Monday, January 9, 2017

"GAJI ISTRI MILIK ISTRI, GAJI SUAMI HAK ISTRI"


"GAJI ISTRI MILIK ISTRI, GAJI SUAMI HAK ISTRI"
.
Opini Ngasal ala #SPMC Suhindro Wibisono
.
.
Saya pernah ikutan tanda tangan saksi perjanjian harta terpisah dalam suatu pernikahan, padahal sebelumnya tidak diinfokan, entah kenapa saya juga termasuk yang ditunjuk, saya tidak tanya. Tentu saja memang itu pernikahan yang masih kerabat saya.
.
PERJANJIAN HARTA TERPISAH, sepertinya sudah bukan barang aneh saat ini, yang "iseng" pingin saya tanya, apakah boleh untuk pernikahan mereka yang muslim? Maaf, saya memang tidak paham, dan memperhatikan trendnya, saya kok menduga harta terpisah sangat mungkin haram, bukankah perjanjian harta terpisah dalam perkawinan adalah produk baru? Dan sepertinya produk kafir lagi ...... Hehehehe ... itulah dasar saya menerka perjanjian pranikah untuk harta terpisah adalah sesuatu yang haram bagi muslim, maaf kalau salah, juga maaf memang saya tidak paham bagaimana pembagian harta bagi muslim jika terjadi perceraian dalam perkawinan.
.
Harta gono-gini adalah harta bersama yang didapat ketika ikatan suami istri itu sudah terjadi dan harusnya dibagi antara suami dan istri jika terjadi perceraian, jadi harta gono-gini tidak membedakan itu hasil kerja suami atau hasil kerja istri, maka jika ada salah satu pasangan (suami atau istri) yang tidak kerja dan terjadi perceraian harusnya juga dapat harta gono-gini itu, kecuali jika dari awal pernikahan ada perjanjian harta terpisah, begitulah "pemahaman lugu ngawur" saya.
.
Apakah perjanjian harta terpisah dalam perkawinan itu etis dan penting? Itulah yang ingin saya tuliskan, karena soal hukumnya saya memang tidak paham sama sekali. Jadi artikel ini bukan patokan atau petunjuk lho ya, saya bukan sarjana hukum, jadi anggaplah ini artikel iseng saja.
.
Jika salah satu dari pasangan melakukan usaha kerja yang penuh resiko, perjanjian harta terpisah mungkin penting, sehingga jika terjadi sesuatu resiko kerugian, maka harta pasangan tidak ikut terjun bebas harus menanggung kerugian pasangannya, artinya justru keuangan keluarga tersebut terselamatkan dari kebangkrutan bukan?
.
Etis atau tidak melakukan perjanjian pra nikah yang biasanya mengatur soal harta masing-masing itu? Itu pertanyaan yang sangat sulit untuk mendapat jawaban yang pas, sama dengan mempertanyakan, apakah perceraian itu etis? Jadi etis atau tidak soal perceraian, bukankah kenyataannya sangat banyak terjadi?
.
Menurut rasa saya, seharusnya perjanjian harta terpisah ya tidak ada masalah, apalagi kalau yang wanita dari keluarga kaya atau sendirinya wanita itu yang kaya, atau setidaknya "menduga" punya masa depan cemerlang dalam karirnya, karena menurut rasa saya, justru dengan adanya perjanjian harta terpisah itu membuktikan bahwa cintanya sang pasangan bukan karena hartanya. Jadi sebetulnya tergantung sudut pandang saja, kalau mau lihat dari sudut positif, harusnya ya tidak ada masalah.
.
Masih menurut rasa saya, perjanjian harta terpisah menyambut ikatan perkawinan bagi dua pribadi yang tidak setara dalam hal harta, seharusnya tidak perlu membuat tersinggung yang merasa miskin, yang penting adalah bagaimana isi detail perjanjian itu.
.
Saya pernah dengar cerita yang lebih membuat geleng-geleng kepala soal etis atau tidaknya menyambut suatu pernikahan, tapi saya tidak bisa membuktikan apakah itu etis atau tidak karena "kebetulan" hasilnya positif. Gini ceritanya, keluarga yang pria sangat kaya, lalu pihak keluarganya (ortu) sikaya, meminta calon menantunya melakukan test kesehatan yang sangat detail, termasuk kemungkinan untuk punya keturunan atau tidak, pokoknya sangat detail lah soal kesehatan sang calon mantu ....., saya dengar ceritanya saja cukup membuat geleng-geleng kepala, dan spontanitas tanya dengan yang cerita, apakah sang pria juga melakukan test kesehatan yang sama? Lalu seandainya ada sedikit masalah tentang kesehatan sang calon mempelai wanita, apa yang akan terjadi dengan relasi mereka? Dan saya tidak mendapatkan jawabnya, karena kenyataannya perkawinan itu tetap berlangsung, yang artinya tidak ada masalah dengan kesehatan calon istri itu bukan? ADAKAH CINTA SEJATI dalam relasi itu?
.
Maka sebaiknya, dalam masa pacaran itu jangan pakai umpet-umpetan data, tanyakan saja hal-hal yang Anda ingin tahu, dan jawablah dengan terbuka dan jujur pertanyaan-pertanyaan itu. Saling terbukalah, dan itulah sebetulnya makna masa pacaran, saling mencocokkan rasa, dan saling memadukan ego apakah kalian sebetulnya bisa saling menerima satu sama lain dalam semua hal? Tapi jangan lupa, tidak ada manusia yang seratus persen klik dengan Anda, jadi kalau itu yang Anda cari, Anda tidak akan menemukannya. Menutupi sifat dengan pamer kebaikan dan selalu bersifat manis dalam pacaran, itu akan membuat kalian terkaget-kaget dikemudian hari, jadi sebaiknya apa adanya sajalah, jujur adalah hal yang sangat penting, menyesal kemudian tidak ada gunanya. Karena sebetulnya perkawinan itu juga ada unsur seperti beli lotre, setelah mengusahakan semuanya, berikutnya ya terima saja apa adanya pasangan Anda, karena memang tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Kalau Anda mendapat pasangan yang kurang sreg menurut rasa Anda, anggaplah itu juga karma Anda, yang artinya Tuhan menghendaki juga hal itu terjadi untuk Anda melihat kedalam diri sendiri, apa saja yang sudah Anda lakukan dalam kehidupan Anda? Bukankah Tuhan itu maha adil? Orang baik akan ketemu dengan orang baik, merasa baik terus merasa dikasih yang tidak baik, sangat mungkin itu salah tolok ukur menilai diri sendiri.
.
TAPI JANGAN NGAWUR PILIH PASANGAN HIDUP, KARENA MEMANG IKATAN PERKAWINAN ITU BUKAN LOTRE BENERAN YANG SEENAKNYA SAJA DIBUANG KESAMPAH JIKA SALAH PILIH. PERKAWINAN ADALAH JUGA MENYATUKAN KELUARGA BESAR MASING-MASING PASANGAN, MAKA HARUSNYA DITARGETKAN UNTUK SEHIDUP SEMATI, KARENA MEMANG ITU MELIBATKAN RASA YANG TIDAK AKAN BISA DIHAPUS SEUMUR HIDUP, MENYAKITI PERASAAN PASANGAN HIDUP JUGA BERARTI MENYAKITI KELUARGA BESARNYA, TERLEBIH MENYAKITI ANAK-ANAK MEREKA SENDIRI JIKA DIMILIKI.
.
Pesan saya sebelum mengakhiri artikel ini, kalau Anda keluarga kaya, bukan sangat kaya raya yang sudah tidak mempedulikan harta, kalau mau belikan anak rumah, sebaiknya belikan saja sebelum anak Anda punya pacar, karena harta gono-gini itu tidak termasuk harta yang sudah dimiliki sebelum pernikahan itu terjadi. Jadi rumah yang Anda belikan untuk anak Anda akan tetap selamat jika terjadi masalah pada kehidupan perkawinan anak Anda, maaf itu hanya sedia hujan sebelum payung (dibalik-balik agar tidak terkesan serius-serius amir boleh ya), bukan maksudnya mengharap kejadian jelek terjadi, sama seperti Anda beli premi asuransi toh? (#SPMCSW, Senin, 9 Januari 2017)
.
.
Sumber gambar:
Portal Unique
.
.
PS.
Maaf kalau judul artikelnya "tidak nyambung", seolah jebakan batman, karena memang judulnya agar menggugah pean untuk mau tahu apa isinya. (SW)

No comments:

Post a Comment