk harga komoditas bahan pokok, jika harga itu ditentukan oleh pemerintah, sudah selayaknya harganya sama bagi seluruh wilayah NKRI, itu menurut rasa saya ejawantah sila ke 5 dari Pancasila kita. Maaf jika saya ngaco lagi, pan saya hanya mengutarakan berdasar rasa saya yang sangat mungkin beda ama rasa pembaca. (#SPMCSW, Kamis, 5 Januari 2017)
.
.
Sumber gambar:
Kumpulan Makalah

“SIAPA MUNAFIK, SIAPA EGOIS?”

“SIAPA MUNAFIK, SIAPA EGOIS?”
.
Opini Kekeh EGOIS ala #SPMC Suhindro Wibisono
.
.
“KETUHANAN YANG MAHA ESA” , Di dunia sangat mungkin hanya Indonesia yang mengagungkannya .... doeloe, dan mungkin masih sampai sekarang, semua penduduk NKRI harus punya agama, bahkan tokoh yang sudah meninggalpun juga diberi agama sesuai dengan agama yang dikehendaki pemerintah! Agar anda tidak banyak tanda tanya, yang saya maksud adalah tokoh sebelum Islam menjadi agama mayoritas di negeri ini. Seperti misalnya Ronggolawe dan juga tokoh-tokoh sebelumnya yang terkenal yang masih ada makamnya.
.
Agama menurut rasa saya, adalah relasi individu manusia dengan Tuhannya, ketika pemerintah atau negara mengharuskan rakyatnya beragama, apakah kenyataannya rakyat negeri ini benar-benar beragama? Jangan protes dulu ya, karena yang saya maksud “benar-benar beragama” seharusnya individu tersebut menampilkan atau menyiratkan beragama yang sesungguhnya sesuai dengan ajaran agamanya bukan? Lalu bagaimana kenyataannya?
.
Maraknya teroris yang tertangkap di negeri ini dan yang mendukung teroris tersebut secara diam-diam maupun terang-terangan, apakah menggambarkan manusia beragama sesuai dengan yang diharapkan negara? Ketika semua pejabat negara disumpah sesuai agamanya, lalu kenyataannya Bupati Klaten, Jawa Tengah, Sri Hartini tersangkut OTT oleh KPK pada Jumat pagi, 30 Desember 2016, apakah itu menggambarkan manusia beragama sesuai dengan yang diharapkan negara? Berapa banyak pejabat yang disumpah sesuai agamanya lalu kenyataannya korupsi? Bahkan waktu itu Menteri Agama tersangkut perkara korupsi dan juga dipenjara. Paling ngenes adalah ketika ada pejabat jujur justru dimusuhi oleh mereka termasuk ormas dengan label agama, dan melihat kenyataan begitu massifnya yang memusuhi, apakah itu tidak kontradiktif dengan sila pertama negara kita? Negara yang “merasa” paling religius di dunia karena mengharuskan semua rakyatnya beragama, tapi justru kenyataannya begitu banyak rakyatnya yang mencermikan layaknya manusia yang berlawanan dengan akidah-akidah beragama semestinya. Hal itu juga didukung kenyataan bahwa tokoh-tokoh dari berbagai macam agama di negeri ini yang di penjara karena korupsi.
.
Bukankah semua agama melarang (mengharamkan) korupsi, sementara semua rakyat di negeri ini diharuskan punya agama, dan tampaknya mereka semua utamanya para tokoh terlihat menampilkan sangat religius beragama masing-masing sesuai agamanya, tapi kenyataannya begitu banyak yang di penjara karena korupsi. Paling ngenes lihat ditipi pengacara senior yang sangat kondang doa bersama sebelum sidang, apa maksudnya? Tuhan diminta “membela” kelakuannya memberi sogok’an pada pejabat negara? Juga melihat para narapidana memohon doa restu dan agar dikuatkan menghadapi cobaan, itu mah gile!! Kalau ketangkap dan di penjara dianggap cobaan, lalu yang blom tertangkap apakah artinya Tuhan melindungi korupsinya? Tuhan kok malah seolah selalu dipersalahkan, dan dijadikan tameng, apakah hal-hal itu menggambarkan beragama yang sebenar-benarnya benar?
.
Merenungkan kenyataan yang ada, apakah salah jika saya masih berpendapat bahwa EGOIS telah mengalahkan relasi antara individu dengan Tuhan kita masing-masing? Egois mengalahkan kecintaan kita terhadap Tuhan, karena cinta seharusnya mewakili sepak terjang kita masing-masing sebagai individu bukan? Bukankah sejatinya mencintai adalah tidak mengkhianati? Jadi kalau benar kita percaya dengan Tuhan kita dan mencintaiNya, artinya kita tidak mengkhianati Tuhan kita bukan? Bukankah Tuhan kita meminta kita jujur dan segala macam itu? Dan korupsi itu sangat tidak jujur bukan? Bukankah korupsi karena individu itu sangat EGOIS? Masih tidak percaya bahwa EGOIS itu akar segala masalah kita? Juga awal masalah kita dalam bernegara?
.
Silahkan ditinjau lagi, apakah benar bahwa negeri ini rakyatnya religius? Apakah benar bahwa rakyatnya sudah beragama dengan benar? Apakah masih benar negara (pemerintah) harus ngurusi individu agama rakyatnya? Jangan ngamuk ya? Saya hanya mempertanyakan, karena saya galau dengan kenyataan yang ada di negeri ini. Harap maklum. (#SPMCSW, Selasa, 3 Januari 2017)
.
.
Sumber gambar:
Hipwee

Monday, January 2, 2017

“MASIH TENTANG EGOIS”

“MASIH TENTANG EGOIS”
.
Opini Rasa ala #SPMC Suhindro Wibisono
.

EGOIS SUMBER KEJAHATAN
KEJAHATAN RUSAK TATANAN KEHIDUPAN
TATANAN KEHIDUPAN ADALAH BERNEGARA
JADI .....
EGOIS AWAL MULA BENCANA BERNEGARA


HAYO .....
KELOLA DAN KENDALIKAN EGOIS KITA
AGAR KITA NYAMAN HIDUP BERSAMA
DALAM KEBERSAMAAN DI NEGARA TERCINTA
INDONESIA HARUSLAH TETAP JAYA

.
.
.
Dalam artikel sebelumnya, saya pernah menyatakan bahwa EGOIS adalah akar segala masalah, dan menurut saya memang begitulah kenyataannya, bahkan tidak sedikit luka batin juga dikarenakan egois, dan saya menduga semua orang dewasa pasti punya luka batin itu.
.
Ketika waktu SMP doeloe saya pernah pakai sepatu sampai sepatu itu seperti mulut buaya karena sudah rusak, sadar atau tidak, mau atau tidak, kenyataan itu menyebabkan saya mempunyai luka batin. Dan bermilyar hal lain juga bisa membuat seseorang mendapatkan luka batin, itulah kenapa saya nekad simpulkan bahwa semua orang dewasa pasti punya luka batin. Bekas luka batin itu terkadang sadar atau tidak sadar juga akan ditampakkan oleh yang bersangkutan. Saya pernah membelikan banyak sepatu untuk anak saya ketika masih balita, hampir semua warna yang dia belom punya saya beli kalau lihat ada di toko, padahal bukankah anak balita itu cukup cepat tumbuh dan sepatunya jadi tidak bisa dipakai lagi? Luka batin, balas dendam, egois ingin membalas rasa yang tidak enak yang pernah dialami terkadang tak bisa dikendalikan!
.
Jangan lupa penghinaan yang membuat orang luka batin terkadang juga bisa memicu seseorang menggapai sukses, dan itulah susahnya bagaimana mengukur hal itu kenapa bisa terjadi? Menurut duga saya, itu adalah tergantung dari resistensi tiap individu terhadap beban derita. Ada manusia yang ingin balas dendam dan tertantang, tapi ada juga yang terpuruk dan menganggap hinaan itu benar adanya, bahkan juga bisa membuat orang menjadi gila karena tidak bisa menahan rasa masalahnya. Lalu berkembanglah pengetahuan-pengetahuan baru soal motivasi, yang menyatakan bahwa memotivasi orang itu harusnya diutamakan, padahal kalau mau teliti mencermati, begitu banyak pengikut pendidikan kursus motivasi, apakah pengikutnya juga menjadi berhasil semua? Menurut saya ada faktor X kenapa seseorang menggapai sukses atau tidak, dan faktor X itu ternyata tidak bisa diseragamkan untuk setiap orang. Menurut saya sangat baik untuk menjamin kehidupan seseorang dan agar orang-orang lebih berani berusaha untuk menggapai suksesnya masing-masing, harusnya negara memberikan jaminan kehidupan minimal bagi semua warga negaranya.
.
Ketika melihat keluarga kurang mampu mempunyai anak lebih dari dua, selain faktor ketidak pahaman, itu adalah bentuk egois yang lain lagi, egois yang tertanam dengan mengharapkan salah satu atau beberapa anaknya bisa sukses, sehingga mengharap kehidupannya ikut terangkat, sambil mengharap syukur-syukur kalau semua anaknya akan sukses, padahal menurut rasa saya, harusnya keluarga tidak mampu cukup punya anak satu saja.
.
Bahkan kalau mau lebih extrim masih menurut rasa saya, seharusnya semua keluarga tidak boleh punya anak lebih dari dua, KECUALI KELUARGA YANG KEHIDUPANNYA BANYAK BAHAGIA, jadi ukurannya bukan soal banyaknya harta yang dipunyai! Kalau kita hidup tidak banyak bahagia, atau kehidupan kita lebih banyak deritanya, kenapa kita begitu egois juga ikut andil terciptanya kehidupan-kehidupan yang besar kemungkinan akan tidak bahagia juga? Kita tidak mungkin memberikan sesuatu yang tidak kita punya, dan kalau kita tidak punya kebahagiaan itu, kebahagiaan darimana lagi yang akan kita berikan pada anak-anak kita? Apa bukan egois itu namanya? Maka kalau ada keluarga tidak bahagia dan berani memutuskan untuk tidak mempunyai anak walau sebetulnya bisa punya anak, harusnya itulah keluarga hebat yang tidak egois.
.
Kenyataannya bukankah makin lama makin banyak masalah kehidupan didunia, utamanya dinegara-negara berkembang yang tidak memberikan jaminan kehidupan minimum bagi warga negaranya? Karena selain orang tuanya tidak bisa memberikan kebahagiaan pada anaknya, kehidupan minimalpun juga belom pasti. Cobalah cermati lebih detail, banyaknya kejahatan sangat mungkin ditimbulkan oleh oknum yang datangnya dari keluarga yang tidak bahagia. Ada yang setuju dengan artikel gila saya ini? Jangan marah ya, pan saya bukan ahlinya, saya hanya menulis menurut rasa saya saja, maaf kalau ngaco. (#SPMCSW, Senin 2 Januari 2017)
.
.
Sumber gambar:
muazfozi.wordpress .com

Sunday, January 1, 2017

"SUGESTI PENJARA OTAK KITA"

"SUGESTI PENJARA OTAK KITA"
.
Opini Nekad ala #SPMC Suhindro Wibisono
.
Ketika sekitar 3,5 dasa warsa yang lalu bokap saya tanya penjual gulai kambing yang sedang lewat didepan rumah "Kang otakmu masih ada", pedagangnya tidak marah dan nyantai saja menjawab masih dan berhenti melayani. Itulah candaan tahu sama tahu ala kampung saya era waktu itu, jangan ditiru ya.
.
Tahun 2016 sudah berlalu, malam tadi dirayakan begitu meriah, detik-detik berlalunya waktu bahkan dihitung dengan heboh, dirayakan dengan saling bersulang, ada yang menyulut kembang api juga petasan, cepika-cepiki sesama teman, semua hura-hura merayakannya .....
.
KENAPA? Bukankah itu semua hanya masalah pikiran manusia saja? Tertanam didiri kita "rasa" semuanya itu, rasa berbeda, rasa berlalunya tahun 2016 dan diganti 2017, padahal bukankah siklusnya ya sama saja, tiap hari ya waktunya berlalu seperti biasa, siklus alamnya sama saja, bukankah manusia sendiri yang memberi angka-angka 2016, 2017 itu?
.
Itulah luar biasanya pikiran manusia, begitu juga ketika Anda sedang jatuh cinta. Semua hal memang ditentukan oleh pemikiran, otak yang bekerja disana, maka sampai detik ini, saya blom pernah dengar ilmu kedokteran bisa mengganti otak manusia, kalau ganti hati masih pernah kita dengar, dan tebak'an saya kok memang otak manusia itu tidak bisa diganti secara fisik. Karena kalau otak manusia itu diganti dengan otak manusia yang lain, orang tersebut jadi identitasnya menjadi siapa? Menjadi yang punya otak, menjadi yang punya tubuh keseluruhannya, atau menjadi bagian dari keluarga yang membiayai operasinya? Jadi ketika banyak orang berlaku tega, dan dijuluki "tidak punya hati", atau tidak punya perasaan, itu sebetulnya hanya perumpamaan saja, karena sebetulnya itu semua merujuk ke otak-otak juga.
.
Dan karena ulah otak kita juga maka segala permainan rasa juga sangat mempengaruhi hidup kita. Ketika dulu waktu kecil saya tidak suka daging, juga kenyataanya keluarga tidak mampu beli daging, bahkan ingat saya potong ayam itu hanya pada hari-hari besar saja, tapi beruntung saya masih suka ikan laut, dan karena kebetulan kami tinggal di kota pesisir pantai, ikan laut lebih murah dari pada daging ayam atau daging sapi. Lalu ada juga anak(keponakan sepupu) yang saya kenal tidak doyan daging dan ikan, hanya makan tahu tempe, sayur dan maksimal telor ayam. Lalu kita semua dicekok'i info bahwa orang tersebut akan kekurangan gizi, tidak akan pandai, dan banyak hal negatif lain. Lalu ortunya terpengaruh dan menjadi khawatir akan perkembangan anaknya, padahal anaknya tidak apa-apa dan biasa saja, juga berkembang seperti anak-anak lain, tidak sakit-sakitan, bahkan tubuhnya cukup proporsional. ITULAH PENJARA PIKIRAN.
.
Padahal sekarang kita malah disodori info ternyata vegetarian itu sangat baik untuk kesehatan manusia, juga untuk bumi. Jadi apa yang kita anggap benar saat ini, belum tentu akan tetap benar untuk masa yang akan datang. Dan itu sudah sangat sering terbukti, sama seperti andai kita hidupkan lagi orang yang meninggal dunia dua abad yang lalu, lalu kita cerita bahwa ada orang yang datang dari bulan, pasti kita dianggap gila. Hanya orang-orang mati yang tidak pernah merubah setiap pendapatnya, mustahil orang selalu benar dalam semua hal. Kalau toh kenyataannya saat ini orang tersebut terlihat (tampaknya) selalu benar, bukankah sebagai manusia itu dihitungnya semenjak lahir sampai dengan meninggal? Kalau mau lebih baik, memang nasehat "pikirkan setiap hal yang ingin diucapkan, tapi jangan ucapkan semua hal yang dipikirkan" itu adalah benar adanya, dan hal itu akan meminimalisir kesalahan yang kita lakukan, selain tentu saja tidak mudah pikun. Segalanya akan menjadi terbiasa dan tanpa beban kalau kita berkehendak melakukannya, jadi jangan dianggap memikirkan hal-hal yang mau diucapkan itu sesuatu yang mustahil.
.
Saya tutup artikel saya ini dengan pendapat, ketika kita terbiasa memikirkan setiap hal yang mau diucapkan, selain bonus tidak mudah pikun, bonus lainnya adalah biasa berpikir kritis, dan efek dominonya adalah berani berlogika yang berbonus lagi tidak mudah diombang-ambingkan pendapat orang-orang karena kritis dan memikirkan logikanya. Maaf kalau Anda tidak paham, karena memang saya bukan ahlinya, saya hanya menulis berdasarkan rasa saya saja. (#SPMCSW, Minggu, 1 Januari 2017)
.
.
Sumber gambar:
Pulsk