Friday, October 4, 2013

IRONI BAHAN PENGAWET MAKANAN & MINUMAN


                                 ( Image source : wisvicyosuasamin.wordpress.com )

b l o g s p o t. Kita sering mendengar, membaca, melihat berita tentang penggunaan bahan pewarna, pengawet, perasa pada makanan yang tidak seharusnya. Ada yang menggunakan bahan pewarna textil untuk makanan/minuman, formalin untuk makanan supaya tidak mudah rusak, pemutih untuk mendapatkan warna yang lebih cerah pada makanan, juga penguat rasa atau pemanis pada makanan/minuman yang tidak semestinya
Hal tersebut umumnya terjadi pada pabrik sekelas rumahan, dan juga banyak terjadi pada penjual jajanan di lingkungan sekolah-sekolah, terutama sekolah daerah pinggiran atau desa-desa.
Kalau kita mau mengingat tentang hal itu, entah sudah berapa puluh tahun terjadi, tapi selalu berulang.
Kenapa bisa begitu ? Pertanyaan penting karena itulah yang menjadi akar dari masalahnya.
Kalau diperkirakan dari sudut penjual makanan ( produsen ), besar kemungkinan penyebabnya adalah tidak mau rugi. Yach ….namanya juga usaha, tentunya mau cari untung bukan, mana ada usaha cari rugi ?
Kecil kemungkinan produsen tidak mengetahui penggunaan bahan-bahan berbahaya untuk makanan/minuman yang diproduksinya. Apa lagi kalau hal tersebut sudah dilakukan ber-tahun-tahun. Tapi karena jualan makanan itu paling riskan untuk merugi kalau dagangannya tidak habis terjual, maka penggunaan bahan-bahan terlarang itu adalah pilihan yang harus dilakukan.
Entah itu bertujuan meningkatkan penampilan atau menguatkan rasa supaya dagangannya laris-manis, dan bisa jadi karena pertimbangan bisa dijual lagi kalau seandainya jualan hari itu tidak habis.
Dan kejadian penggunaan bahan tambahan yang berbahaya untuk kesehatan pada makanan/minuman tersebut akan selalu ber-ulang, karena penegakan aturan di negeri ini tidak pernah dilakukan dengan benar, tegas, dan sangsi yang sesuai.
Pelanggaran mengenai hal itu, menurut pengamatan saya, penindakan yang dilakukan adalah teguran, bimbingan, dan himbauan. Sungguh menggemaskan. Rasanya belum ada pedagang jajanan dipenjara gara-gara tertangkap membuat makanan dengan pewarna textil misalnya. Jadi bagaimana mau takut ? Paling-paling bermodal keluguan dan berucap tidak mengerti, bukankah dengan begitu maka “hukuman” yang diterima maksimal adalah penyuluhan ?
Ayolah, kalau mau membuat negeri ini benar, dan rakyatnya maju, jangan gunakan “himbauan” untuk menegakkan peraturan, dan hal itu berlaku untuk semua peraturan, juga termasuk peraturan membuang sampah sembarangan, saya garansi tidak akan berhasil kalau himbauan yang digunakan, tapi coba lakukan denda atau kurungan badan sesuai aturan, hasilnya akan lebih cepat terlihat.
Karena memang penegakkan keadilan dinegeri ini sudah sangat merisaukan, itulah sebab utama negara ini selalu tertinggal kemajuannya, kalau dulu Malaysia belajar dari Indonesia, kini bahkan Vietnam sepertinya juga akan segera ada didepan kita.
Kita selalu cenderung memaafkan kesalahan rakyat kecil, dan itu tidak mendidik. Lalu meringankan hukuman koruptor kelas kakap atau bandar narkoba, dan itu membuat tidak jera.
Sungguh memprihatinkan, terlebih mengingat tidak ada perubahan dalam penanganannya, himbauan selalu dikedepankan. Semoga pemerintahan mendatang menyadarinya, bahwa yang bersangkutan dengan kalayak ramai, ketegasan adalah mutlak diperlukan.
Khusus mengenai bahan pengawet makanan dan minuman, bahkan untuk yang diijinkan sekalipun, tujuan utamanya adalah untuk membuat makanan atau minumam tidak rusak untuk jangka waktu tertentu.
Saya pernah membaca artikel iklan yang intinya mengatakan,”bahwa penggunaan bahan pengawet tersebut SANGAT BERGUNA karena mencegah bakteri berkembang dimakanan atau minuman itu, sehingga makanan atau minuman tersebut sangat baik dikonsumsi.”
Sungguh artikel yang sepintas menarik dan ‘benar’. Sesungguhnya memang ‘benar’, benar untuk maksud dan tujuan pembuat artikel tersebut, dan terutama ‘benar’ bahwa makanan atau minuman itu masih bisa dikonsumsi dalam waktu sangat lama, bahkan ada yang sampai bertahun-tahun kemudian bukan ?
Hati-hati terhadap pembenaran semacam itu, karena hal itu adalah pembenaran terhadap kebutuhannya saja, TIDAK untuk penikmat makanan atau minuman tersebut.
Dari buku-buku kesehatan yang tidak memihak, hal tersebut termasuk makanan yang sangat tidak dianjurkan untuk dikonsumsi, sebaiknya jangan terlalu sering meng-konsumsi-nya, terlebih untuk IBU HAMIL atau anak-anak BALITA. Karena hal tersebut ditenggarai banyaknya anak lahir cacat, ataupun kebodohan.
Kalau terhadap bahan pengawet, pewarna, perasa untuk makanan yang diijinkan saja tidak baik bagi kesehatan, apakah pemerintah akan tetap hanya memberi himbauan atas penggunaan bahan pengawet, pewarna, perasa yang dilarang untuk makanan ? Yang konon kabarnya penyebab penyakit kanker, gagal ginjal, hepatitis dll. Bukankah hal itu sama dengan menghilangkan masa depan anak, mengurangi produktivitas, dan kalau dikelompokkan secara keseluruhan berarti produktivitas negara berkurang, juga beban karena banyaknya warga yang sakit akut.
Sekedar mengingatkan, semoga berkenan. (SW)

No comments:

Post a Comment