Thursday, May 22, 2014

"GANJANG MALAYSIA!!"

(Image source: republikblogger.blogspot.com)

Blogspot. Malaysia berhasil mendirikan tiang pancang untuk mercusuar dilaut Tanjung Datu, lokasi abu-abu yang masih dipersengketakan antara Indonesia dan Malaysia. Hal tersebut jelas melanggar perjanjian yang telah disepakati.

Lalu setelah dipergoki dan diintai maupun diawasi oleh pihak Indonesia, pembangunan tersebut tidak dilanjutkan, tapi sudah berdiri tiga tiang pancang-nya. Mendengarkan berita tersebut rasanya ikut geram, sungguh saya butuh berita yang lebih dari itu. Bukan hanya “akan” mempertanyakan kepada pihak Malaysia.

Jadi teringat tentang Sipadan dan Lingitan yang dimenangkan oleh Malaysia. Waktu itu diserahkan oleh pihak International untuk menentukan, maka ketika ditinjau dan melihat kenyataan bahwa ditempat tersebut sudah ada aktivitas oleh pihak Malaysia, maka wilayah yang disengketakan diberikan kepada Malaysia. Apakah hal tersebut akan terjadi lagi? Kita dikadalin oleh Malaysia. Dengan metode dan cara yang serupa?

Dimana pemimpin kita? Kenapa hanya sampai “akan mempertanyakan”, kalau mereka sudah berani melakukan aktivitas pembangunan dan Indonesia “hanya” akan mempertanyakan, bukankah hal itu akan sangat mudah dibaca bahwa Indonesia sebetulnya takut? Bukankah hal tersebut sangat jelas bahwa Malaysia sudah mengingkari pernjanjian yang telah disepakati, apakah cukup dengan permintaan maaf saja atas kejadian yang sengaja dilakukan, bukankah itu tindakan pelecehan yang terukur dan disengaja? Hal tersebut adalah masalah Bangsa, apakah kita sebetulnya Bangsa penakut? Belum lama kita juga dilecehkan oleh Singapura, negara seupil-pun tidak takut dengan Indonesia. Ngenes!

Bukannya mau menganjurkan menjadi Negara sewenang-wenang, tapi setidaknya menjadi Negara yang dihormati, dan hal itu tidak tampak. Seandainya Negara kita ini bernama Irak, China, Korea Utara, Rusia, Australia, saya tidak yakin Malaysia berani melakukan pembangunan itu. Jadi kalau menuruti kegeraman saya, tidak perlu tunggu apa respon Malaysia atas pembangunan tersebut, karena feeling saya Malaysia akan mendiamkan saja, atau paling banyak sekedar meminta maaf kalau dipertanyakan lagi, dan bangunan tersebut akan didiamkan saja. Dan itu akan menjadikan tanda bukti Malaysia pernah melakukan ativitas ditempat tersebut. Menurut saya, setidaknya Indonesia harus berani merobohkan bangunan tersebut, dan tidak perlu meminta ijin, karena permintaan ijin adalah tanda bukti kelemahan kita.

Saya kurang ingat tepatnya dimana, mungkin pada kasus Ambalat beberapa tahun yang lalu, waktu saya lihat di tipi kapal perang Indonesia di-intimidasi oleh kapal perang Malaysia, dan pihak Indonesia tidak berani melakukan apapun juga. Sungguh nelangsa.

Kalau ingin sedikit motivasi dan logika tentang hal semacam itu menurut pemikiran saya yang bisa jadi sangat absurd, adalah begini:

Masihkah Anda ingat tentang kasus pelemparan sepatu terhadap Presiden Bush di Irak? Apa yang terjadi kemudian? Pelemparnya disanjung bak Pahlawan (atau memang Pahlawan?), konon kabarnya sudah dibuatkan patung sepatu-nya juga. Maka ketika waktu itu kapal perang kita diintimidasi oleh Malaysia, harusnya prajurit yang memegang senjata berani menembak kapal Malaysia tersebut, tapi jangan hanya menembak sebagai tembakan peringatan saja. Harus dikenakan kesasaran dengan tepat dan telak. Percayalah yang melakukan hal tersebut akan disanjung oleh seluruh rakyat Indonesia. Dan kalau hal itu terjadi, runtutannya akan seperti berikut: Prajuruit yang menembak akan dikenakan hukuman karena melakukan tindakan yang belum diperintahkan atasan, lalu dikeluarkan sebagai anggota TNI, dihukum beberapa tahun. Pemerintah Indonesia meminta maaf kepada Pemerintah Malaysia. Lalu setelah itu, seluruh rakyat meng-elu-elukan prajurit tersebut, beberapa tahun kemudian Pemerintah memberikan keringanan hukuman, prajurit keluar dengan bebas sebagai rakyat sipil. Bisa jadi yang bersangkutan akan menjadi selebriti, dan bukan tidak mungkin akan dibuatkan patung dirinya dikampung halam sang prajurit, juga nama jalan. Dan saya sangat yakin bahwa sang prajurit TIDAK akan jadi pengangguran setelah keluar dari penjara. Saya pikir akan sangat banyak para dermawan memberikan pekerjaan, bukankah Pemerintah juga bisa memberikan pekerjaan sebagai tenaga keamanan dirumah mantan Presiden/Wapres atau dirumah mantan Kasad/Kasal/Kasau dan semacamnya yang memang selama ini juga selalu mendapat pengawalan bukan? Saya sangat yakin sang prajurit akan menjadi Pahlawan, dan berdampak sangat positif terhadap TNI secara keseluruhan, dan sangat mungkin Negara tetangga akan berpikir dua tiga kali sebelum berani melecehkan Indonesia dikemudian hari, dan hal tersebut tidak bisa dinilai bukan? Dan semoga artikel ini juga terbaca oleh para prajurit, syukur mengilhaminya untuk menjadi pahlawan. Bagaimana menurut Anda? (SPMC SW, Mei 204)

——————–

Catatan:

“GANJANG/GANYANG MALAYSIA” judul artikel ini diambil dari jargon Preisiden Soekarno, dan yang pasti Presiden Soekarno bukanlah orang militer, seperti Presiden kita sekarang. Jadi intinya latar belakang tidak menjamin ketegasan dan keberanian, mohon maaf juga kalau kurang berkenan.

Dan mohon maaf sekali lagi kalau artikel ini memprovokasi, karena sejatinya saya sangat ingin Negara ini tidak sering kali dilecehkan oleh Negara tetangga.

———————–
.
SINGAPURA KEPO ATAU INDONESIA LOYO?
.
http://t.co/gGYo2CAYv8
.
————————
.
~Arti “Kemanusiaan” Versi Australia~
http://edukasi.kompasiana.com/2014/02/08/kemanusiaan-versi-australia-630305.html
.
————————–

No comments:

Post a Comment