Saturday, June 14, 2014

"JANGAN PERMALUKAN PKS MENJILAT LUDAH SENDIRI!"


               (Image source: inrasyad.worpress.com)  

Blogspot. Ketika sekarang sedang heboh pemberitaan PKS akan menuai malu atas pernyataan sebelumnya tentang penghimpunan dana dari masyarakat oleh Kubu Jokowi, lalu sekarang Kubu Prabowo kabarnya juga menghimpun dana dari masyarakat. Aduh ……. apakah PKS harus keluar dari koalisi gara-gara hal tersebut? Atau harus menjilat ludahnya sendiri? Dulu waktu Jokowi menghimpun dana, Kubu Prabowo menghujat, mempermalukan, menghina, bahkan ada yang melaporkan ke Bawaslu dan ke KPK, lha kok sekarang justru ikut-ikutan menghimpun dana? Ayo kita tunggu kelanjutannya, apakah PKS yang diwakili oleh Mahfudz Siddiq yang menyatakkan akan keluar dari koalisi Prabowo jika Kubu Prabowo menghimpun Dana akan ditepati?

Ketika Jokowi menyinggung seragam warna putih, bahwa kubu sebelah adalah followers, saya pikir ….ah itu kebetulan saja, mungkin memang Kubu Prabowo juga suka warna putih.

Lalu ketika MetroTV mengundang pembuat ide cover komik Tintin sebagai sarana kampanye Kubu Jokowi, dan pembuat Food Truck sebagai sarana kampanye Kubu Prabowo, inilah kampanye kreatif, sedikit menepis kecurigaan saya tentang followers yang pernah dinyatakan Jokowi.

Tapi ketika Kubu Jokowi atau setidaknya penggemar Jokowi membuat angka 2 dengan kata-kata “I Stand on The Right Side” untuk disandingkan di Profile Picture (PP) penggemar-penggemarnya, saya sedikit kecewa ketika penggemar Kubu Prabowo juga ikut melakukannya dengan tentu saja merubah sesuai keinginannya. Itu benar termasuk followers!

Lalu puncaknya adalah penghimpunan dana dari masyarakat, betul-betul followers abis. Seandainya boleh memberi masukkan Kubu Prabowo, apakah yakin itu akan menuai banyak manfaat? Kasihan PKS yang konon sudah terlanjur tereak “Kalau masih butuh dana dari masyarakat, sebaiknya jangan mencalonkan jadi Presiden. Mau jadi Presiden kok malah menyusahkan rakyat.” Dan mungkin belum ada yang memikirkan, bahwa pengumpulan dana dari Kubu Prabowo juga akan menuai prahara yang lainnya, ini contohnya: Kalau ternyata hasil pengumpulan dananya lebih sedikit, apakah tidak langsung minder karena itu tergambar sangat nyata bahwa pendukungnya hanya sedikit? Kalau misal nominal akumulasinya bisa menyamai atau bahkan melebihi Kubu Jokowi, berapa banyak nama penyumbangnya? Kalau ternyata lebih sedikit namanya, bukankah akan dicurigai diisi/disumbang sendiri? Padahal yang menyumbang 1 Milyar nilai suaranya sama dengan yang hanya menyumbang Seribu Rupiah bukan? Sementara saya ngetik ini, di MetroTV ditampilkan berita ada Tukang Becak yang sedang “menggorok” celengannya untuk disumbangkan ke Kubu Jokowi. Itulah dukungan dari hati, yang membuat saya sangat yakin, Jokowi akan memenangkan Pilpres tanggal 9 Juli nanti! Belum terlambat untuk “sedulur-sedulur” saya kalau mau ganti haluan, dari pada semakin nyata lebih dalam dipermalukan. (SPMC SW, Juni 2014)

—————————

Catatan:
Kalimat terakhir artikel ini saya tujukan untuk “sedulur-sedulur” saya sesama kompasianer, ayo berdebat dengan logika waras, jangan pokoknya-pokoknya dan ditambah tuduhan-tuduhan yang membabi-buta. Termasuk misalnya mengatakan, waktu Pilpres tahun 2009 Megawati menjadikan Prabowo Cawapres lalu menyimpulkan bahwa Prabowo adalah “clean”, apakah tidak paham bahwa Megawati juga tidak punya hak untuk merubah status apapun atas Prabowo? Ayo berlogika benar untuk semua, bukan untuk diri sendiri dan kelompoknya saja. (SW)

No comments:

Post a Comment