Wednesday, June 11, 2014

“Tuntut Fitnah Agum Gumelar, Fachrul Razi, Luhut Pandjaitan, Sjamsu Djalal & Debat-Kusir Idealisme-nya CA(WA)PRES”

(Image source: soedoetpandang.wordpress.com)

Blogspot. Begitu banyaknya artikel tentang Debat CA(WA)PRES di publish, juga kupasannya, semua tipi membicarakan, terutama memberi penilaian, dan bisa ditebak semua penilaian yang ada, tak terkecuali artikel ini, rasanya tidak mungkin melepaskan interest bukan? Itulah sebabnya keberpihakan adalah keniscayaan.

Kalau Anda mau tahu kehebatan Prabowo, lihat saja TVONE dan JAKTV, masih banyak juga tipi lain yang menghebatkan Prabowo, tapi karena yang lain lebih sedikit acara ‘berita’ jadi tidak terlalu heboh. Kalau mau tahu kehebatan Jokowi, lihat saja METROTV.

METROTV jelas berpihak pada kubu Jokowi, tapi TVONE lebih hebat dalam keberpihakkannya kepada Prabowo, dimulai kurang lebih seminggu yang lalu beberapa kali menampilkan pengamat gesture Taufik Bahaudin yang sangat luar biasa, tidak ada satu sisipun yang positif tentang Jokowi, tapi sangat hebat yang dilihat pada Prabowo, entah mendapat honor berapa atas keberpihakan tersebut? JAKTV juga sangat terlihat keberpihakkannya pada Prabowo, waktu itu saya pernah lihat debat di JAKTV, ada 4 orang nara sumber, satu orang dari PDIP (Eva KS), satu dari GERINDRA(maaf lupa namanya), terus ada mantan Wagub DKI Priyanto yang nota bene kubu team sukses Prabowo, dan satu lagi pengamat politik LIPI Siti Zuhro. Sekali lagi saya katakan METROTV memang memihak Jokowi, tapi lebih cenderung menampilkan segi positif Jokowi, tapi kalau TVONE terlihat sangat nyata menampilkan tokoh-tokoh atau pengamat yang sengaja menjelekkan Jokowi, dan sesungguhnya itu kurang elegan.

Mengenai isi debat CA(WA)PRES pada Senin, 9 Juni 2014 malam di Balai Sarbini yang disiarkan live oleh banyak tipi, secara garis besar menurut saya ringkasnya sebagai berikut:
 
PRABOWO - HATTA
Klasik, normatif, sarat janji ideal seperti layaknya kampanye-kampanye pada Pilpres-Pilpres sebelumnya. Bukankah kita sudah sangat sering mendengar tentang akan menyelenggarakan Pemerintahan yang bersih, adil, makmur dan seterusnya. Lalu ketika juga mengatakan KITA INGIN menjadi Bangsa yang Produktif; KITA INGIN Rakyat kita hidup makmur; KITA INGIN berdiri diatas kaki sendiri; KITA INGIN Negara terhormat dan rakyat sejahtera;  KITA tidak INGIN para wanita kita menjadi TKI diluar negeri(Apa yang akan dilakukan? SW) ……dan seterusnya ….. Apakah kurang klasik dan tidak normatif menurut Anda? Sungguh kalau anak SMP atau SMA diminta untuk membuat karangan tentang pidato kebangsaan, saya sangat yakin hasilnya akan sama dengan pidato debat tersebut. Cerita praktek yang sudah dilakukan oleh kubu Prabowo hanya tentang pemilihan Ahok sebagai Wagub DKI.

 
JOKOWI - JK
Juga banyak mengutarakan yang sifatnya klasik dan normatif. Tapi juga banyak mengutarakan contoh tindakan yang pernah dilakukan dan yang akan dilakukan. Contoh Lurah Suzan; Tanah Abang; Waduk Pluit; dan lain-lain keterbukaan sistem yang pernah dilakukan.

 
PENILAIAN-PENILAIAN DEBAT
Sangat tergantung kubu siapa yang menilai, kalau kubu Prabowo mengatakan: “Sebagai calon Kepala Negara, tidak perlu mengutarakan secara detail”. Nah lho! Hebat khan? Sementara menurut saya itulah penyebab utama amat sangat normatif, sudah bosan mendengar hal semacam itu. Jangan-jangan tidak tahu bagaimana cara melakukannya.

Kenapa debat CA(WA)PRES Senin kemarin itu begitu banyak mendapat perhatian masyarakat, selain pada Pilpres kali ini hanya ada 2 pasang calon, yang lebih menarik perhatian kelas menengah warga Negeri ini adalah: Selama ini dihembuskan bahwa Jokowi akan dibantai; IQ Prabowo 152′an(?) dengan dikesankan sebagai leader dan sebagainya yang serba hebat yang tidak sebanding dengan Jokowi. Dan lain-lain seperti menggambarkan pertandingan bola Real Madrid lawan Indonesia. Padahal hasil akhirnya, menurut saya pribadi Jokowi memenangkan debat Senin kemarin itu. Maaf kalau memihak, karena memang saya lebih pro Jokowi.

Ketika ada debat tentang penilaian hasil debat oleh JAKTV semalam, sangat lucu ketika kubu Prabowo mengatakan debat tersebut dimenangkan oleh kubu Prabowo, tapi menghembuskan cerita gosip kalau kubu Jokowi sebelumnya mendapat bocoran soal yang akan didebatkan. Logika bagaimana lagi itu? Mengakui menang tapi menuduh lawan mendapat bocoran, kok tidak nyambung ….. Semoga bukan karena kalut, tapi hanya sekedar risau bolehlah …… Terus terang jadi ingat kalau menjelang UNAS anak SMP atau SMA.

Ketika dalam debat kemarin JK juga menyinggung masalah pelanggaran HAM oleh Prabowo, dan Prabowo menanggapinya dengan “Tanyakan saja pada atasan saya waktu itu”, lalu diluaran juga beredar surat DKP tentang rekomendasi pemecatan Letnan Jenderal Prabowo Subianto dari kesatuan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), sungguh itu merepotkan kubu Prabowo.

Kupasan surat dari DKP tersebut dikupas cukup detail oleh KOMPASTV dan METROTV, nara sumber yang berhasil saya cermati dari kedua tipi tersebut antara lain: Agum Gumelar, Fachrul Razi, Luhut Pandjaitan, Sjamsu Djalal yang nota bene terlibat mengadili dalam kasus tersebut. Inti kupasannya adalah: Prabowo “Dikeluarkan” tidak ada kata-kata “dengan hormat”-nya. Kata tersebut dikondisikan karena Prabowo adalah Mantu Presiden, karena sangat tidak pantas kalau dicantumkan kata “Dipecat”, dan masih banyak lagi tentang kesalahan Prabowo yang bukan hanya pada kasus tersebut. Menurut saya cukup gamblang.

Lalu pertanyaan saya, kalau memang Prabowo merasa dirugikan dengan pernyataan-pernyataan tersebut karena tidak benar, fitnah, dan sebagainya, kenapa harus beradu argumentasi dengan pembantahan-pembatahan. Bukankah cukup jelas siapa yang menilai, siapa yang membuat pernyataan, kenapa tidak menuntut saja lewat lembaga peradilan? Buktinya juga cukup mudah didapat di KOMPASTV, METROTV, “oknum” nya juga cukup jelas AGUM GUMELAR, FACHRUL RAZI, LUHUT PANDJAITAN, SJAMSU DJALAL. Menurut saya itulah sarana elegan untuk mengungkap masalah, jangan gunakan ingatan pendek rakyat dengan berdalih pernah koalisi dengan PDIP dengan membentuk MEGAPRO yang terbukti kalah, bukankah kekalahan waktu itu salah satunya juga karena ada gugatan rakyat? Kamisan didepan Istana itulah salah satu bukti kongkrit bahwa waktu Pilpres tahun 2009 juga ada gugatan rakyat. Pertanyaan terakhirnya adalah, kalau begitu jelas dan tidak digugat “oknum” yang mencemarkan nama baiknya atau memfitnah, apakah salah kalau rakyat menganggap bahwa pemecatan tersebut benar adanya? Bahwa kebrutalan, penculikan dan pelanggaran HAM berat itu memang pernah terjadi? (SPMC SW, Juni 2014)
.
———————
Catatan:
.
DKP = Dewan Kehormatan Perwira
.
———————
.
 
PILIH JUJUR-NDESO-SUKA KERJA, ATAU GAGAH-SANGAR-TEGAS?
.

http://t.co/p2U2PBL1j0
.
———————-
.
 
SAYA NEMU BOROK KENAPA JOKOWI DICACI-MAKI DAN DIBENCI
.
 
http://t.co/o0haiNgV7l
.
———————
.
Perang Badar ……….Amin Rais pencetusnya, setelah pengelompokan laskar terjadi, simak disini siapa yang menyesal dalam peperangan? …….
Siapa yang dipermalukan ……..?
Sungguh kasihan ………
.
 
“PERANG BADAR CAPRES BERAWAL DARI PROF. MAHFUD MD VS PROF. ANIES BASWEDAN”
.

 http://t.co/h0eA4jAr4X
.
—————

No comments:

Post a Comment