Monday, June 9, 2014

"PERANG BADAR CAPRES BERAWAL PROF. MAHFUD MD vs PROF. ANIES B"


              (Image source: m.kompasiana.com)
Blogspot. Harta - Tahta - Wanita, begitu klasik menggoda. Tapi kita tak bisa memberi stempel begitu saja, sebelum mereka membuktikannya. Dan catatan sejarah adalah ukurannya, apakah mereka tergoda atau bijaksana. Melempem atau trengginas. Menjadi lintah darat atau pahlawan rakyat. Saya termasuk pengagum tokoh-tokoh yang jujur, berani, “berlogika” waras atau cerdas, serta punya moral yang baik, dan Profesor bukan ukuran kecerdasan logika itu.
Prof. Dr. Mohammad Mahfud M.D., S.H., S.U., lahir di Sampang, Madura, Jawa Timur, 13 Mei 1957. Pada mulanya saya termasuk salah satu pengagum Mahfud MD, yang tergambar begitu jujur dan berani sampai ketika beliau menyatakan mendukung kubu Prabowo dan menjadi ketua team suksesnya dengan janji dijadikan Menko. Lalu memangnya apa yang salah dengan itu semua?
Seperti juga kata bijak yang lainnya, jangan membuat keputusan ketika Anda sedang marah. Saya tidak mengupas kenapa Mahfud MD marah, karena menurut saya lebih penting memposisikan diri sebaik mungkin pada posisi apapun dari pada terjebak dalam kemarahan yang biasanya justru menimbulkan kerugian-kerugian lain. Dan saya melihat hal itu pada Mahfud MD, ketika beliau begitu tampak tersirat mengharap menjadi Cawapres untuk mendampingi Capres Jokowi, dan ternyata tidak terpilih, bagaimana logikanya mengambil posisi kontra hanya untuk janji jabatan Menko? Kalau posisi di seberang adalah Cawapres, mungkin saya bisa memahami. Seandainya Mahfud MD berani berbesar hati, menerima kenyataan yang ada, tetap merapat dengan PKB, dan bergabung dengan team-nya Jokowi, saya yakin bisa jadi jabatan Menko juga akan tetap diterima setelah kemenangan kubu Jokowi. Bukankah ketika Mahfud MD mengharap menjadi Cawapres-nya Jokowi, karena saat itu yakin Jokowi akan menang Pilpres?
Pada acara Mata Najwa di MetroTV dengan tema “Jokowi atau Prabowo” yang lalu, Mahfud MD vs Anies Baswedan, saya menduga Mahfud MD sangat menyesal tampil, dan sesungguhnya Mata Najwa sudah berbesar hati untuk memotong acara tersebut supaya Mahfud MD tidak terlihat telak dipermalukan. Saya melihat iklan untuk tayangan tersebut, tapi hanya sekali ditayangkan, karena saya tidak melihat lagi iklannya, juga penayangan acara tidak sesuai dengan yang diiklankan. Dimana Mahfud MD merasa lebih hebat dibanding kedua Capres yang ada sekarang, lalu Anies Baswedan menanggapinya, kehebatan seseorang yang menilai adalah orang lain. Aduh … betapa lebih malunya kalau hal itu tidak dipotong dalam tayangan? Lalu sekarang memposisikan akan 'mengabdi' pada orang yang dinilai ada dibawahnya.
Ada kata bijak lain yang saya juga tidak tahu siapa pembuatnya, kalau untuk perkara-perkara kecil saja tidak berani menanggungnya, jangan harap ada keberanian untuk perkara besar. Tentang lambang Garuda yang tidak boleh digunakan secara sembarangan, konon ketika Mahfud MD menjadi ketua MK sempat menangani masalah tersebut. Maka ketika lambang Garuda sekarang dipakai diseragam kubu Prabowo dan dipertanyakan, Mahfud MD mengatakannya tidak sama. Sementara saya juga mendengar dan melihat dalam suatu wawancara, pakar Hukum Tata Negara Margarito Kamis mengatakan penggunaan itu adalah salah. Hemmmm ….. kalau sampai gelap mata begitu bagaimana ya, apakah kemarahan dan kekecewaan yang dialami Mahfud MD sebegitu parahnya? Sampai lupa berlogika dengan benar? Lambang yang dipakai itu urusan kecil, apakah kepentingan memang mengalahkan kebenaran? Layakah merasa lebih hebat dari orang lain atas dasar penilaian diri sendiri?
Cerita bermakna terbalik dari teman sekolahnya Jokowi, ketika menjadi Walikota Solo anak Jokowi tidak diterima di sekolah unggulan, maka Jokowi tidak mau menggunakan “kesaktian” jabatan untuk meminta anaknya diterima, juga ketika Jokowi tidak mau memberi contekan dan menerima contekan ketika ulangan waktu sekolah dulu. Sesuatu yang sudah sangat langka bukan? Ketika Jokowi menyebut nama Anies Baswedan waktu ditanya wartawan tentang bocoran 46 nama yang diusulkan Grup Band Slank, tentu saja itu sudah pakai pertimbangan dan akal sehat yang matang dan dapat dipertanggung jawabkan. Karena memang nama itu ada di daftar Jokowi juga didaftar Slank! Dan seribu persen Anies Baswedan akan jadi salah satu Menterinya Jokowi kalau Jokowi terpilih nanti. Kalau mau berpolitik hebat, seandainya ada nama Mahfud MD di daftar Slank, lalu Jokowi memberi bocoran nama dengan menyebut nama Anies Baswedan dan Mahfud MD, pasti seru dan semakin membuat hati Mahfud MD semakin galau.
Prof. Anies Rasyid Baswedan Ph.D., lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969. Sebagai “pengungkit” melambungnya nama yang bersangkutan adalah mengikuti Konvensi Partai Demokrat. Dan menurut saya ikut konvensi itu adalah kesalahan, sebagus apapun alasannya! Tapi kalau ternyata justru menceburkan dirinya kekancah politik praktis, itulah sebabnya saya katakan “pengungkit”, bisa jadi itulah awal bersinarnya yang bersangkutan, karena langkah-langkah berikutnya yang diambil.
Saya pernah menyayangkan keikutsertaan Anies Baswedan dalam Konvensi, karena saya tidak melihat acuannya apa? Konvensi Partai di Amerika sekalipun, yang saya baca beritanya selalu diikuti oleh kadernya sendiri, tidak ada peserta dari luar partai. Apalagi pada Pemilu Legislatif beberapa waktu yang lalu Forum Rektor anehnya tidak memberi dukungan padanya, tapi justru memberi dukungan pada Prabowo.
Kalau Anies Baswedan menjadi anggota kubu team sukses Jokowi, masih bisa dimengerti karena sebelumnya tidak tampak yang bersangkutan anti Jokowi, dan itu semakin melengkapi pengkontrasan pandangan dukungan kubu Capres yang ada. Bagaimana kalangan menengah berlogika, ketika dikubu Prabowo ada Prof. Mahfud MD, Rhoma Irama, Gerbong FPI, PKS, PPP dan lain-lain. Lalu dikubu Jokowi ada Prof. Anies Baswedan, Wanda Hamidah, Gerbong Dahlan Iskan, Nasdem, PKB dan lain-lain. Type-type keberpihakan telah melakukan seleksinya sendiri, seleksi alam kata orang bijak yang lain. Tinggal pembuktiannya tanggal 9 Juli 2014 nanti! (SPMC SW, Juni 2014)
.
————————-
.
Artikel yang berkaitan dengan Anies Baswedan ikut Konvensi, sampai titik itu Mahfud MD lebih cerdas mengolah nalurinya, tapi terpuruk setelah dilingkupi kegalauan …. Betul-betul perputaran roda zaman, penentuannya adalah waktu dan keserakahan …..
.
KONTROVERSI HATI KONVENSI PARTAI TANPA MAHFUD MD & JOKOWI
.
http://t.co/UfIJLWCZxy
.
——————
.
Mengundang Kubu Prabowo untuk ikut Polling berikut, kemana ya mereka? Ada atau tidak sebetulnya ….? :
.
TPS TERBUKA “PRABOWO VS JOKOWI”, SIAPA JAGOAN ANDA?
.
http://t.co/54EM4zvwfe
.
——————-

No comments:

Post a Comment