( Image source : rushendra.com )
Sering kali aku jadi bingung dengan keadaan masyarakat kita. Banyak pembiaran kesalahan dilakukan, malah kadang-kadang, aku merasa banyak yang memberikan dukungan terhadap kesalahan.
Paling
gres, kejadian ujian SLTA yang carut marut, ada yang menuntut Pak
Menteri mundur, terus katanya Pak Menteri mau mundur kalau diminta
oleh Presiden. Lho . . . . walau engga ada masalah sekalipun
misalnya . . . kalau Pak Presiden minta Menterinya mundur . . . ya harus
mundur juga toh . . . . ? Budaya kesadaran itu blom ada di kita,
walaupun terkadang saya pikir 'mundur' akan lebih terhormat untuk
jangka panjangnya. Blom ada tokoh di negeri ini yang berani
mangakui kesalahannya! Kalau udah dinyatakan tersangka oleh KPK lalu
menteri mundur, itu mah sudah seharusnya dan engga perlu dibanggakan
juga oleh para koleganya !.
Masih
bersangkutan dengan ujian nasional SLTA, ada anak yg tidak boleh
ikut ujian karena kasus menikah. Ironi sekali kejadian ini. Tapi . . .
jujur ngomong saya setuju dengan Bapak Kepala Sekolah tersebut !! ( di
Tangerang ya ? ). Nah lho !!, kok saya tidak punya rasa empati ya .
. maaf-maaf ya, kalau menurut saya hal ini juga
termasuk pembelajaran budaya yang rada engga bener kalau tidak boleh
dibilang salah, bisa juga disangkutkan ke seseorang yang berani mengakui
kesalahannya. Bukankah katanya anak tersebut waktu masuk sekolah sudah
diberitahu, dan ada perjanjian yang ditanda tangani untuk masalah tersebut
? Kalau ada yang melakukan pembelaan terhadap anak tersebut . . .
mestinya ya mbok lihat jangka panjangnya untuk pendidkan anak bangsa ini
secara keseluruhan . . . Biarlah anak tersebut berani mangakui
kesalahannya, bukannya malah dibela yang seolah-olah salah mau dibenarkan
. . . . bukannya malah kasihan tuh ?? Lagian . . . toh kepala sekolahnya dah
memberikan jalan keluar untuk ikut ujian paket C bukan ?? Kalau banyak
yang engga setuju, ya mestinya peraturannya yang dirubah, tidak boleh lagi
ada isi perjanjian seperti yang ditanda tangani oleh anak tersebut ketika
akan menjadi siswa.
Masih
nyangkut masalah sekolahan, waktu itu baca berita di koran,
disekolahan swasta jika ada sejumlah murid tertentu yang beragama tertentu
juga, maka sekolahan tersebut wajib memberikan pelajaran agama yang dianut
oleh siswa tersebut. BENAR, memang seharusnya begitu !! Tapi . . .
. ya mestinya dilihat swasta-nya dulu lah. Basis sekolah
swastanya itu apa ?? Kalau memang sekolah swata tsb tidak berbasis agama
tertentu ( juga termasuk sekolah negeri ), ya memang seharusnya memberikan
pelajaran agama sesuai dengan agama yang dianut muridnya. Tapi jika
sekolah tersebut sudah jelas menyebutkan bahwa sekolah tersebut adalah
sekolah Islam, sekolah Kristen, sekolah Katholik, sekolah Budha, ya mosok
kita mau menuntut pelajaran agama lain disekolah tersebut ?? Mestinya
ya yang beragama tidak sesuai jangan masuk disekolah tersebut . . . . . .
bukankah itu lebih rasional ? Sama juga misalnya, dah tahu itu restoran
Pizza, masak kita mau maksa beli sayur asem ?? Ayolah . . . .
semestinya kita belajar dari hal-hal yang sepertinya sepele, tapi "JANGAN membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, dan menyalahkan hal-hal yang
semestinya".
Ada
lagi waktu itu, seorang tokoh wanita yang punya anak balita ditahan oleh
KPK karena masalah korupsi. Lalu komnas anak sepertinya memperjuangkan
supaya ibunya bisa mendapatkan tahanan luar karena intinya sangat
memperhatikan kebutuhan kasih sayang oleh ibunya terhadap anak
tersebut. Sepertinya sangat mulia ya ? Tapi . . . lagi-lagi saya harus jujur
ngomong . . . kok seperti ada yang engga pas tuh ? Apakah kejahatan korupsi
itu seperti kecelakaan ?? Yang tidak diinginkan, tidak diduga, tidak
dimaui . . . . . Ayolah Kak . . . . kita menjernihkan masalah yang semestinya
kalau mau membela . . . bukankah manusia sama derajatnya di hadapan
ALLAH, semua Agama mengatakan begitu bukan ? Napa engga memperjuangkan
begitu banyak anak dijalanan yang juga sangat butuh bantuannya ? Atau
karena engga diminta oleh ortunya ? Dan apakah juga harus selalu tunggu diminta
?? Sori aku bingung . . . Beruntung majelis tidak mengabulkan permohonan
tersebut, jadi rasa gusar saya tidak berlanjut . . . . hehehehe. Untuk
para pesakitan, berani berbuat, beranilah bertanggung jawab. Korupsi
itu bukan sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya, karena . . . . masak
iya engga tahu sih perbuatannya tsb tergolong korupsi atau tidak ??? Kalau
penerimaan uang diluar gaji yang resmi, ya mestinya itu
terindikasi korupsi bukan ?? Apa lagi menerimanya pakai
sembunyi-sembunyi alias takut ketahuan orang lain ? Kalau memang
berniat bersih, ya ditolak aja, jangan malah menyalahkan keadaan atau
membela diri seolah-olah terjebak keadaan.
Benar
yang dikatakan banyak orang, mestinya tv tv nasional yang ada bisa
memberi edukasi ke masyarakat tentang etika yang benar, bukannya malah
cenderung memutar balikkan keadaan supaya lebih rame dan seru
diberitakannya. Seperti misalnya pemberitaan ttg anak sekolah yg begitu
ngotot memperjuangkan keikutsertaannya dalam ujian yang jadi mengaburkan
seolah-olah anak tersebut menjadi tidak ada kesalahannya sama sekali. Juga
teringat talk show seorang prof. bekas menteri yang sudah keluar
dari penjara karena korupsi, yang dengan 'sumringah' menceritakan
pengalamannya ketika ketakutan waktu didalam penjara. Bahkan anak bangsa
yang sekaliber profesor-pun tidak punya budaya malu . . . .
Moga-moga
generasi mendatang lebih baik ya . . . .
Wassallam
blogspot, Mei 2013
by SW
No comments:
Post a Comment