Tuesday, July 23, 2013

BASUKI, Selain KRISTEN, CINA Lu !


( Image source : jakarta-baru.blogspot.com )

Sungguh sangat ironi memang, banyak para pemerhati  mengatakan negara ini jadi seperti sekarang karena banyaknya anak bangsa yang kurang pendidikan, sementara kita sering kali lupa memperhatikan bahwa negara ini menjadi kacau balau “JUSTRU” dikarenakan oleh mereka yang lebih banyak mendapat pendidikan !!
Itulah yang pernah saya tulis dalam artikel saya yang lain dalam judul :
KUGADAIKAN CINTANYA ( Maafkan aku anak-anakku )
Ditambah banyaknya tokoh yang memberi contoh “kebodohan”, semakin nyatalah bahwa Bangsa ini menuju kegagalan, terutama kegagalan membentuk MORAL yang baik sebagai manusia. Dan itu menuju kearah perjalanan yang mengerikan, dimana pertikaian antar kampung terjadi, pembunuhan - pembakaran - mutilasi - pemerkosaan - perampokan - pelaku bom bunuh diri - teroris - ringannya hukuman terhadap koruptor/bandar narkoba, dan masih banyak lagi yang sangat memprihatinkan terjadi dinegeri ini . . .   .   sungguh perjalanan Moral Bangsa yang mengenaskan. Bahkan ketika ada pemerkosaan ‘masal’ terhadap warga negara, negara sepertinya tidak berdaya, sungguh memilukan.
Betapa dengan mudahnya kita sebagai sesama manusia saling mencelakakan, terutama kalau berbeda agama, dan bahkan gawatnya, sesama agama-pun belakangan ini juga terjadi, kita tidak mau hidup berdampingan dengan sesama manusia - se-agama, hanya karena tidak sama sekte/aliran-nya. Sungguh mengerikan. Dan yang lebih mengerikannya adalah “APA / BAGAIMANA PENYELESAIANNYA ?
Sebelumnya saya mohon maaf, apakah itu semua bukan karena pemahaman terhadap AGAMA kita yang salah ?
Mungkin kita salah memahami, sehingga semua kejadian mengerikan itu banyak terjadi di negeri ini, bahkan ngenesnya condong dianggap hal yang biasa saja.
Dan sebetulnya perjalanan MORAL bangsa yang mengerikan ini penyimpangannya sudah terjadi sangat lama, karena memang begitulah MORAL manusia terbentuk.
Contoh yang paling gamblang adalah maraknya korupsi di negeri ini, korupsi sudah dianggap sesuatu yang lumrah, engga ada yang malu lagi melakukannya. Bahkan tidak sedikit Profesor yang juga terpidana karena korupsi !
Dengan begitu banyaknya rumah ibadah ada, bukankah pemahaman terhadap AGAMA sejatinya akan menciptakan akhlakul karimah (segala sifat atau perbuatan yang baik), tapi kalau itu tidak terjadi, itulah yang saya kawatirkan salahnya pemahaman kita terhadap AGAMA.
Waktu itu, ketika pilkada akan berlangsung, ada tokoh yang menghujat tokoh lain karena terutama tidak se-iman, dan juga ‘non pribumi’.
Lalu . . . apa yang kita lakukan terhadap tokoh tsb ? Sudah dapat di tebak, tidak akan terjadi apa-apa. Begitu juga dengan berjuta peristiwa yang ber-akar masalah dari agama, entah itu pencetusnya, atau karena pelakunya, pokoknya kalau semua pelakunya yang ber-identik kuat dengan agama tertentu, pasti dapat ditebak akan berakhir dengan
berlalu bagitu saja alias sang waktu yang diberi tugas untuk melupakannya.

Dan luar biasanya . . .   tidak ada yang mempermasalahkannya . . .  . kecuali pihak yang dirugikan dan itupun bisa juga ditebak karena agamanya berbeda.


Atau kalau toh ada tindakan, paling “himbauan” dan maksimal “kecaman”, dan yang lebih serunya lagi, khabarnya yang meng-himbau/me-ngecam malah dituduh 'pecundang' oleh yang dikecam, bukan main kayak pantun bersambut, tradisi mana itu ya ? ( Minang bukan ?). Tadinya saya pikir akan berkelanjutan seperti istilah tradisinya orang betawi “lu jual - gue beli”, tapi malah saya dengar argumentasi pembelanya “. . .  .   . kita lihat saja rakyat sudah marah . . .   . “.       Lho . . . kok malah senang adu domba rakyat ??  Logika apa lagi ini Bang ?
Kalau menurut saya, itu semua terjadi karena penegakan keadilan ( UU ) bukan atas dasar salah atau benar, tapi sudah tercemar oleh berbagai macam kepentingan, terutamanya sogokan atau unsur agama didalamnya. 

Belakangan banyak digunjingkan  tentang jabatan Gubernur Jakarta, apa yang terjadi kalau Pak Jokowi jadi Presiden ?   Ada banyak praduga khawatir, karena otomatis wakil gubernur menggantikan posisinya, karena terutama wagubnya adalah “BASUKI, Selain KRISTEN, CINA Lu !”
Ada juga sih yang menolak karena wagub-nya dianggap kasar, bahkan dihujat seperti preman.
Tapi sesungguhnya jika Ahok jadi Gubernur juga apa salahnya ? “Gaya”-nya memang seperti kurang wise, tapi . . . Coba kalau kita telisik lebih dalam . . . . Jangan-jangan yang tidak suka adalah mereka-mereka yang sesungguhnya salah memahami Agamanya, atau “kurang bersih” kalau tidak boleh dibilang “sangat diuntungkan” ketika engga ada pejabat yang mau memberantas kebobrok’an.
Jadi . . . sebelum kita tereak menolak atau tidak suka, cobalah kita tanya kedalam diri sendiri, untuk siapa kita membela, kenapa kita menolak, adakah UU yang dilanggarnya ? Atau jangan-jangan ada unsur SARA yang membelenggu kita ?
Ada juga yang mengaitkan dengan penanganan  waduk pluit, bantaran kali, rusun, PKL dan lain-lain . . . kebetulan yang terkena kebanyakan orang kecil, dan kita memang suka iba melihatnya.
Tapi sebaiknya jangan dilihat orang besar atau orang kecil, orang miskin atau orang kaya, kebenaran adalah kebenaran - kesalahan adalah kesalahan . . . Jangan karena terhadap orang kecil maka kesalahannya harus dimaklumkan, begitu juga sebaliknya.
Karena menurut saya, UU harus ditegakkan, bila perlu atau memang seharusnya, dengan TEGAS dan ADIL !!
Saya garansi 1000 % peraturan tidak mungkin berhasil kalau penegakkannya dengan himbauan atau kecaman !!

Dalam artikel saya sudah banyak saya tuliskan tentang hal ini.


Apakah Singapura akan berhasil kalau penegakkannya peraturan dengan himbauan ??
Ayolah lihat dari sudut positifnya, atau setidaknya melihat dari sudut benar dan salah jangan ada pertimbangan embel-embel yang lain !!
Konon khabarnya, kalau di Amerika KTP warganya tidak dicantumkan AGAMA, tapi kalau disini ada yang mengusulkan begitu, terlebih setelah
diberlakukannya E-KTP yang katanya sangat akurat dan tidak memungkinkan adanya KTP ganda, pejabatnya yang berwenang tidak setuju, dengan ilustrasi karena kalau terjadi meninggalnya warga tsb yang tidak diketahui keluarganya, akan terjadi kesalahan penanganan secara agama yang seharusnya.
Bagaimana menurut Anda ? Sepintas seperinya masuk akal, tapi dijaman informasi seperti sekarang ini rasanya lucu argumentasi itu. Kalau KTP-nya ada dan katanya canggih tsb, apa susahnya menghubungi keluarganya atau kalau terpaksa menghubungi tetangganya dengan data dari KTP tsb ?
Begitulah yang terjadi, terkadang kita suka memaksakan kebenaran, padahal kebenaran yang dimaksudkan adalah bukan kebenaran yang mutlak benar . .  .   .

Wassallam,

blogspot, Juli 2013

By. SPMC SW.

———————————————————
Manusia tidak terluput dari kesalahan, mohon maaf kalau isi artikel ini tidak berkenan, karena saya sejatinya tidak membenci agama apapun, tapi saya sangat mengharap kebaikan yang dapat kita lakukan sebagai manusia, terlebih lagi kita di INDONESIA dengan BHINNEKA TUNGGAL IKA-nya.
Judul diambil dari kekhawatiran yang "mungkin" terpendam pada orang-orang yang menolaknya.  Atau usul saya, kenapa engga diminta ke partainya supaya Ahok dijadikan CAWAPRES saja, supaya tidak jadi Gubernur . . .  .  hahaha .
——————————————————–

No comments:

Post a Comment