Thursday, October 22, 2015

"ASAP PEMBAKARAN HUTAN, PRESIDEN KEBANGETAN?"





"ASAP PEMBAKARAN HUTAN, PRESIDEN KEBANGETAN?"
.
Opini | (SPMC) Suhindro Wibisono
.
Kita panen asap setiap tahun, bahkan juga sampai "export" gratis ke negara-negara tetangga, tapi kali ini pemberitaannya lebih sensi karena Presidennya Jokowi. Yang lebih krusial tahun ini ada anomali cuaca, musim panasnya sangat panjang, sehingga panen asap seperti panen raya saja dan lebih panjang karena pembakarannya juga jadi menggila. Ribuan TNI dikerahkan untuk membantu pemadaman, tapi hasilnya masih tidak sesuai dengan harapan. Dan tadi saya lihat pemberitaan di tipi, seribu TNI dikirim lagi ke Sumatra untuk menggantikan tugas TNI yang sudah 40 hari melaksanakan tugas membantu memadamkan api.
.
Ribuan titik api melanda NKRI, terbanyak di Kalimantan, Sumatra, Papua dan Sulawesi. Luasnya kebakaran, sarana yang dimiliki untuk memadamkan kebakaran, juga sudah dibantu oleh sarana yang dimiliki oleh negara-negara lain masih belum mampu menaklukkan pembakaran hutan, gambut yang terbakar memang apinya juga membara dibawahnya, butuh digenangi air yang cukup banyak untuk memadamkannya, karena memang bara api tersimpan dibawah permukaan sesuai sifat dan karakter gambut itu sendiri. Sungguh bukan pekerjaan yang mudah. Lalu sampai kapan kalau hujan yang sangat diharapkan juga belom kunjung datang?
.
APAPUN MASALAHNYA, sekali lagi saya ulang "apapun masalahnya", yang terpenting adalah mencari akar masalah, dan mengupayakan sedemikian rupa agar tidak terjadi lagi, tapi sebagai bangsa kita tidak pernah mau belajar untuk benar-benar menghentikan masalah itu walau sebetulnya sudah mengetahui sebab musababnya. KENAPA? Menurut saya, maaf kalau salah, "kita sangat egois", kita tidak pernah memikirkan kebaikan bersama, kita selalu berpikir untuk serakah, untuk mau enaknya sendiri, untuk mau menang sendiri, itulah yang terjadi pada kebanyakan dari kita. Indikasinya sangat banyak, di segala bidang, dari yang kaya sampai yang miskin, banyak sekali tergambarkan ke-egoisan. KETIKA begitu banyak pejabat korupsi, KETIKA begitu banyak pengendara motor melawan arus, KETIKA begitu banyak sopir angkutan umum berhenti seenaknya saja dengan tidak mempedulikan kemacetan dibelakangnya, KETIKA banyak sekali orang membuang sampah seenaknya dan tidak peduli apapun akibatnya, dan lain-lainnya. KETIKA-KETIKA itulah gambaran jelas keegoisan kita, karena bukankah itu semua sejatinya melanggar peraturan yang ada?
.
Sungguh ada yang salah pada bangsa ini, dan untuk memperbaikinya tidaklah semudah yang kita kira, perlu waktu setidaknya satu generasi, itupun kalau segera menyadari ....... Ngenes, karena pada kenyataannya, pada setiap masalah yang ada, kita hanya pandai mengatakan "SEMOGA KEJADIAN INI (ITU) ADALAH YANG TERAKHIR" lalu koor dijawab "Amin....." seolah-olah koor jawaban itu pasti dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa, apa yang sudah kita lakukan, kenapa hanya itu yang kita lakukan? Lalu pada kali lain kita berdoa memohon kebaikan-kebaikan yang kita harapkan, sungguh itukah yang kita pahami dalam kita beragama?
.
Kembali ke soal pembakaran lahan yang memanen asap, sudah banyak yang menyelidiki dan bersuara, juga ada pengakuan "oknum mantan-mantan" pembakar lahan, kejadiannya juga sudah berulang setiap tahun dan telah berpuluh-puluh tahun, lalu kenapa hal itu selalu terjadi? Karena hukum kita tidak pernah diperuntukkan untuk menjerakan, tapi sudah sangat lama diperdagangkan sehingga terkesan hukum itu memang untuk dipermainkan. Masih ingat ketika ada berita keputusan pengadilan hukuman sebulan penjara dan denda 3,5 juta untuk ilegal mining? Berapa banyak penyelundup narkoba tidak dijatuhi hukuman mati walau terbukti membawa berkilo-kilo narkoba? Berapa tahun para koruptor dijatuhi hukuman walau melibatkan uang bermilyar-milyar yang dikorupsi, sementara yang nyolongnya remeh temeh justru dijatuhi hukuman yang tidak proporsional dibanding dengan yang melakukan korupsi bermilyar-milyar. Itu semua gambaran amburadulnya kenyatan hidup bernegara di negeri ini, lalu kita akan berlindung dengan memaklumi karena kita adalah negara berkembang. Ngenes.
.
Ketika Presiden Jokowi meninjau lokasi kebakaran, juga semua pemberitaan yang menyalahkan Presiden atas bencana asap yang ada, saya hanya mbatin, lalu untuk apa ada jabatan Gubernur, Bupati, Walikota? Kok sepertinya mereka tidak terlihat segelisah Presidennya? Bukankah mereka yang lebih langsung punya kuasa di daerahnya masing-masing? Ngapain saja mereka itu? Atau bukan merupakan tanggung jawabnya? Apakah pemberian hak pengelolaan hutan, perkebunan kelapa sawit, dan penguasaan-penguasaan lahan (ijin konsesi) itu bukan atas ijin yang mereka ikut andil berikan?
.
Yang saya tidak habis mengerti, karena keegoisan kita semua, hal itu tergambarkan oleh kenyataan semua rakyatpun seolah menyalahkan pemerintah pusat utamanya Presiden. Memang bencana asap yang paling menderita adalah rakyat, andai semua rakyat juga peduli, dimulai dari satuan perangkat terendah untuk menjaga wilayahnya masing-masing, rasanya akan sangat banyak masalah tidak terlajur jadi bencana bukan?
.
Berdasar berita-berita yang ada, adanya beberapa yang menjadi korban meninggal karena asap, maskapai penerbangan dirugikan bermilyar-milyar potensi pendapatan karena membatalkan jadwal penerbangannya, bagaimana dengan perhitungan kerugian masyarakat baik karena faktor kesehatan, nyawa, maupun kesempatan yang tidak bisa terlaksana gara-gara bencana asap? Bukankah seandainya semua punya kepedulian agar bencana asap itu jangan sampai terjadi akan jauh lebih mudah? Bukankah kejadian bencana asap sudah berulang setiap tahun dan juga sudah terjadi berpuluh tahun?
.
Yang sangat ingin saya tahu, apa khabar para oknum pembakarnya itu sendiri? Apakah kalian tidak merasa bersalah? Apakah kalian tidak punya keluarga? Apakah kalian tidak ikut bernafas dengan udara tempat anda melakukan pembakaran? Beranikah anda memberikan kesaksian atas pembakaran yang kalian lakukan, agar kami juga dapat membuktikan apakah benar penegakan hukum "berani" ditegakkan setegak-tegaknya? Apakah akan ada ijin konsesi yang ditarik kembali? Apakah akan terbukti akan adanya tuntutan triliunan rupiah terhadap group usaha itu benar adanya, dan bukan hanya sekedar wacana yang terlihat wah saja. Karena saya yakin pemilik-pemilik usaha itu jelas tidak akan menikmati bencana asap itu. Ataukah oknum para pelaku pembakar itu juga akan tenggelam ditelan ke-egoisan-nya sendiri? Itulah juga bukti atas tuduhan saya atas keegoisan kita sebagai bangsa. MEMILUKAN .... Sampai kapan? (SPMC SW, Jumat, 23 Oktober 2015.)

~~~~~~~~~~
.
CATATAN:
.
Artikel juga dipersembahkan untuk saudara J. Muljana,
Selamat Ulang Tahun, Semoga Banyak dapat kebahagiaan dalam hidup ini. GBU. PF. 23 Oktober 2015

.
.
Sumber gambar:
www.suara .com

Tuesday, October 13, 2015

DI ACEH SINGKIL ADA BARA, APA PENDAPAT ANDA?



DI ACEH SINGKIL ADA BARA, APA PENDAPAT ANDA?
.
 
Opini Rancu ala (SPMC) Suhindro Wibisono.
.
Saya coba mengutarakan pendapat, dan inginnya sependek mungkin agar tidak sama dengan artikel-artikel saya lainnya yang sering kali terlalu panjang karena takut disalah tafsirkan.
.
Kemarin siang terjadi pembakaran rumah ibadah di Aceh Singkil, beritanya juga sudah sangat masif, hal itu mengingatkan saya tentang kejadian serupa di Tolikara - Papua beberapa waktu yang lalu. Hanya korban pembakarannya yang sepertinya gantian. Semoga bukan karena adanya balas dendam.
.
Lalu yang ingin saya ketahui dan pertanyakan, Apa khabar Pak Presiden Jokowi yang sangat saya hormati? Saya ingat waktu kejadian Tolikara, waktu itu Presiden lewat fan page facebook-nya menyatakan: "Saya sudah langsung perintahkan Menkopolhukam, Kapolri, Kepala BIN agar segera turun ke lapangan dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mengambil tindakan yang diperlukan." Dan menurut berita yang saya baca di www.beritasatu .com: "Soal Pembakaran Gereja di Singkil, Presiden Minta Menko Polhukam Bertindak Cepat", saya bersyukur atas kesetaraan tersebut. TAPI APAKAH BAPAK TIDAK INGIN MENGGANTI RUMAH IBADAH YANG DIBAKAR SEPERTI YANG DI TOLIKARA, PAPUA? Karena menurut saya, kalau Bapak juga membangun lagi rumah ibadah yang dibakar tersebut, itu terlihat jelas keadilan yang Bapak Presiden lakukan, dan yang paling penting dari itu adalah, kejadian serupa agar tidak terulang, karena massa pembakar akan berpikir, kalau dibakar ternyata akan diganti yang lebih baik oleh Presiden.
.
Salam hormat saya untuk Anda Pak Presiden, semoga Bapak dan keuarga banyak mandapat kebahagiaan dalam hidup ini. Semoga .....
.
Maaf kalau ada yang tidak berkenan, saya hanya bersuara berdasarkan SPMC versi kacamata saya. (SW, Rabu, 14 Oktober 2015)
.
Sumber gambar:
www.muqawamah .net
.

Friday, October 9, 2015

KESADARAN, "OKNUM" JURU KUNCI NIRWANA






~ KESADARAN, "OKNUM" JURU KUNCI NIRWANA ~
.
(Maaf kalau menurut Anda juru kuncinya adalah Buddha atau Nabi)
.
.
(ATTENTION):
Artikel ini hanya untuk mereka yang merasa selalu dan ingin menjaga kesadarannya. Bagi mereka yang merasa tergolong fanatik, sebaiknya tidak lanjut membaca. Butuh logika yang mumpuni untuk dapat benar memahami. Maaf jika menabrak sekat-sekat nurani anda. Sekali lagi maaf jika Anda juga bosan. (SW)
.
.
Kesadaran Opini | (SPMC) Suhindro Wibisono
.
.
MANUSIA adalah produk Sang Pencipta yang paling HEBAT, itu adalah kepercayaan disemua kepercayaan yang ada, dan memang begitulah kenyataannya. Kenapa manusia "hebat", kerena hanya manusia yang dicipta menyerupai Sang Pencipta, karena manusia bisa menjadi apa saja serupa makhluk ciptaan Sang Pencipta.
.
MANUSIA bisa menjadi malaikat, iblis, juga binatang yang berwujud manusia. Bukankah begitu kenyataan yang sering kita saksikan maupun kita lihat lewat pemberitaan-pemberitaan? Memang manusia sungguh sangat luar biasa, potensinya tidak terbatas, dan itulah sebab saya katakan merupakan ciptaan Sang Pencipta paling hebat!
.
MANUSIA bisa pergi ke bulan sudah bukan suatu hal ajaib untuk dipercayai. Pada lima abad yang lalu, cara-cara ilmiah (mekanik/elektronik) belum diketemukan untuk dapat diimplementasikan, mereka menggunakan kesaktian untuk melakukan hal-hal ajaib menurut ukuran ilmiah, tapi bisa terjadi dan bisa diterima secara rasional walau tidak bisa dibuktikan secara logika ilmiah. Bahkan sampai saat inipun "kesaktian-kesaktian" itu masih banyak diupayakan untuk dilakukan oleh manusia.
.
MANUSIA dianggap sakti karena bisa pergi sholat Jumat di masjid di Mekah, walau khabarnya hanya masuk kamar rumahnya, sepertinya beliau masih hidup di Kalimantan saat ini, dan sering terima tamu orang-orang penting yang datang dari berbagai penjuru dunia karena merasa pernah berkenalan di masjid tempat sholat Jumat. Ada orang Solo yang bisa jalan diatas air pada abad yang lalu, dan peranakan China kelahiran Malang yang musno kisaran tiga perempat abad yang lalu. Itu semua adalah pencapaian karena kehebatan manusia ciptaan Sang Pencipta. Sekarang ini, masih banyak orang melakukan hal-hal yang irasional menurut ukuran saat ini, di India dan di Tibet ada tidak sedikit yang tapa brata bukan lagi hitungan hari, irasional karena menurut ilmu kedokteran orang hanya bisa tahan tidak makan dan tidak minum dalam hitungan hari, tapi kenyataannya mereka ada yang tidak makan dan tidak minum dalam hitungan bulan, bukan seperti puasa yang hanya membalik pola makannya, tapi benar-benar tapa brata tidak makan dan tidak minum dalam jangka waktu yang sangat lama. Dan yang lebih "gila" adalah tetap terjaga kesadarannya. Kalau di NKRI doeloe mungkin banyak yang sakti, sayangnya tujuan kesaktian banyak yang bukan untuk bertemu Sang Pencipta, tapi lebih untuk agar menjadi duk-deng atau sakti mandra-guna agar disegani dan dianggap hebat. Ibarat matahari menyinari siapapun tanpa kecuali, ibarat duit yang berlaku dibelanjakan oleh siapapun pemegangnya, ibarat pendidikan yang diikuti oleh banyak manusia siapapun yang berkemauan pasti bisa, begitu juga ibaratnya pencapaian kesaktian, lalu semua itu berujung di landasan moral manusianya dan hukum alam secara otomatis akan mengadilinya apakah akan mempertemukan dengan Sang Pencipta atau berakhir dengan cerita gemuruh duniawi saja.
.
MANUSIA saat inipun masih banyak yang mengupayakan hal-hal hebat itu, TUJUAN PALING MULIA dari semua kehebatan yang ingin dicapainya adalah agar dapat merasakan kehadiran/berhubungan dengan Sang Pencipta secara langsung ketika masih hidup. Sungguh sangat luar biasa dan menunjukkan betapa dapat merasa berhubungan dengan Sang Pencipta adalah hal yang sangat sulit yang selalu diupayakan oleh banyak orang agar mendapat kedamaian yang sejatinya damai, kebahagian yang sejatinya bahagia, ketentraman yang sejatinya tentram. Karena memang hanya orang-orang yang dikehendakilah yang dapat merasakan kehadiranNya, itu artinya memang orang yang benar-benar terpilih, yang sudah secara otomatis tersaring atas perbuatan dan tingkah laku manusia itu sendiri, dan ternyata tidak mudah.
.
MANUSIA banyak menafsirkan sesukanya apa yang dikehendaki Sang Pencipta, itu pulalah sebab banyak yang jusrtu salah kaprah, bahkan banyak terjadi adalah menganggap Sang Pencipta dapat disogok, itu sungguh kebacut. Tidak perlu dikupas mendalam soal para politisi yang bersumpah ingkari perbuatan atas nama Sang Pencipta ketika diperiksa, lalu setelah diadili menarik-narik semua yang terlibat korupsi berjamaah bersamanya. Bahkan untuk tokoh yang terkenal kehebatannya sekalipun, maaf, saya justru percaya bahwa mereka tidak akan bertemu Sang Pencipta dialam baqa sana. Contoh yang saya maksud seperti misalnya(mungkin) adalah Hitler, Polpot dan banyak pemimpin negara yang menyuruh atau menjadi dalang pembunuhan kepada sesama manusia demi kekuasaannya. Pembunuhan adalah perkara yang tidak mudah diampuni. Lalu bagaimana dengan hukuman mati yang dilakukan oleh negara? Jelas berbeda, karena UU sudah ada terlebih dahulu sebelum yang dihukum mati melakukan kejahatannya. Ketika ada pejabat yang korupsi lalu uang korupsi untuk menyumbang anak yatim, lalu anak yatim diminta mendoakan penyumbang supaya masuk surga/nirwana agar penyumbang dapat bertemu dengan Sang Pencipta, sepertinya koruptor penyumbang berpegang dalil "doa anak yatim akan mudah di ijabah/kabulkan", penyumbang lupa bahwa Sang Pencipta itu mengetahui segalanya atas manusia ciptaannya. Atau sangat mungkin maksudnya Sang Pencipta diajak main akuntansi matematika, dikiranya seratus kejahatannya dapat ditebus dengan seribu kebaikan yang (akan) dilakukan karena dianggap sudah termasuk dendanya, kenapa tidak mengingat bahwa susu sebelanga tidak layak minum ketika sudah dicampur segelas racun! Bahkan susu sebelanga juga tidak layak minum ketika wadahnya saja pernah untuk makanan haram! Kebaikan yang dilakukan dengan modal awal haram, hasilnya juga tetap haram. Apakah Anda akan berdalih akan memisahkan uang haram dengan uang halal hasil keringat sendiri? Seperti yang ditereakkan pesakitan mantan Kepala SKK Migas yang berujar: "Tak serupiahpun uang hasil suap saya gunakan untuk keluarga saya", yang lupa berlogika bahwa hati, pikiran dan tindakan haram yang melakukan adalah sama, yang artinya susu sudah menggunakan wadah dan adukan haram. Hayo silahkan ajarkan pada anak-anak kita agar mereka menjadi generasi yang lebih baik, menjadi manusia yang bisa bertemu dengan Sang Pencipta.
.
MANUSIA saat ini apakah berarti tidak dapat bertemu dengan Sang Pencipta karena tidak sakti? Itulah pula kehebatan manusia yang saya maksud, bahwa ternyata manusia dengan pikiran-pikirannya selalu berusaha mendefinisikan ulang apa kemauan Sang Pencipta agar manusia dapat menemuiNya. Sebetulnya tidak ada yang baru tentang Sang Pencipta, karena sejatinya Sang Pencipta itu sendiri tidak pernah berubah. Sangat mungkin karena keadaan dunianya itu sendiri yang berubah, setiap detik berubah, sehingga perubahan itu mengubah segalanya. Pada era purba adalah era kesaktian, sekarang mayoritas manusia tidak sanggup lagi melakukan hal itu, lalu beralih ke perbuatan yang bermakna "sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk banyak manusia lainnya". Bukankah itu sangat rasional? Bukankah juga sangat sesuai dengan semua ajaran kepercayaan?
.
MANUSIA lalu mengubah budayanya, berbondong-bondong mencari kekayaan agar dapat membantu sesama supaya dapat berjumpa Sang Pencipta, lalu banyak yang keblinger seperti yang sudah saya contohkan diatas, atas pengamatan di NKRI saya "ngawur" menyimpulkan bahwa sangat sedikit yang akan dapat bertemu dengan Sang Pencipta bagi mereka yang berprofesi sebagai Politisi, Penegak Hukum, Pengusaha, Pedagang, Pengacara, atau sangat mungkin tidak lebih dari sepuluh persen jumlah penduduk yang akan dapat bertemu Sang Pencipta. Sepertinya saya termasuk salah satu yang tidak dapat jatah bisa menemui Sang Pencipta, dosa saya terlalu banyak! Apakah berarti saya bermaksud mengatakan bahwa pengampunan itu tidak ada? Ada! Tapi pengampunan yang seperti apa dulu? Ketika kita tahu, sekali lagi "kita tahu" bahwa melakukan sesuatu adalah dosa, baik itu mencuri, korupsi, menipu, merampok, memeras, zinah dengan istri/suami orang, memperkosa, membunuh, fitnah, dan lain-lain. Lalu kita melakukan dosa itu, kemudian kita minta ampun, apakah semudah itu kira-kira akan diampuni? Untuk menebus dosa hal semacam itu, percayalah waktunya tidak sebentar, belum tentu cukup sisa umur Anda untuk menebusnya. Lain halnya kalau Anda tidak tahu sebelumnya bahwa perbuatan yang Anda lakukan adalah perbuatan berdosa.
.
MANUSIA boleh saja beranggapan sudah baik, sudah tobat, tapi Sang Pencipta tidak akan pilih kasih, manusia boleh menunaikan ibadah apapun juga untuk menghapus dosanya, tapi itu bukan syarat utama untuk bisa masuk surga, pengakuan dosa, puasa setiap tahun, pergi menunaikan kewajiban ibadah, baptis, sakramen, ibadah setiap waktu, bukan itu semua tiket ke nirwana. Karena menurut saya, justru itu semua adalah peringatan/ajaran agar kita sebagai manusia selalu ingat untuk berbuat baik dan tidak tergoda berbuat dosa dengan melanggar perintah-perintahnya. Lalu coba bayangkan, ketika Anda puasa memohon ampun segala dosa yang sudah Anda lakukan, lalu Anda ulangi lagi dan bermaksud akan meminta ampun lagi untuk puasa berikutnya, apakah logika semacam itu dapat diterima saja oleh siapapun? Bukankah kalau itu terjadi pada hukum dunia justru Anda akan dihukum lebih berat karena melakukan pelanggaran yang pernah Anda lakukan sebelumnya? Apakah karena Sang Pencipta itu maha pengampun maka kita berlogika akan selalu diampuni? Jangan salah kaprah!
.
MANUSIA sangat sering merasa tidak puas, tapi itulah cikal bakal kemajuan dan juga perubahan, ada yang menganggap bahwa kehidupan di dunia adalah tempat untuk belajar, belajar berbuat baik, maka ketika belum dinyatakan baik, akan kembali lagi belajar, terus belajar sampai lulus dan berjumpa Sang Pencipta. Silahkan renungkan, kenapa dia yang dilahirkan sebagai anak raja, anak jutawan, kenapa dia hebat, lebih kaya, lebih pandai, menjadi terkenal, dan sebagainya, kenapa bukan saya yang menjadi salah satunya? Apakah itu semua kebetulan? Bukankah tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini? Berbuatlah baik, SELALU SADAR untuk berbuat baik, maka Anda akan naik kelas, akan segera berjumpa dengan Sang Pencipta, atau setidaknya tidak sengsara, karena Anda tidak bisa memilih untuk dilahirkan menjadi anak siapa dan dimana? Dan itu semua atas usaha "kesadaran" Anda sendiri. Ingat sekali lagi, tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini, jangan sia-siakan hidup Anda agar dapat mencapai yang lebih baik, semuanya sudah dinilai dengan program secara otomatis oleh Sang Pencipta, program yang jauh lebih canggih dari semua program komputer yang pernah dan akan dibuat oleh manusia, Anda boleh tidak percaya dengan perputaran kehidupan, tapi berbuat baik itu lebih ringan dan tidak menguras energi, serta menentramkan hati, kebahagiaan sejati adalah perbuatan yang membahagiakan orang lain dan membahagiakan orang lain tentu saja dengan perbuatan baik bukan?
.
MANUSIA sepertinya selalu ingin enaknya sendiri, kalau bisa maunya "HIDUP KAYA RAYA MATI MASUK SURGA/NIRWANA", itu adalah sesuatu yang bagus, tapi bagaimana prosesnya Anda mendapatkan kekayaan itu? Lalu apa alasannya Anda punya tiket masuk surga? Renungkanlah, kekayaan itu ibarat susu sebelanga, proses mendapatkan kekayaan halal adalah kejujuran, racun atau wadah bekas makanan haram adalah adanya ketidak jujuran. Lalu kalau semua makanan yang Anda makan selama bertahun-tahun adalah hasil dari campuran sesuatu yang terlarang, apakah yakin Anda masih layak mendapat tiket masuk nirwana untuk dapat bertemu Sang Pencipta? Untuk para pejabat di negeri ini disemua lini dan tingkatan, berapa gaji Anda? Apakah semua harta yang Anda miliki yakin dibeli hanya dari uang gaji yang halal? Untuk para pengusaha, apakah Anda tidak pernah berbuat curang demi keuntungan yang Anda inginkan? Apakah tidak pernah mengurangi berat timbangan? Saya sering kali melihat berita banyak pembuat mie menambahkan bahan-bahan berbahaya dalam mie produknya, menambahkan bahan pengawet untuk pembuat produk-produk makanan lainnya, dan sebagainya. Kebiasaan atau pembiaran atas kecurangan, bahkan dosapun akan terlupakan kalau itu dilakukan tiap hari, sementara peraturan Sang Pencipta tidak pernah berubah, lalu Anda akan terkejut di pengadilan akherat nanti. Apakah salah prediksi saya bahwa hanya kisaran sepuluh persen penduduk negeri ini yang bisa berjumpa dengan Sang Pencipta? Termasuk yang manakah Anda? (SPMC SW, Jumat, 9 Oktober 2015)
.
.
NOTES:
Berjumpa Pencipta adalah masuk Surga/Nirwana.
Apapun kepercayaan Anda, hayo terus menjaga "kesadaran" agar ingat untuk selalu berbuat baik. (SW)
.
.
Sumber gambar:
kunsbalai.blogspot .com

Wednesday, October 7, 2015

"RUPIAH MABUK, APA PRESIDEN JUGA MABUK?"



"RUPIAH MABUK, APA PRESIDEN JUGA MABUK?"
.

Opini Mabuk | (SPMC) Suhindro Wibisono
.
.

KETIKA hari ini pemerintah mengumumkan paket kebijakan ekonomi jilid 3, bersamaan pula rupiah menguat drastis. Lalu semua tipi mengupas dengan dialog-dialog oleh para ahli, hampir semua para ahli mengatakan bahwa hal penguatan rupiah itu adalah faktor external, tentu saja Menteri pembantu pemerintah juga mengatakan bahwa kebijakan jilid 3 diterima positif oleh masyarakat dan kalangan usahawan. Begitulah kenyataannya, saling klaim berebut kebenaran untuk sesuatu yang tidak dapat diukur kebenarannya dengan pasti, jadi tidak bisa disalahkan apapun pendapatnya.
.
 
KETIKA sebelumnya rupiah turun dengan drastis dalam tempo sesingkat-singkatnya, hanya dalam tempo beberapa hari sudah akan tembus ke 15 ribu, sementara pemerintah juga merasa fundametal ekonomi "tidak ada masalah", lalu pengamat yang juga merangkap politisi atau pengamat yang negatif sudut pandangnya terhadap pemerintahan saat ini, mengatakan: pemerintah tidak kredibel ; tidak dipercaya pasar ; gagal ; yang seharusnya diganti bukan Menteri tapi Presidennya. Itu jelas sudah kebacut, terlalu tampak nyinyirnya, atau justru belum move on? Dan sayangnya kebanyakan tipi lebih suka mengangkat hal-hal semacam itu, hanya satu dua tipi yang terlihat tidak memihak dan mengundang pengamat yang lebih netral. Maaf kalau saya salah duga, karena sangat mungkin itu juga tergantung dari sudut pandang saya, ketika ada yang menilai negatif maka saya katakan tidak pro, sedang yang menilai positif saya katakan pro. Jadi sebetulnya semua tergantung sudut pandang ya?
.

KETIKA hari ini kurs rupiah dikisaran 13.800 per satu dolar Amerika, sedangkan kemarin 14.250, pendapat "ngawur" menurut saya itu jelas faktor external. Sekaligus mengomentari para pengamat yang tidak konsisten, ketika rupiah melemah banyak yang tereak pemerintah tidak becus, tapi ketika rupiah menguat dikatakan karena faktor external. Karena ukuran faktor external adalah jika banyak negara juga terdampak, sedangkan faktor internal itu jika hanya negara ini saja yang terdampak. Bukankah hari ini Ringgit juga menguat sangat signifikan terhadap dollar Amerika? Dan sebetulnya yang terpenting adalah posisi keterpurukan negara ini dibanding negara-negara lain, juga cadangan devisa-nya. Bukankah kenyataannya kita tidak diposisi jelek-jelek amat?
.

KETIKA juga ada yang kecewa karena harga premium ternyata tidak turun, tapi solar turun 200 rupiah menjadi 6.700,- per liternya, semoga itu tidak mengecewakan banyak rakyat. Karena kalau toh seandainya premium diturunkan 500 rupiah per liter, percayalah hal itu hampir tidak berpengaruh apa-apa kepada dunia usaha, pengusaha kita sudah biasa maunya menang sendiri, kalau harga BBM naik, harga-harga barang akan ikut naik bahkan sebelum harga BBM itu sendiri di naikkan, tapi kalau harga BBM turun harga barang hampir tidak ada yang turun, dan itu sudah sering terbukti pada waktu-waktu sebelumnya. Coba kita amati untuk buktikan, apakah dengan turunnya solar 200 rupiah akan ada harga barang yang turun? Bukankah banyak kendaraan angkutan barang yang juga menggunakan bahan baka solar?
.
KETIKA
waktu itu anak saya tanya tentang apa maksudnya China mendevaluasi mata uangnya, sementara rupiah melemah kita kok seperti kebakaran jenggot?

.
KETIKA itulah saya juga merasa kebakaran jenggot, kok ditanyakan saya? Emang saya paham apa? Apa dia lupa kalau pendidikan formal saya jauh dibawah dia? Walau saya harus maklum memang dia ambil jurusan komunikasi bukan ekonomi.
.

KETIKA itulah saya "nekat" memberi jawaban ala kadarnya walau tidak yakin kebenarannya. Gini menurut saya, jangan diketawain ya, mesem saja kalau salah kaprah, namanya juga "nekat" .....
.

KETIKA awal terjadinya krisis waktu itu China justru mendevaluasi mata uangnya, karena China bukan Indonesia, lalu apa perbedaan nyoloknya? China tidak takut kalau negeranya tidak mampu membeli barang-barang dari luar negeri. Sementara bandingkan dengan NKRI, ketika rupiah terpuruk, rakyat negeri ini sudah kesusahan makan tempe. China sudah mandiri untuk kebutuhan pokoknya, mereka justru mementingkan export produknya, maka dia mendevaluasi mata uangnya supaya negara-negara berkembang tetap merasa murah beli barang buatan China, exportnya tetap lancar, otomatis para pekerjanya tidak banyak yang kena PHK, dengan begitu walau keadaan ekonominya juga berdampak, tapi tidak banyak mempengaruhi kehidupan rakyat sekelas pekerja.
.
KETIKA
Presiden Jokowi mengutamakan pembuatan infrastruktur dan banyak waduk-waduk utamanya untuk membantu pertanian agar dikemudian hari kita mandiri dibidang pangan, sungguh itu adalah kebijakan sederhana tapi akan berdampak luar biasa. Kenapa hal yang sederhana itu tidak dilakukan oleh pemerintah-pemerintah sebelumnya? Lalu sekarang sok bijak banyak memberi nasehat? Hemmm ... kalau keseringan saya khawatir akan menepuk air dalam dulang.
.

KETIKA tahun ini negara tidak import beras, itu adalah hal sepele tapi banyak yang tidak mau memberi apresiasi, coba bayangkan kalau ada import walau sedikit, pasti hujatan akan bertubi-tubi. Saya kok yakin ketika nanti waduk-waduk sudah jadi, kita justru akan export hasil pertanian. Nelayan juga sudah mulai banyak yang syukuran, nelayannya mulai merasakan dampak pemberantasan penjarah-penjarah hasil laut, padahal bukankah pemerintah blom menambah peralatan canggih untuk memberantas para penjarah? Kenapa pemerintah sebelumnya tidak mau melakukan? Bukankah itu masalah keberpihakan? Coba bayangkan kalau nanti infrastruktur sudah banyak yang jadi, multi efek ekonominya akan sangat luar biasa, justru inilah sesungguhnya yang sangat penting, mobilitas rakyat akan sangat luar biasa, dan itu akan memutar roda ekonomi yang sangat signifikan, efek dominonya akan sangat mencengangkan. Lalu Pak Presiden juga memperhatikan kehidupan-kehidupan warga perbatasan yang masih sangat memprihatinkan, sungguh inilah satu-satunya Presiden NKRI yang justru peduli kepada rakyatnya, peduli wilayah negerinya. Andai keadaan ekonomi segera membaik sehingga negara punya anggaran lebih, saya kok yakin Pak Presiden inilah yang akan mengubah wajah negara ini yang sesungguhnya. Hayo berpikir positif dan memberi dukungan agar kesejahteraan rakyat cepat tercapai, padahal itu artinya juga untuk kita semua, bagi yang kurang suka karena yang jadi Presiden bukan jagoannya, hentikanlah mencemooh atau menghina Presiden, nanti 2019 ada pemilihan lagi, dan memang itulah aturan mainnya. Karena suka atau tidak suka, Anda akui atau tidak, selama Anda adalah warga negara Indonesia, Presiden Jokowi saat ini adalah Presiden kita bukan? (SPMC SW, Rabu, 7 Oktober 2015)
.
.
Sumber gambar:
bisnis.liputan6 .com

Friday, October 2, 2015

"AHOK MASUK UGD RS. SUMBER WARAS"



.
~ "AHOK MASUK UGD RS. SUMBER WARAS" ~
.
Opini | (SPMC) Suhindro Wibisono
.

KETIKA Jokowi dan Ahok blom lama jadi DKI-1 dan DKI-2, Ahok kebagian tugas utama di dalam, beres-beres SDM dan konsep penataan DKI secara manajemen, itu rasional mengingat Ahok nama lengkap dan pendidikan formalnya adalah Ir. Basuki Tjahaja Purnama M.M., lulusan Universitas Trisakti dan STIE Prasetiya Mulya.
.
KETIKA itoe ingat saya belum setahun bulan madu jabatan dinikmati, mereka membuat gebrakan memungut pajak dari rakyat dengan cara yang "gila", yaitu pajak PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), saya curiga itu ulahnya Ahok dan suara dari lapangan juga banyak terdengar begitu. Banyak sekali keluhan masyarakat, dari semua golongan dan ras apapun, utamanya mereka semua yang punya tanah atau rumah. Caranya adalah meninjau ulang penilaian atas harga tanah disesuaikan dengan harga pasar minus 20 persen, atau 80 persen dari harga pasar. Itu menjadikan nilai aset warga DKI yang punya tanah dan rumah langsung melonjak kaget, antara girang dan berbuntut mengumpat, karena otomatis nilai objek pajaknya juga melonjak dikisaran 3 sampai 4 kali, tarif pajak adalah 0.150 % dari NJOP. Itulah salah satu contoh kejujuran memang tidak selalu menyenangkan. Lalu Ahok akan mengambil kebijakan bebas tarif PBB pada 2016 mendatang, bagi mereka yang punya hunian tidak lebih dari 1M maka bebas PBB. Itu artinya hanya untuk hunian-hunian di perkampungan dan yang ukuran huniannya tidak gede, jadi memang sasarannya adalah rakyat kecil.
.
KETIKA Pemprop DKI beli tanah RS. Sumber Waras, menurut Ahok tidak menyalahi aturan karena harga belinya sesuai NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) atau tidak melebihi NJOP dan justru diuntungkan karena tidak mengikuti harga pasar. Menurut berita yang saya lihat dari tipi, dan juga masih menurut Ahok, hal yang dilakukan itupun sesuai dengan peraturan yang berlaku.
.
KETIKA anggota DPRD DKI yang juga mendeklarasikan diri untuk Cagub DKI 2017 mendatang mencoba menggoyang Ahok dengan melaporkannya kepada KPK agar kasus tanah RS. Sumber Waras diusut, sepertinya akan jadi polemik baru di jagad pemberitaan Ibu kota negeri ini. Test case yang kesekian kalinya untuk Ahok, kali ini tidak hanya menyangkut "kebersihan" tapi juga menyangkut "benar/salah" kebijakan yang sudah diambil. Pada ranah kebersihan/kejujuran saya secara pribadi tidak meragukan Ahok, tapi kalau soal "benar/salah", walau memang tidak ada manusia yang selalu benar, untuk kasus tersebut, saya masih condong TIDAK menyalahkan Ahok. Dan pasti akan ada komentar yang nyinyir soal pendapat saya itu, TIDAK ADA MASALAH, itulah namanya demokrasi bukan? Biarkan dengan bergulirnya kasus tersebut akan terlihat apakah Ahok masih benar atau malah justru salah atau justru juga terlibat korupsi?
.
KETIKA proses "mengkuliti" Ahok tersebut berlangsung, hal yang tidak dapat dihindari adalah eksesnya. Jika ternyata Ahok tidak terbukti korupsi apa lagi tidak terbukti salah, maka itu adalah iklan gratis yang justru akan melambungkan nama Ahok ke awang-awang, atau sebaliknya menjatuhkan sampai kedasar jurang tak berujung kalau terbukti Ahok korupsi, karena selama ini kejujuran yang digaungkan Ahok adalah trade mark Ahok yang sangat disukai rakyat pendukungnya termasuk saya. Lalu yang menjadi penasaran saya adalah, kalau memang Ahok salah atau dicurigai korupsi sesuai yang dilaporkan kepada KPK, kalau memang punya data yang lengkap dan mumpuni seperti yang didalihkan oleh pelapor, kenapa tidak terlebih dahulu mengadili Ahok di sidang paripurnakan saja di DPRD DKI? KENAPA? Bukankah DPRD memang tugasnya mengawasi Eksekutif? Bukankah DPRD punya hak untuk memanggil Gubernur untuk mempertanyakan hal yang dianggap wah atau kasus yang dianggap besar? Apalagi kalau ada indikasi penyelewengan uang negara berjumlah besar? Bukankah dengan "mengadili" Ahok terlebih dahulu di DPRD justru akan menjatuhkan nama Ahok berkali-kali lipat? Bukankah dengan menggugat Ahok terlebih dahulu di DPRD DKI akan memuaskan semua anggota DPRD? Lalu setelah terbukti Ahok terseok-seok kedodoran dan ceto-welo-welo terlihat salahnya, bukankah datanya akan lebih mantap di sodorkan kepada KPK?
.
KETIKA DPRD DKI tanggal 11 Agustus 2015 adakan rapat Pansus Laporan Hasil Pemerikasaan(LHP) BPK, bukankah Wagub Djarot Saiful Hidayat sudah membawa bukti tanda tangan adanya restu pembelian RS. Sumber Waras oleh semua pimpinan DPRD DKI, bukankah sangat keblinger kalau sekarang belagak pilon juga mempertanyakan dan mempermasalahkan bahwa lahan yang dibeli juga tidak sesuai lokasinya? Kalau kurang puas dengan rapat Pansus tanggal 11 Agustus 2015, kenapa tidak diadakan lagi lalu panggil Ahok saja sekalian? Atau takut dengan Ahok karena anggota DPRD DKI ciut nyalinya khawatir ditelanjangi Ahok yang akan semakin kelihatan kebangetannya?
.
KETIKA merenungkan itu semua, timbul pertanyaan dalam hati, apakah sejatinya banyak anggota DPRD DKI yang kurang mumpuni cara berpikirnya? Padahal seingat saya sudah sangat sering mereka-mereka yang orangnya hanya itu-itu saja terbukti seperti menepuk air dalam dulang. Itulah cerminan banyak tokoh bangsa ini sebetulnya, bangsa yang banyak tokohnya sangat egois dan tidak punya rasa malu, padahal punya rasa malu adalah hal yang membedakan antara manusia dan binatang. SUNGGUH MENGENASKAN. (SPMC SW, Kamis, 1 Oktober 2015)
.
.
~~~~~~~~~~
.
CATATAN:
.
KETIKA Ahok mengkritisi Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI yang punya anggaran 2,4T baru dipakai 200M, itulah fenomena kebangetan yang mendarah daging pada banyak aparat kita. Kalau dibilang SKPD yang membidanginya tidak mampu, rasanya kok susah diterima akal sehat. Kemungkinan yang terjadi benar apa yang ditereakkan Ahok, adanya "indikasi" permainan untuk minta komisi bawah tangan atas pembelian tanah tersebut. Bukankah panduannya sudah sangat jelas boleh membeli dengan harga setara NJOP-nya, lalu kalau mau menekan penjual dengan harga dibawah itu, apa dianggapnya zaman sekarang orang-orang di DKI masih gampang dibodoh-bodohi gitu? Atau adakah indikasi "musuh dalam selimut" agar penyerapan anggaran secara keseluruhan rendah, dan Gubernur terlihat tidak mampu bekerja? Yang buntut akhirnya juga agar Ahok tidak terpilih lagi menjadi Gubernur untuk periode mendatang? Sungguh suatu usaha yang kebangetan juga, ke-egosi-an yang amat sangat, berdalih tidak korupsi walau tidak peduli berakibat merugikan kepentingan rakyat banyak. Bukankah seandainya pembelian tanah untuk pemakaman tidak dilaksanakan, padahal rakyat sudah mengeluhkan kekurangan lahan untuk pemakaman, itu artinya tidak peduli dengan kepentingan rakyat banyak demi ambisi menjungkalkan Gubernur? Apakah itu bukan egois yang kebangetan namanya? Semoga banyak rakyat yang melek, mencari penyebab akar masalah, bukan hanya apa yang tampak dipermukaan saja.(SW)
.
.
Sumber gambar:
news.okezone .com
.
Silahkan baca artikel pada alamat Link berikut:
.
Djarot Kantongi Bukti DPRD Restui Pembelian RS Sumber Waras
.

http://news.okezone.com/read/2015/08/11/338/1194474/djarot-kantongi-bukti-dprd-restui-pembelian-rs-sumber-waras