Monday, June 2, 2014

KUBU JOKOWI ATAU PRABOWO, ANTI KRITIK ATAU NARSIS??



(Image source: news.detik.com)


Blogspot. Beberapa hari yang lalu melihat berita di tipi, ada beberapa orang melaporkan pasangan Capres Jokowi-JK dengan tuduhan menghimpun dana kampanye yang menurut mereka adalah gratifikasi. Begitu juga dengan pendapat salah satu ketua LSM ketika diminta tanggapannya, kalau saya tidak salah ingat namanya Ucok Khadafi. Tentu saja mereka beragumentasi UU pasal sekian - pasal sekian, karena saya tidak pernah belajar hukum tentu saja apa yang mereka katakan menguap begitu saja dari ingatan saya.

Logika saya hanya mengatakan, uang tersebut masih belum digunakan, dan sudah dinyatakan rencana kegunaannya, manajemen penangannannya, rencana auditnya, dan besaran yang akan diterimanya. Bukankah itu berarti kalau seandainya pasangan Capres Jokowi-JK tidak lolos seleksi KPU untuk resmi dinyatakan sah sebagai pasangan Capres, dana tersebut bisa dikembalikan. Lagi pula bukankah sudah dihitung dan berlogika bahwa kubu Capres Jokowi-JK mengadakan penghimpunan dana karena juga yakin lolos verifikasi. Dan itu pun juga hanya beberapa hari sebelum pengumuman oleh KPU secara final. Karena penggalangan dana tersebut diwacanakan secara terbuka oleh Jokowi, apa KPU ataupun KPK tidak tahu? Jadi kalau ada pelanggaran apakah KPU tidak akan tereak terlebih dahulu? Begitu logika saya.

Jadi saya seringkali tidak dapat memahami mereka yang melaporkan Jokowi ke KPK, sebetulnya apa ya maksudnya? Kalau hal tersebut tidak dilakukan oleh kubu Capres lawan, apakah salah kalau saya curiga mereka sebetulnya sangat narsis? Biar diliput media dan masuk tipi-kah maksudnya? Dan semua itu justru nenyiratkan ketidak kreatifan kubu lain, yang hanya bisa tereak untuk coba menghalangi. Kasihan.

Ada juga yang demo Jokowi melanggar sumpah jabatan, karena sudah disumpah waktu pelantikan untuk menjadi Gubernur selama 5 tahun …..dan yang demo saya perhatikan juga ada orang-orang pandai, pengacara ….. Dan saya lihat orang tersebut ada diantara kumpulan orang waktu deklarasi Capres Prabowo-Hatta.

Begitu sensi-nya mereka semua terhadap Jokowi, sampai lupa, hal serupa juga banyak dilakukan oleh kubu mereka. Bukankah Gubernur Jabar juga mencalonkan, kenapa tidak pernah dipermasalahkan? Soal ternyata Gubernur Jabar tidak dapat maju lebih lanjut, itu soal lain bukan? Begitu juga ketika Alex Nurdin maju sebagai Cagub DKI padahal yang bersangkutan juga masih menjadi Gubernur di Sumsel.

Ketika mereka juga demo untuk menyeret Jokowi pada kasus Bus Trans yang karatan, apa dipikir Kejagung tidak paham hukum? Dan yang lebih lucu lagi, Fadli Zon dibanyak kesempatan debat juga sering mengungkit hal-hal tersebut diatas. Padahal saya pikir beliau adalah orang hebat dengan wawasan yang mumpuni, ternyata tidak beda jauh dengan mereka-mereka yang tergolong tidak paham kebenaran logika. Dan itu semua menurut kaca mata saya sebetulnya menggambarkan kekalutan. Jokowi sebelum dicalonkan oleh PDIP, sedemikian rupa diwacanakan dengan pujian campur tekanan ketidak elok’an, sampai semua jurus dikeluarkan, adanya perjanjian batu-tulis, dan tetek-bengek yang lain, yang justru itu semua sangat gamblang terbaca “ketakutan kalah”. Tapi ternyata tetap dicalonkan juga oleh Ibu Megawati melalui PDIP. Langit serasa runtuh bagi mereka yang memang sangat menginginkan hal tersebut tidak terjadi.

Baru saja saya mendapat telepon iterlokal dari kampung halaman, tetangga rumah dikampung, namanya Bapak Kar… hanya untuk menanyakan tentang berita-berita Capres Jokowi. Lalu yang bersangkutan juga mengatakan menggalang persatuan untuk memilih Jokowi, bahkan juga kepada semua kerabatnya yang ada di luar pulau untuk ikut getok-tular, selain cukup potensial karena yang bersangkutan adalah orang lapangan. Bukan main …… Lalu saya juga menanyakan tentang gosip Agama yang dihembuskan …. Dan dijawabnya ….”Justru itu yang membuat rakyat bawah simpati kepada Jokowi”. Sungguh semua itu belum pernah saya alami, orang dikampung saya sana, bukan orang kaya, pekerja biasa yang sangat tidak enak kalau harus saya sebutkan apa pekerjaannya, interlokal saya hanya untuk mengabarkan dukungannya pada Jokowi, dan apa yang telah dilakukan, sungguh membuat bulu tangan saya merinding ketika mengetik alinea ini. Tanpa pamrih, dan saya sangat yakin tidak ada yang membayarnya atas semua yang dilakukan untuk mendukung Jokowi, itulah tambahan keyakinan saya yang sebelumnya Jokowi saya hitung menang setidaknya 60 persen, dan sampai detik ini saya belum berniat merubah pendapat tersebut. Begitu banyak rakyat kecil mengharapkan perubahan bersama Jokowi, bagaimana dengan Anda? (SPMC SW, Juni 2014)
.
———————
.
“PERAMPASAN KAMERA JURNALIS METRO REALITAS DI RUMAH POLONIA”
.
http://t.co/1YVP2O2QMb
.
———————

No comments:

Post a Comment