"RAHASIA DIBALIK RESHUFFLE KABINET"
.
Opini RSM* ala #SPMC Suhindro Wibisono.
.
Karena manusia adalah makhluk sosial, maka setiap manusia itu punya
trauma, begitulah kenyataannya, dan trauma itu hanya bisa dikendalikan
oleh kontrol kesadaran, tapi tidak mungkin menghilangkan trauma itu
sendiri. Trauma membentuk manusia yang membedakan antara manusia yang
satu dan yang lainnya, trauma diperkuat oleh sifat dasar manusianya itu
sendiri. Maka kalau kita lihat dalam satu keluarga misal ada 5
bersaudara, pastilah mereka berbeda sifatnya, bahkan terhadap saudara
kembar sekalipun, padahal bukankah mereka mendapat lingkungan contoh
yang serupa hampir sama? Trauma juga terlihat pada semua tokoh dunia,
bahkan terlihat sangat nyata karena memang banyak disorot media, tak
terkecuali Presiden Jokowi, presiden kita sebagai rakyat NKRI.
.
Saya tidak mengupas secara detail siapa saja menteri kabinet sekarang,
sudah banyak tipi yang mengupas, bahkan seharian penuh hari ini, hari
Rabu, 27 Juli 2016 terjadinya reshuffle kabinet jilid 2.
.
Banyak yang mempertanyakan kenapa Mbak Puan tidak pernah tersentuh,
ingat Jokowi adalah orang Jawa yang lahir di Jawa juga, dan Jokowi
adalah orang yang tahu balas budi. Jokowi bisanya jadi presiden karena
diusung oleh PDIP, dan itu atas hak vetonya Ibu Mega yang adalah Ketua
Umum PDIP. Apakah dengan begitu Presiden Jokowi lebih mengutamakan
kroni, balas jasa, dibandingkan kepentingan rakyat? Bukankah presiden
adalah presidennya seluruh rakyat yang harusnya terlepas dari partai?
Itulah wacana pendek bagi banyak yang kritik dan tidak mau tahu untuk
memahami perpolitikan di negeri ini.
.
Kenapa Presiden saat ini
mengakomodasi partai-partai yang awalnya adalah lawan politik dengan
memasukkan tokoh politik lawan untuk duduk dikursi kabinet sebagai team
kerja? Karena partai politik lawan juga sudah ganti haluan dari
menentang jadi mendukung. Dan itulah alasan utamanya. Bukankah tidak ada
yang gratis dalam politik? Presiden butuh dukungan suara di parlemen,
untuk menjamin hal itu, walau partai yang awalnya lawan sudah menyatakan
mendukung, maka untuk mengikat dan selalu mengingatkan perikatan itu,
maka sudah selayaknya kalau dikasih jatah menteri. Itu adalah hal yang
biasa dan memang seharusnya begitu.
.
Ingat Golkar adalah
pemenang kedua dalam Pemilu Legislatif, juga pegang jabatan sebagai
Ketua DPR, dan PAN juga selain punya suara yang lumayan di Perlemen,
Ketua Umumnya juga adalah Ketua MPR. Lalu kalau terhadap partai yang
awalnya lawan saja dikasih jatah menteri, apa iya jatah untuk menteri
dari partainya sendiri malah harus ditendang keluar?
.
"Tapi apa
yang menonjol dari Mbak Puan sebagai Menteri Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia?" "Kenapa harus
dipertahankan, kan bisa diganti oleh tokoh lain walau tetep dari partai
yang sama?" "Apakah pak Jokowi takut dengan Ibu Megawati yang adalah
Ketua Umum PDIP?"
.
Begini versi nekad saya, dan ini sangat
sensi, semoga tidak membuka kartu trufnya Pak Presiden, artinya semoga
tafsir saya salah. Dua alasan sudah saya utarakan, kenapa harus
mengeluarkan Menteri dari partainya sendiri, sedangkan dari partai yang
awalnya lawan saja justru dimasukkan? Apakah Mbak Puan sebagai menteri
menimbulkan masalah? Adakah blunder yang dilakukan? Tahukah anda apa
kehebatan Presiden Jokowi menghadapi banyak "pertanyaan" tentang Mbak
Puan? Justru Mbak Puan dijadikan Menko, bukan Menteri!! Terlihat hebat
karena arti dari Menko adalah mengkoordinator beberapa Menteri? Itu
tidak mencederai partainya Presiden (PDIP), juga menjaga martabat relasi
antara Ketua Umum PDIP Ibu Mega yang adalah mencalonkan Jokowi sebagai
Capres dan terpilih sebagai Presiden saat ini. Siapa yang lebih
bersentuhan dengan rakyat secara langsung? Menteri atau Menko? Apakah
Pak Jokowi masih kurang cerdas untuk lebih mementingkan rakyat tapi
tetap tidak mencederai relasi dengan partai dan beliau (Ibu Mega) yang telah
berjasa untuk bisa terpilih Pak Jokowi menjadi Presiden?
.
Apakah Pak
Jokowi memang sebegitu lihainya? Bisa iya, tapi bukan berarti tidak
pernah salah strategi. Ketika pada reshuffle jilid 1 memasukkan RR
sebagai Menko Maritim, saya pikir Pak Jokowi tidak tepat dan salah duga.
Memang RR adalah mantan aktifis, sayangnya sifat aktifis itu masih
terus terbawa dan tidak segera move-on. Sehingga terlihat begitu
menikmati tepuk tangan penonton ketika berani mengkritik Wapres, dan
perang wacana kepada menteri lainnya. Sudah pasti itu adalah hal yang
paling "tabu" dalam ilmu manajemen. Bagaimana rasionalnya seorang
menteri tajam mengritik atasannya (Wapres) didepan publik? Bertengkar
wacana dengan menteri lainnya? Kalau boleh diibaratkan para menteri
adalah satu team pemain sepak bola, kalau antar pemain saling berantem
sendiri, bukankah sudah selayaknya namanya dicoret? Sudirman Said ikut
menjadi korbannya!
.
Anies Baswedan ikut terpental, apa
salahnya? Bukankah yang bersangkutan ikut kampanye Pak Jokowi waktu itu,
dan hubungan mereka juga terlihat tidak ada masalah? Untuk jadi Menteri
memang harus punya dukungan entah dari partai, ormas, atau LSM yang
punya banyak masa. Kecuali pribadi hebat seperti Sri Mulyani contohnya
yang sudah diakui oleh dunia. Ingat Sri mulyani adalah Menkeu terbaik di
Asia ketika itu. Jadi Anies Baswedan sangat mungkin menjadi korban demi
akomodasi kepentingan yang lebih besar, berkorban untuk tujuan yang
lebih besar yang ingin dicapai oleh presiden. Tunggulah masih akan dapat
jabatan apa Anies Baswedan, walau menurut saya memang agak susah
memprediksinya, kalau kembali jadi Rektor walau di UGM misalnya,
bukankah artinya turun kasta? Kalau jadi dubes apakah mau? Semoga mereka
masih tetap menjalin tali silahturami.
.
Yang terakhir ingin
saya bahas yang paling krusial adalah Menteri Rini Soemarno, kurang apa
ketika begitu sangat ceto welo-welo tokoh-tokoh PDIP mengusulkan agar
Menteri Rini diganti atau bahkan dipecat! Itulah menunjukkan betapa
kekehnya Jokowi punya pendirian, jadi apakah benar yang telah
berpendapat bahwa Presiden Jokowi tunduk dengan tekanan partai? Kembali
kemasalah trauma paragraf pertama arikel ini, dan itulah yang terjadi
pada manusia yang bernama Jokowi, sangat mungkin waktu kecilnya Pak
Jokowi pernah trauma mendapat tekanan entah dalam hal sesepele apapun
itu dan tidak berdaya, maka secara tidak sadar Pak Jokowi sedang tidak
menyadari kalau sedang mengejawantahkan rasa trauma itu, tapi dalam
posisi yang ingin menggambarkan bahwa dia TIDAK bisa ditekan! Itulah
balas dendam yang sangat mungkin tidak disadari oleh yang bersangkutan,
sangat mungkin tidak disadari terlintas dalam benak, jangan tekan saya,
jangan dekte saya, karena memang itu adalah hak saya, hak prerogatif
Presiden! Jadi kalau ingin melengserkan Rini, ya sebaiknya rakyat
menilai apa adanya dan tokoh politik tidak "menekan" Jokowi HARUS
menggatinya atau harus memecatnya! Kecuali sangat ceto welo-welo Rini
melakukan hal yang fatal, kalau "memaksa" Presiden Jokowi, justru secara
tidak langsung menguntungkan posisi Menteri Rini karena mengulik
sentimen rasa trauma Presiden! (#SPMC SW, Rabu, 27 Juli 2016)
.
.
Sumber Gambar:
www.katailmu .com
.
.
CATATAN:
(*) RSM = Rahasia Sifat Manusia.
Semoga ini termasuk artikel "ngawur" saya. (SW)
( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)
No comments:
Post a Comment