(Image source: surabaya.bisnis.com)
Blogspot.
KETIKA hari ini hangat lagi berita tentang pembangunan
mercusuar yang sudah BERHASIL didirikan tiang pancangnya oleh Malaysia
di Tanjung Datu, Kalimantan, yang oleh Indonesia dinyatakan wilayah
abu-abu. Itulah awal mula pemicu pengetikan artikel ini.
KETIKA Menlu kita “merasa berhasil” menghentikan
pembangunan mercusuar tersebut melalui perundingan oleh pihak Malaysia,
sungguh dari kaca mata saya adalah kegagalan. Pada artikel saya
sebelumnya hal itu sudah saya duga, maksimal penghentian. Mengingat
saya adalah rakyat biasa yang bahkan berpendidikan sangat kurang,
sangat mungkin saya salah. Tapi bolehkah saya mengatakan, kalau
Indonesia yakin bahwa yang dilakukan Malaysia adalah tidak benar,
lenyapkan saja tiang pancang mercusuar tersebut, apapun caranya!
Termasuk ketika Indonesia meyakini bahwa itu adalah wilayah abu-abu,
wilayah dimana kedua belah pihak tidak boleh beraktivitas. Kalau
Malaysia benar, tolong kasih tahu ke mereka untuk melanjutkan
pembangunan mercusuar tersebut. Menurut logika saya, hanya ada dua
pilihan, biar mereka lanjutkan atau lenyapkan. Kalau misalnya kita
yakin itu wilayah NKRI, ataupun itu wilayah abu-abu dan sudah ada
perjanjian sebelumnya bahwa tidak boleh melakukan kegiatan yang bersifat
menetap diwilayah tersebut, lenyapkan saja tiang pancang tersebut.
Tidak perlu ijin Malaysia, anggap saja bangunan tidak bertuan.
Percayalah itu termasuk salah satu bagian dari penegakkan rasa
Kebangsaan yang sudah hampir hilang pada diri kita semua. Kalau hal
tersebut dilakukan, anehnya …saya sangat yakin Malaysia tidak akan
berani perang dengan NKRI. Karena sejatinya Malaysia sudah menghitung
bahwa apa yang dilakukan itu hanya akan berakhir penghentian, dan saya
sangat yakin mereka sedang tersenyum menikmati kebenaran hasil
prediksinya, sementara Menlu dan Pemerintah kita “merasa berhasil”
menghentikan. Memilukan!
.
“GANJANG MALAYSIA!!”
.
http://t.co/QNzA2f8U2h
.
KETIKA ada penganiayaan dan juga dialami oleh wartawan
KompasTV, lalu hanya berselang dua hari kemudian terdapat perusakan
bangunan rumah ibadah yang “diberitakan” tidak berijin, semuanya itu
terjadi di Sleman,Yogya. Kalau melihat rekaman peristiwa yang
ditayangkan di tipi-tipi, dan sudah lama Pemerintah mengatakan Negara
tidak boleh kalah dengan preman, justru itu membingungkan rakyat.
Sebegitu tidak berdayanyakah Pemerintah ini? Lalu kesan yang
diwacanakan oleh tokoh-tokoh yang berkompeten adalah: Karena mereka
sedang emosi tinggi, maka tidak dilakukan penangkapan, dan itu adalah
strategi. Lho lho lho …… saya jadi mikir …. bukankah strategi itu yang
menyebabkan terjadinya kasus Trisakti? Yang demo tidak anarkis malah
ditembak, sementara kalau anarkis malah didiamkan. Semoga itu hanya
pemikiran saya yang lagi galau saja. Jadi pastinya ya salah, lupakan
saja ya. Maaf kalau gitu.
KETIKA saya membaca ulang isi artikel ini sebelum di
publish, apakah juga ada yang menyuarakan kegalauan senada? Yang
meminta melenyapkan tiang mercusuar hasil karya Malaysia, juga yang
geram melihat pembiaran kasus perusakan di Sleman, Yogya. Atau
jangan-jangan saya sedang gila sendirian, gila rasa Kebangsaan,
Kebangsaan yang ternyata membuat saya gila sendirian. Saya tak tahu
harus mengetik apa lagi untuk menurunkan tensi ini, selain memberi
jawab judul artikel ini bahwa ternyata: SAYA-lah yang KAMPANYE “GILA RASA KEBANGSAAN" itu. (SPMC SW, Juni 2014).
——————————
Catatan:
Walau pemerintahan yang sekarang ibarat kapal kerem seperti yang
dikatakan pada pidato Presiden SBY kemarin karena memang akan segera
berakhir, semoga tergerak untuk mengukir sejarah dengan tidak hanya puas
karena sudah merasa berhasil menghentikan pembangunan oleh Malaysia.
Tinggalkan warisan kehormatan itu Pak, percayalah kita sedang
membutuhkan. Juga kehormatan tentang Negara atau Pemerintah tidak boleh
kalah dengan Preman, mohon ditambah juga tidak boleh kalah dengan
OKNUM, sekalian pembuktian bahwa itu bukan hanya wacana! (Maaf kalau
dianggap mendikte, SW)
.
——————–
.
(Politik Adu Domba?)
“KADO KEBRUTALAN HUT PANCASILA”
.
http://t.co/6eT9MTf95h
.
———————
( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment