“AHOK
“COPYCAT” BANDUNG BONDOWOSO BUAT CANDI DALAM SEMALAM”
.
Uneg-uneg OPINI | (SPMC) Suhindro Wibisono.
.
(JANGAN BERI TANGGAPAN KALAU BLOM KELAR BACA ARTIKELNYA)
.
Ketika kumpul dengan para sahabat di meja makan restoran di Bintaro Xchange
setelah sebelumnya kami menggeruduk kediaman Ibu Linda salah satu teman yang
memang tinggal di daerah Bintaro, seperti biasa kami kongkow ngalor-ngidul
tanpa konsep, mulai cerita zaman bahuela ampe cerita buka-bukaan kartu
masing-masing, sampai akhirnya cerita tentang AHOK Gubernur DKI Jakarta yang
fenomenal itu.
.
Kalau sudah cerita kearah situ, biasanya banyak yang mengalah, dan memberi
kesempatan kepada saya, karena mereka tahu saya suka menulis tentang Ahok, saya
katakan mereka "mengalah" karena sejatinya memang ada yang lebih tahu
dari saya tentang Ahok, atau setidaknya ada yang lebih dekat. Lha saya ketemu
dengan Ahok saja belum pernah, sementara teman saya malah sudah ada yang photo
sama Ahok dalam suatu pertemuan.
.
Setelah saya katakan kehebatan-kehebatan Ahok seperti yang sering saya tuliskan
dalam artikel, lalu saya katakan "Saya tahu rahasia Ahok kenapa dia
JUJUR". ~ "Emang kenapa ??" Mulai banyak yang penasaran mempertanyakan
hal itu, tentu saja kami harus menjaga intonasi suara yang mulai agak seru
karena kami memang berada di dalam restoran yang juga banyak pengunjungnya
walau memang kami ber-sepuluh sudah diposisi mojok, padahal rombongan kami
hanya separo dari jumlah yang siang tadinya kumpul makan-makan juga, pokoknya
itu hari minggu yang khusus untuk menambah berat badan.
.
"Emang kenapa mas, bikin penasaran saja", salah satu nada tanya yang
saya comot untuk tuliskan disini. Lalu saya terangkan, "Rahasianya ada di
tanggal lahir Ahok." Mulai deh semakin seru ..... dan pastinya lebih
berisik, "sst .... sst ... sst .... ya udah bersambung saja supaya kita
bisa kumpul-kumpul lagi, jangan kasih tahu sekarang mas, hayo kita tentukan
kapan ngumpul lagi" ..... dan masih banyak celotehan yang semakin seru,
ada yang nyeloteh .... "mulai klenik nih ~ hong sui - hong sui ~ wah pakai
ilmu perbintangan, ramalan, dll" yang mirip-mirip gitu .... Karena memang
waktu itu posisi kami sudah selesai makan.
.
"Oke oke, supaya saya tidak punya beban, jawabannya adalah singkat, karena
tanggal lahir Ahok sama dengan tanggal lahir saya." Wouw wo wo , makin
riuh lah mereka, "emang tanggal berapa?" Kebetulan ada yang ingat
tanggal lahir saya, "emang Ahok tanggal lahirnya tanggal segitu? narsis
lhu, promosi nih ye, jadi mau bilang kalau sendirinya juga jujur gitu?,
nasibnya yang beda banget, ...huuu ... huuu...." ah semakin hingar
bingarlah mereka ..... begitulah keriuhan itu, dan kami semua suka keriuhan
kecil, yang penting jangan dimasukkan dalam hati, just intermezo.
.
Ketika melihat berita Ahok marah di "Jakarta Book & Edu Fair",
saya belum pernah lihat hal serupa dilakukan oleh Gubernur sebelumnya, diminta
meresmikan justru menghimbau agar tidak dikunjungi, saya suka gaya Anda Pak
Gubernur DKI Jakarta! Harusnya yang malu bukan hanya para haters, selain Bang
Ali Sadikin dan sebentar oleh Jokowi yang layak kita acungi jempol, para
Gubernur sebelumnya mestinya juga malu kalau punya kepekaan yang sama. Maaf
kalau ada perbedaan sudut pandang, dan anggap saya salah berpendapat, tapi beda
tidak masalah ya, jangan masukkan dalam hati.
.
Ahok sedang memperjuangkan anggaran (APBD) DKI, besar kemungkinan untuk tahun
inipun serapannya akan kurang maksimal, seperti yang sudah pernah saya kupas
dalam artikel lain, kejujuran harus dilumpuhkan, karena mengganggu kemapanan
para koruptor yang sudah lebih setengah abad bercokol di negeri ini, bahkan itu
sudah jadi budaya, dan dianggap wajar, bahkan dianggap lihai bagi yang mampu
memperkaya diri dengan cara yang tidak mau dipikirkan bahwa sebetulnya itu
tidak halal, atau malah dianggap sudah takdirnya menjadi kaya raya, kenapa
harus peduli lebih jauh lagi, karena terbukti bukankah negeri ini masih tetap
ada walau rakyatnya memang banyak yang tidak sejahtera? Sebodo amat, yang
penting aku dan sejawatku kaya raya, yang penting tiap tahun aku bersedekah
pada rakyat yang miskin dan papa, bukankah aku akan tampak hebat dan
di-elu-elukan? Bukankah aku akan terkenal sangat dermawan? Begitulah cara pikir
para koruptor, dan ngenesnya mereka itu luarbiasa bukan main terlalu amat
sangat buannyaak sekali jumlahnya, itulah mengapa dikatakan sudah membudaya.
Jadi yang aneh itu justru yang diluar mainstream, dan itulah termasuk salah
satunya yang menonjol adalah Ahok. Yang masih sedang diupayakan untuk terus
dijegal sebagai Gubernur, dan salah satunya adalah agar penyerapan anggaran
sangat sedikit, dan itu semua hanya bisa dilakukan oleh bawahan Gubernur
sendiri.
.
Ketika hanya ada satu kucing yang paling garang sekalipun di masukkan kedalam
gudang yang penuh dengan tikus-tikus gendut, dapatkah anda membayangkan apa
yang akan terjadi? Beruntung perumpamaan itu tidak realita terjadi, karena yang
dianggap kucingnya adalah Ahok yang JUJUR~CERDIK~BERANI~PEDULI, berilah
kesempatan Ahok membuat perubahan kepada Indonesia dengan mencontohkan pada
DKI, juga Pak Presiden untuk NKRI yang punya visi serupa, keduanya punya
rintangan yang sangat berat, Presiden utamanya menghadapi partai-partai, karena
tanpa partai tidak mungkin ada Presiden Jokowi, dan juga beberapa Pemimpin
Daerah yang juga terkenal bersih. Itulah sebab ayo kita bantu Ahok mumpung
masih bisa lewat jalur independen, walau memang tidak mudah mengumpulkan sejuta
copy KTP warga DKI, tapi bukan sesuatu yang mustahil bukan? Dan bagi mereka
yang tidak sependapat, atau yang tidak menginginkan Ahok jadi Gubernur lagi,
itu boleh dalam alam demokrasi, hanya pesan saya, bagi pembenci AHOK jangan
keluhkan lagi apa yang akan terjadi pada periode-periode berikutnya, jangan
sesali kalau korupsi meraja-lela lagi di DKI. Silahkan gadaikan kebencian SARA
demi pendapat “haram hukumnya bagi muslim yang memilih kafir sebagai pemimpin”,
pendapat yang dikutip dari Quran sama yang dipahami oleh para pendiri Bangsa
tapi nyatanya membolehkan siapa saja warga negara ini untuk jadi Pemimpin
Bangsa. Itulah bunyi konstitusi kita, konstitusi yang menjadi acuan kita untuk
berbangsa dan bernegara di NKRI sini. Jadi menurut saya, pendapat haram yang
sering di tereakkan itu, apakah tidak sebaiknya diberlakukan di negara yang
menganut azas muslim dalam konstitusinya? Apakah saya salah? Mohon
pencerahannya. Karena setiap warga negara di NKRI sini, masih menurut
konstitusi, mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Jadi mohon jangan bicara
mayoritas atau minoritas lagi kalau ingin memberi tanggapan, karena sebetulnya
itu sudah tidak relevan, kita adalah Indonesia, bukankah begitu kata-kata
penting dalam Sumpah Pemuda?
.
Apakah anda pernah dengar cerita tentang adanya 8000 lebih jabatan di Pemprop
DKI, lalu sudah dirampingkan menjadi 6000 lebih oleh Ahok, sekaligus membasmi
“tikus-tikus” yang sudah sangat ndablek, semua jabatan sekarang berpatok’an
MELAYANI rakyat, hampir semua kena gusur karena merasa bingung oleh ulah Ahok
yang sangat luar biasa. Kalau tadinya jabatan dianggap sebagai anugrah yang
luar biasa empuk dan hampir tidak ada beban, sekarang jabatan di Pemprop DKI
sekaligus merupakan beban tanggung jawab yang harus dibuktikan kepada
masyarakat. Kinilah saatnya transisi itu, masa yang amat sulit bagi mereka yang
sudah biasa dilayani menjadi melayani. Semua pejabat Pemprop yang diangkat
harus tanda tangan surat perjanjian kerja yang berisi apa tanggung jawab dan
capaian yang diharapkan, maka konsekwensinya harus mundur kalau tidak becus
mencapai target tersebut, itulah jangan heran kalau bongkar pasang akan sering
terjadi, dan semua itu demi pelayanan terhadap masyarakat DKI dan penyelamatan
APBD. Lalu terjadilah hiruk pikuk disemua lini, perlawanan tiada henti,
pekerjaan yang hampir mustahil untuk dilakukan oleh hanya seorang Gubernur
tanpa tekad baja, itu sungguh pekerjaan “gila”, bukan hanya dituntut JUJUR,
tapi harus BERANI, CERDIK, dan syukur Ahok juga PEDULI pada rakyat kebanyakan.
Itupun juga akan menuai cemooh: “gitu saja kok dianggap fenomenal, macet masih,
banjir masih”, padahal sudah berapa Gubernur malah tidak becus memperbaiki DKI,
dan coba bandingkan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Ahok? “GILANYA”, Ahok
membenahi semua lini! Demi memberantas korupsi, menjaga APBD DKI dari garong,
Ahok yang awalnya dimusuhi semua bawahannya sendiri, masih juga menghadapi
musuh yang seharusnya bertugas membantu mengawasi APBD itu sendiri. Kini
setelah banyak pejabat Pemprop DKI diganti, sangat mungkin musuhnya sedikit
berkurang karena sudah menemukan pejabat-pejabat yang lebih bermartabat karena
menghalalkan apa-apa yang memang halal. Tapi itu baru sedikit. Jadi apakah
pekerjaan yang luar biasa itu harus dihentikan? Semuanya terserah kita warga
DKI, karena memang kedaulatan ada ditangan rakyat. Maaf saya hanya sekedar mengutarakan
pandangan.
.
Kalau masih ada waktu untuk jabatan Gubernur bagi Ahok, saya usulkan pada masa
yang akan datang test masuk untuk jadi karyawan Pemda DKI agar mengalami
perubahan yang sangat mendasar, bukan lagi atas dasar KKN atau titipan seperti
yang sering kita dengar sebelumnya, tapi benar-benar test yang bermartabat,
karena memang mencari orang-orang hebat yang bukan hanya bertugas membebek
atasannya, mencari orang yang memang kredibel, diberi gaji yang juga bisa
sebaik gaji karyawan swasta bahkan melebihinya, dan dalam jumlah orang
secukupnya. Sehingga betul-betul merubah wacana, bahwa menjadi karyawan Pemda
itu punya gengsi tinggi karena bukan karena KKN, bukankah sering kita dengar
kalau suatu divisi atau apalah itu istilahnya, SKPD, Dinas-dinas, Badan-badan,
Inspektorat Daerah, lembaga-lembaga daerah lain, mungkin semacam departemen di
pemerintahan pusat, jika pemimpinnya orang Jawa maka mayoritas juga akan diisi
karyawan orang Jawa, kalau Batak juga diisi mayoritas Batak dan seterusnya.
Carilah orang-orang terbaik Pak Gubernur, ciptakan greget, jadi karyawan Pemda
DKI itu tidak gampang karena memang bukan gampangan dan memang tidak mudah
untuk bisa jadi karyawan Pemda DKI dan yang pasti bukan karena ras atau karena
warna kulit, tapi atas dasar kompetensi sesuai kebutuhan.
.
Pak Ahok, tentang biaya gratis untuk anak sekolah, seandainya Anda mau coba
mempertimbangan usulan saya begini: Semua siswa sekolah negeri DKI adalah
gratis, utamanya negeri, karena julukannya saja sudah sangat jelas “negeri”
berarti itu menjadi tanggung jawab Pemerintah bukan? Kalau kurang .... ya bikin
lagi sekolahnya, atau kalau ada sekolah yang bukan negeri tapi minta dibiayai,
ya kalau bisa di luber jadi negeri saja. Gratis sebaiknya diberikan kepada
semua murid di sekolah negeri, tidak peduli itu anaknya orang kaya atau anaknya
orang miskin. Karena menurut saya, dalam segala lini kehidupan berbangsa dan
bernegara, yang namanya peraturan atau UU mestinya ya diberlakukan secara
setara, dan pakai aturan yang bisa diterima oleh semua kalangan dengan tidak
membedakan. Karena bagi mereka yang jadi anaknya orang kaya, bukankah itu
berarti ortunya juga sudah membayar pajak lebih besar dari yang ortunya miskin?
Jadi apa salahnya kalau mereka juga menerima bea siswa itu? Dalam hal BPJS yang
“diributkan” haram/halal kemarin dulu oleh MUI, saya juga berpendapat begitu (gratis untuk seluruh rakyat yang sudi). Justru
kesetaraan itulah yang penting, kesetaraan sama-sama tidak ada yang merasa
bayar dan seterusnya. Lalu jangan berikan uang lewat bank kepada siswa untuk
biayanya. Tapi langsung kesekolah, jadi setiap awal pelajaran baru, tiga hari
pertama yang biasanya untuk ospek atau masa perkenalan itu, dihapuskan saja,
karena memang itu tidak ada gunanya, hampir setiap manusia itu punya naluri
penyesuaian diri yang mengagumkan, jadi tidak butuh lagi masa perkenalan atau
masa penyesuaian diri yang sudah hampir pasti seperti masa “penjajahan” oleh
yang senior terhadap yuniornya. Masa awal itu sebaiknya untuk membagikan semua
kebutuhan sekolah secara gratis, hari pertama untuk anak SD kelas 1 dan 2, juga
SMP kelas 1, juga SMA kelas 1, hari ke 2 untuk anak SD kelas 3 dan 4, juga SMP
kelas 2, juga SMA kelas 2, dstnya. Selain pembagian buku dan alat tulis,
termasuk pembagian Sepatu dan Baju seragam. Saya kok pikir itu lebih mengena
dari pada dibagikan lewat bank diberikan nominalnya. Karena bukankah dengan
begitu Pemerintah bisa lebih punya daya tawar terhadap produsen pembuat
pelengkapan sekolah? Bukankah pembelian dalam jumlah banyak logikanya akan
mendapat harga yang lebih murah dari pada setiap murid harus beli
sendiri-sendiri padahal itu juga pakai duit yang bersumber sama?
.
Pemilihan orang-orang jujur untuk pengawasan pelaksanaan program tersebut tentu
saja penting, dan bukankah Pak Ahok sudah semakin banyak menemukan orang-orang
semacam itu di Pemprop DKI, juga dengan sistem manajemen yang terus diperbaiki,
saya yakin Bapak Gubernur dapat mengatasi itu. Lalu ditambahkan lagi
dibentuknya sistem manajemen untuk anak-anak wajib sekolah, sekali lagi WAJIB
sekolah. Itu berarti membutuhkan perangkat desa yang terbawah, seperti misalnya
para Lurah yang harus menguasai wilayahnya masing-masing. Mereka bisa
mengkoordinir RW dan RT masing-masing wilayahnya, setiap kelurahan harus
menguasai data kependudukan warganya, maka jika ada anak yang memasuki usia
sekolah, kelurahan wajib memberikan surat pemberitahuan kepada ortu anak
tersebut bahwa anaknya wajib sekolah, disekolah terdekat wilayahnya. Maka jika
ternyata anaknya tidak disekolahkan, maka ortunya bisa dihukum karena dianggap
melangar peraturan pemerintah. Dan seterusnya yang bermaksud begitu yang saya
yakin banyak yang memahami maksud penulisan artikel saya.
.
Begitu juga kalau ingin membuat sekolah unggulan, misalnya sekolah unggulan
untuk tingkat SMP maupun SMA / SMK, sebaiknya juga diadakan di wilayah
masing-masing, jadi ya setidaknya ada di 5 wilayah DKI, jadi murid bisa masuk
kesekolah tersebut sesuai dengan domisilinya. Tapi test masuk kesana juga harus
sesuai karena memang namanya saja sekolah unggulan, jadi bukan karena atas
kemampuan bayar uang pangkal, karena memang sekolahnya gratis. Percayalah Pak
Gubernur, itu akan menciptakan manusia-manusia hebat untuk masa depan Bangsa
ini, dan DKI punya peranan memberi contoh yang sangat hebat. Begitu uneg-uneg
saya, maaf kalau ngaco, maklum namanya juga uneg-uneg. (SW, Senin, 3 Agustus
2015)
.
.
Sumber gambar:
ahok .org