Tuesday, June 3, 2014

BIBIT-BEBET-BOBOT (PRABOWO & KUDANYA)

 

                     (Image source: tempo.co)



Blogspot. Ketika visi-misi Prabowo tentang ekonomi kerakyatan  dipertanyakan karena dihubungkan dengan koleksi kuda Prabowo yang kabarnya berharga mencapai Rp.3M per ekor, jawaban terbagus yang pernah saya dengar adalah: Kuda tersebut dibeli untuk bibit unggul (biang), sehingga keturunannya juga akan unggul sehingga bisa dijual dengan harga mahal. Dan itu justru menguntungkan, bukan pemborosan atau terkesan foya-foya ditengah banyak derita rakyat yang masih miskin. Seterusnya tentu saja saya tidak bermaksud debat soal itu, tapi saya mau mengupas tentang “bibit-bebet-bobot” sesuai judul artikel ini.

Saya melihat di tipi, betapa dengan bangga Fadli Zon menyampaikan tentang betapa hebatnya silsilah Capres Prabowo. Lalu pada kesempatan-kesempatan lain juga diwacanakan oleh Fahri Hamzah dari PKS dengan nada tinggi sesuai cirinya untuk meyakinkan kita sebagai pemirsa, oleh Ahmad Yani dari PPP, dan tokoh-tokoh lain kubu pendukung Prabowo.

Bibit-bebet-bobot, saya juga sering mendengar istilah itu, kebanyakan Orang Jawa juga menganggapnya sesuatu yang penting. Doeloe, hal tersebut sangat diutamakan dalam memilih pasangan hidup. Tapi dengan seiring perkembangan zaman, nilai tersebut agaknya sudah mulai bergeser. Terlebih lagi kalau hal itu diimplementasikan untuk memilih pemimpin, tentu saja sangat tidak cocok kecuali dalam hal kerajaan yang memang otomatis. Dan sejatinya, sangat banyak sekali apa yang kita anggap mutlak benar hari ini, akan tetap mutlak benar dikemudian hari. Seratus tahun yang lalu kalau ada yang mengatakan bahwa ada manusia datang dari bulan, pasti dianggap orang gila bukan? Dan bisa jadi seperempat abad yang lalu, masih dianggap fiksi kalau ada mobil dijalankan tanpa perlu sopir, dan sekarang sudah terjadi walau baru bisa mencapai kecepatan 40km/jam.

Saya bukan hendak menapikan sama sekali tentang bibit-bebet-bobot, tapi bermaksud memberi gambaran bahwa untuk pemilihan pemimpin hal itu ternyata justru sangat tidak pas.

Belum lama saya lihat di TVONE wawancara dengan Prabowo yang mengatakan suka sekali membaca sejarah biografi tokoh-tokoh hebat didunia, bukankah seharusnya Prabowo ingat bahwa banyak tokoh hebat didunia yang justru terlahir dari keluarga rakyat jelata? Tidak usah terlalu jauh, apakah Prabowo lupa Presiden RI ke dua Soeharto mantan mertuanya juga lahir dari keluarga sederhana? (Maaf kalau justru saya yang salah membaca sejarah, SW)

Bagi yang percaya, sejak Adam dan Hawa ada, entah sudah berapa triliun manusia pernah ada dibumi ini, tapi pengetahuan memberi penjelasan kepada kita, tidak ada manusia yang seratus persen identik walau itu saudara kembar sekalipun. Bukankah begitu? Tuhan memang luar biasa. Maka ketika kita bicara tentang bibit-bebet-bobot, sesungguhnya lahir dari keluarga hebat/priayi/ningrat/menak/bangsawan/darah biru/aristokrat dan sebagainya yang digambarkan sangat luar biasa itu, justru punya beban yang tidak ringan, tapi tidak otomatis sebagai orang hebat, bukankah manusia bukan komoditas seperti keturunan kuda mahal, atau anak keturunan anjing ras dengan bekal stambum sebagai tanda bukti?


Kalau kekayaan bukan sebagai ukuran mutlak, tapi lebih menilai tentang prestasi, dan utamanya moral yang baik sebagai manusia, dan ternyata moral yang baik itu mengajarkan rasa malu, welas asih, tidak egois, tidak sadis dan seterusnya. Karena sejatinya moral yang baik itulah yang membedakan antara manusia dan binatang. Maka sebetulnya keluarga siapa yang lebih hebat, orang tua Prabowo atau orang tua Jokowi? Tentu saja ukurannya adalah hasil, orang tua Prabowo menghasilkan Prabowo, orang tua Jokowi menghasilkan Jokowi dan juga orang tua Soeharto menghasilkan Soeharto. Nah silahkan nilai sendiri, tapi ketika seandainya Jokowi nanti terpilih sebagai Presiden, maka orang tua Jokowi semakin membuktikan jauh lebih hebat bukan?
Akhirnya saya harus meminta maaf atas isi artikel ini walau sebetulnya isi artikel ini berguna untuk Kubu Jokowi maupun Kubu Prabowo. Setelah membaca artikel ini, masihkah akan meng-agung-kan bibit-bebet-bobot? Sebagai manusia, “STAMBUM” bukan garansi mutu, percayalah! (SPMC SW, Juni 2014)
.
—————————————-


Kivlan Zen adalah rekan Prabowo, dan posisinya sekarang adalah tokoh partai PPP koalisi kubu Prabowo untuk Capres 2014. Kalau memang secara moral ada masalah, layakkah Prabowo menjadi pemimpin Negeri ini?


——————-


.

“KIVLAN ZEN: SECARA MORAL PRABOWO BERTANGGUNG JAWAB”
.

  http://t.co/14ToV3SECw
.
——————–
.
Semoga Anda masih sempat membaca, atau jangan-jangan sudah dibredel.
(SEMOGA BLOM DIHAPUS)

.  
REKAM JEJAK TRAGEDI MEI ‘98
.

  http://t.co/bop3ecT2eF
.
——————-
 

.
(AMBISIUS !) BOCORNYA PERSIAPAN PIDATO INAGURASI “PRESIDEN” JOKOWI
.

  http://t.co/XmMVPef9G6
.
 

 ——————–

No comments:

Post a Comment