Thursday, January 30, 2014

"KHOFIFAH INDAR PARAWANSA GUBERNUR JATIM!?"


                                               Image source: metrotvnews.com


blogspot. Akan segera terjadi gempa politik di Jatim. Sudah sangat santer terdengar AM (mantan ketua MK dalam tahanan KPK) mengungkap kenyataan bahwa pemenang Pilkada Jatim sebenarnya adalah Khofifah Indar Parawansa. Kalau hal tersebut benar terjadi ...........

Anda bisa memperkirakan bagaimana gaduhnya nanti. Menjungkir balikkan semua tatanan yang ada. Pasti peristiwa luar biasa. Mengingat pernyataan yang ada selama ini, keputusan MK adalah final dan mengikat, dan itu berarti tidak boleh diganggu gugat lagi. Pasti terjadi debat oleh banyak ahli hukum, dan itu akan menguras energi. Menurut pengamatan saya, biasanya selain memberi label OKNUM, perdebatan yang ada adalah mencari solusi atas peristiwa tersebut. Dan itu semua bagus, tapi kalau tidak dicarikan jalan keluar untuk menghindari hal tersebut terulang lagi, bukankah sebetulnya tetap menyimpan potensi penyimpangan dilain waktu?

Keputusan MK adalah final dan mengikat, itulah yang sering kita dengar, hal tersebut harus sesegera mungkin di revisi, menurut saya yang sama sekali buta tentang hukum, bolehkah misalnya ditambahkan kata-kata "Kecuali ditemukan penyimpangan dalam pengambilan keputusannya"?

Pasti akan sangat heboh kalau AM juga mengungkap bahwa Pilkada-Pilkada yang lain juga terjadi penyimpangan, itu berarti banyak Gubernur/Bupati/Walikota telah memerintah dengan tidak sah.

Dan yang menjadi pertanyaan penting sesungguhnya adalah, bagaimana dengan Hakim Konstitusi yang lain?  Bukankah selama ini yang kita tahu, keputusan atas suatu perkara adalah dilakukan berdasarkan panel? Terus kalau ada pembacaan keputusan yang tidak sesuai dengan hasil panel karena sepertinya selama ini AM selalu bisa memenangkan perkara berdasarkan siapa yang berani bayar, bagaimana bisa terjadi kalau hakim yang lain tidak terlibat? Bagaimana bisa mendiamkan penyimpangan itu? Aneh bin ajaib sekali ini, rasanya kalau ada yang mengusulkan lembaga MK dibubarkan sementara, lalu dipilih lagi anggotanya juga sekaligus merubah systemnya, masuk akal dan sangat bisa dimengerti. Bagaimana menurut Anda? (SPMC SW, Januari 2014)

----------------------------------
.

DI MK ADA CERITA AHOK DAN AMOK MASSA

http://t.co/LxsjeR0oX7
.
.

TANGKAP KETUA MK, APAKAH KPK TIDAK TAKUT KUWALAT ??

http://t.co/mhHgfBO5dn
.

----------------------------------

Wednesday, January 15, 2014

SUTAN BHATOEGANA PUCAT-PASI DEGELEDAH KPK




                                               Image source: tempo.co


blogspot. Hari ini KPK geledah ruang kerja Sutan Bhatoegana di Gedung DPR lantai 9, diduga terlibat permintaan THR ke Rudi Rubiandini (SKK MIGAS).

Tak ada asap kalau tak ada api, tapi sekarang api itu masih berupa bara, dan terlihat Sutan Bhatoegana pucat- pasi, bagaimana kalau bara tersebut bukannya padam, tapi berubah menjadi nyala api?



Lebih mencermati masalah penggeledahan KPK atas sangkut-paut dengan dirinya yang ditayangkan banyak tipi hari ini, lalu para pemburu berita menanyakan apa komentarnya, Sutan menanggapinya begini: "Insya Allah saya engga" - "Mudah-madahan engga lah ya...saya". Adakah para pembaca yang juga mencermati hal itu? Lalu... adakah yang juga menelaah apa maknanya? Atau malah ada yang geregetan? Terkadang menangkap makna dari hal-hal yang sepertinya sepele akan menimbulkan praduga yang jadi tidak terlalu kaget ketika hal yang lebih buruk terjadi. Paling gemas waktu Sutan bilang "MUDAH MUDAHAN ENGGA LAH YA...SAYA", coba Anda rasa-rasakan makna jawaban tersebut. Korupsi atau gratifikasi adalah sesuatu yang dilakukan dengan sengaja, kalau misalnya Sutan sedang melakukan test kesehatan tentang HIV / AIDS jawaban tersebut bisa dimengerti. Luar biasa menggemaskan, untuk sesuatu yang SUDAH terjadi, kok memberi pernyataannya MUDAH-MUDAHAN. Korupsi atau tidak? Kalau tidak katakan TIDAK, mana ke-lantang-an yang sering kali ditampilkan itu? Atau maksudnya "Mudah-mudahan tidak ditemukan buktinya"?!

Terdakwa RR dengan lugas mengatakan ada permintaan THR dan memberikan 200Ribu US$, perasaan saya mengatakan "itu bukan meng-ada-ada", hanya bukti yang akan membuat bara itu akan menjadi api atau padam karena canggihnya pemadam kebakaran.

KALAU Sutan sampai dinyatakan tersangka, kemudian para pewarta menayangkan lagi begitu banyak dialog-dialog "lantang" tentang bagaimana yang bersangkutan mencitrakan kebersihannya, bahkan acap-kali menyebut nama Tuhan untuk meyakinkan semua pihak, apakah rasa malu itu akan masih ada? Kita saksikan cerita menggemaskan ini yang pasti akan banyak disorot tipi, karena logikanya, KPK pastinya mempercayai cerita tentang THR tersebut, itulah sebabnya melakukan penggeledahan bukan?

LALU Partai Demokrat harus siap-siap terpuruk makin dalam lagi.....

LALU rekan-rekan dan pengacaranya mengatakan KPK mempolitisasi, tebang pilih.

LALU setelah benar tersudut, banyak dari teman sejawat menjulukinya "OKNUM".

LALU sesama anggota DPR yang lain mengatakan "Jangan gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga".

LALU ada juga yang mengatakan "Masih banyak anggota DPR yang bersih". Apa iya? Bukannya karena tidak terendus? Atau jangan-jangan belum terkontaminasi karena belum kebagian kesempatan? Huh!! Sungguh menggemaskan sekali para politisi negeri ini! Atau karena memang kita semua adalah SERAKAH? (SPMC SW, Januari 2014)