(Image source: soedoetpandang.wordpress.com)
Blogspot. Begitu banyaknya artikel tentang Debat
CA(WA)PRES di publish, juga kupasannya, semua tipi membicarakan,
terutama memberi penilaian, dan bisa ditebak semua penilaian yang ada,
tak terkecuali artikel ini, rasanya tidak mungkin melepaskan interest
bukan? Itulah sebabnya keberpihakan adalah keniscayaan.
Kalau Anda mau tahu kehebatan Prabowo, lihat saja TVONE dan JAKTV, masih
banyak juga tipi lain yang menghebatkan Prabowo, tapi karena yang lain
lebih sedikit acara ‘berita’ jadi tidak terlalu heboh. Kalau mau tahu
kehebatan Jokowi, lihat saja METROTV.
METROTV jelas berpihak pada kubu Jokowi, tapi TVONE lebih hebat dalam
keberpihakkannya kepada Prabowo, dimulai kurang lebih seminggu yang lalu
beberapa kali menampilkan pengamat gesture Taufik Bahaudin yang sangat
luar biasa, tidak ada satu sisipun yang positif tentang Jokowi, tapi
sangat hebat yang dilihat pada Prabowo, entah mendapat honor berapa atas
keberpihakan tersebut? JAKTV juga sangat terlihat keberpihakkannya
pada Prabowo, waktu itu saya pernah lihat debat di JAKTV, ada 4 orang
nara sumber, satu orang dari PDIP (Eva KS), satu dari GERINDRA(maaf
lupa namanya), terus ada mantan Wagub DKI Priyanto yang nota bene kubu
team sukses Prabowo, dan satu lagi pengamat politik LIPI Siti Zuhro.
Sekali lagi saya katakan METROTV memang memihak Jokowi, tapi lebih
cenderung menampilkan segi positif Jokowi, tapi kalau TVONE terlihat
sangat nyata menampilkan tokoh-tokoh atau pengamat yang sengaja
menjelekkan Jokowi, dan sesungguhnya itu kurang elegan.
Mengenai isi debat CA(WA)PRES pada Senin, 9 Juni 2014 malam di Balai
Sarbini yang disiarkan live oleh banyak tipi, secara garis besar menurut
saya ringkasnya sebagai berikut:
PRABOWO - HATTA
Klasik, normatif, sarat janji ideal seperti layaknya kampanye-kampanye
pada Pilpres-Pilpres sebelumnya. Bukankah kita sudah sangat sering
mendengar tentang akan menyelenggarakan Pemerintahan yang bersih, adil,
makmur dan seterusnya. Lalu ketika juga mengatakan KITA INGIN menjadi
Bangsa yang Produktif; KITA INGIN Rakyat kita hidup makmur; KITA INGIN
berdiri diatas kaki sendiri; KITA INGIN Negara terhormat dan rakyat
sejahtera; KITA tidak INGIN para wanita kita menjadi TKI diluar
negeri(Apa yang akan dilakukan? SW) ……dan seterusnya ….. Apakah kurang
klasik dan tidak normatif menurut Anda? Sungguh kalau anak SMP atau SMA
diminta untuk membuat karangan tentang pidato kebangsaan, saya sangat
yakin hasilnya akan sama dengan pidato debat tersebut. Cerita praktek
yang sudah dilakukan oleh kubu Prabowo hanya tentang pemilihan Ahok
sebagai Wagub DKI.
JOKOWI - JK
Juga banyak mengutarakan yang sifatnya klasik dan normatif. Tapi juga
banyak mengutarakan contoh tindakan yang pernah dilakukan dan yang akan
dilakukan. Contoh Lurah Suzan; Tanah Abang; Waduk Pluit; dan lain-lain
keterbukaan sistem yang pernah dilakukan.
PENILAIAN-PENILAIAN DEBAT
Sangat tergantung kubu siapa yang menilai, kalau kubu Prabowo
mengatakan: “Sebagai calon Kepala Negara, tidak perlu mengutarakan
secara detail”. Nah lho! Hebat khan? Sementara menurut saya itulah
penyebab utama amat sangat normatif, sudah bosan mendengar hal semacam
itu. Jangan-jangan tidak tahu bagaimana cara melakukannya.
Kenapa debat CA(WA)PRES Senin kemarin itu begitu banyak mendapat
perhatian masyarakat, selain pada Pilpres kali ini hanya ada 2 pasang
calon, yang lebih menarik perhatian kelas menengah warga Negeri ini
adalah: Selama ini dihembuskan bahwa Jokowi akan dibantai; IQ Prabowo
152′an(?) dengan dikesankan sebagai leader dan sebagainya yang serba
hebat yang tidak sebanding dengan Jokowi. Dan lain-lain seperti
menggambarkan pertandingan bola Real Madrid lawan Indonesia. Padahal
hasil akhirnya, menurut saya pribadi Jokowi memenangkan debat Senin
kemarin itu. Maaf kalau memihak, karena memang saya lebih pro Jokowi.
Ketika ada debat tentang penilaian hasil debat oleh JAKTV semalam,
sangat lucu ketika kubu Prabowo mengatakan debat tersebut dimenangkan
oleh kubu Prabowo, tapi menghembuskan cerita gosip kalau kubu Jokowi
sebelumnya mendapat bocoran soal yang akan didebatkan. Logika bagaimana
lagi itu? Mengakui menang tapi menuduh lawan mendapat bocoran, kok
tidak nyambung ….. Semoga bukan karena kalut, tapi hanya sekedar risau
bolehlah …… Terus terang jadi ingat kalau menjelang UNAS anak SMP atau
SMA.
Ketika dalam debat kemarin JK juga menyinggung masalah pelanggaran HAM
oleh Prabowo, dan Prabowo menanggapinya dengan “Tanyakan saja pada
atasan saya waktu itu”, lalu diluaran juga beredar surat DKP tentang
rekomendasi pemecatan Letnan Jenderal Prabowo Subianto dari kesatuan
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), sungguh itu merepotkan
kubu Prabowo.
Kupasan surat dari DKP tersebut dikupas cukup detail oleh KOMPASTV dan
METROTV, nara sumber yang berhasil saya cermati dari kedua tipi tersebut
antara lain: Agum Gumelar, Fachrul Razi, Luhut Pandjaitan, Sjamsu
Djalal yang nota bene terlibat mengadili dalam kasus tersebut. Inti
kupasannya adalah: Prabowo “Dikeluarkan” tidak ada kata-kata “dengan
hormat”-nya. Kata tersebut dikondisikan karena Prabowo adalah Mantu
Presiden, karena sangat tidak pantas kalau dicantumkan kata “Dipecat”,
dan masih banyak lagi tentang kesalahan Prabowo yang bukan hanya pada
kasus tersebut. Menurut saya cukup gamblang.
Lalu pertanyaan saya, kalau memang Prabowo merasa dirugikan dengan
pernyataan-pernyataan tersebut karena tidak benar, fitnah, dan
sebagainya, kenapa harus beradu argumentasi dengan
pembantahan-pembatahan. Bukankah cukup jelas siapa yang menilai, siapa
yang membuat pernyataan, kenapa tidak menuntut saja lewat lembaga
peradilan? Buktinya juga cukup mudah didapat di KOMPASTV, METROTV,
“oknum” nya juga cukup jelas AGUM GUMELAR, FACHRUL RAZI, LUHUT
PANDJAITAN, SJAMSU DJALAL. Menurut saya itulah sarana elegan untuk
mengungkap masalah, jangan gunakan ingatan pendek rakyat dengan
berdalih pernah koalisi dengan PDIP dengan membentuk MEGAPRO yang
terbukti kalah, bukankah kekalahan waktu itu salah satunya juga karena
ada gugatan rakyat? Kamisan didepan Istana itulah salah satu bukti
kongkrit bahwa waktu Pilpres tahun 2009 juga ada gugatan rakyat.
Pertanyaan terakhirnya adalah, kalau begitu jelas dan tidak digugat
“oknum” yang mencemarkan nama baiknya atau memfitnah, apakah salah
kalau rakyat menganggap bahwa pemecatan tersebut benar adanya? Bahwa
kebrutalan, penculikan dan pelanggaran HAM berat itu memang pernah
terjadi? (SPMC SW, Juni 2014)
.
———————
Catatan:
.
DKP = Dewan Kehormatan Perwira
.
———————
.
PILIH JUJUR-NDESO-SUKA KERJA, ATAU GAGAH-SANGAR-TEGAS?
.
http://t.co/p2U2PBL1j0
.
———————-
.
SAYA NEMU BOROK KENAPA JOKOWI DICACI-MAKI DAN DIBENCI
.
http://t.co/o0haiNgV7l
.
———————
.
Perang Badar ……….Amin Rais pencetusnya, setelah pengelompokan laskar
terjadi, simak disini siapa yang menyesal dalam peperangan? …….
Siapa yang dipermalukan ……..?
Sungguh kasihan ………
.
“PERANG BADAR CAPRES BERAWAL DARI PROF. MAHFUD MD VS PROF. ANIES BASWEDAN”
.
http://t.co/h0eA4jAr4X
.
—————
( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment