Friday, July 1, 2016

"AHOK ; FADLI ZON ; YUSRIL ; ARB ; MEGA ; SBY ; PRABOWO ; JOKOWI ; ..... Siapa Paling Egois & Munafik??"




"AHOK ; FADLI ZON ; YUSRIL ; ARB ; MEGA ; SBY ; PRABOWO ; JOKOWI ; ..... Siapa Paling Egois & Munafik??"
.
-------------------
.
"EGOIS & MUNAFIK Penyakit Mengerikan Bangsa" (Apakah AGAMA ikut ambil bagian?)
.
.
Opini Nyinyir Resah & Jengkel (‪#‎SPMC‬) Suhindro Wibisono
.

Kemarin, Kamis, 30 Juni 2016, KPK OTT lagi, tidak perlu saya cari datanya siapa saja yang "tersandung" kali ini. Beritanya pasti sudah sangat heboh bukan? Yang pasti itu adalah hal paling patut kita benci, padahal belum juga sepekan sebelumnya habis OTT yang mencokok anggota DPR dari Partai Demokrat. GILA! Tidak ada yang takut, atau banyak dari kita yang sebetulnya sudah sangat kronis?
.
Kasus korupsi tidak pernah berhenti, kebacut, waktoe itoe justru wacana hak sadap KPK malah mau dilucuti, dalihnya sadap adalah melanggar hak asasi, memang kalau korupsi tidak melanggar hak asasi? Dalih lanjutannya adalah, bagaimana kalau yang disadap ternyata tidak korupsi? Alasan kok maunya menang sendiri, memangnya KPK nyadapnya tanpa kecurigaan apa-apa? Semua tokoh pasti disadap gitu? Pembodohan atau memang sendirinya yang beralibi benar-benar bodoh? Kalau tidak niat jadi maling, napa kebakaran jenggot? Wong rakyat awam saja banyak yang gembira dan tidak takut, napa justru para tokoh politik yang sepertinya sangat geram? Dan ngenesnya, justru kroni tokoh-tokoh yang geram itulah yang terbukti banyak dicokok KPK dalam OTT. Apakah memperjuangkan melucuti hak sadap KPK itu sejatinya agar "oknum" dan kroni politisi bisa selamat dalam menjarah uang negara?
.
Menjengkelkan memang kalau banyak maling yang sedang punya kekuasaan. Silahkan diingat-ingat atau dicari beritanya siapa-siapa saja waktu itu yang begitu ngotot lantang bersuara untuk menghapus hak sadap KPK, karena menurut saya patut dicurigai mereka dan kroninyalah sebetulnya yang berpotensi menjadi maling atau rampok yang akan menjarah uang rakyat.
.
NARKOBA juga sangat mencemaskan, bahkan Pak Presiden Jokowi sudah memerintahkan jajaran kepolisian untuk menumpas peredarannya, bila perlu dengan sangat keras asal masih dalam koridor UU.
.
Vaksin palsu yang terbongkar kasusnya benar-benar membuat geram, ngenesnya sudah diproduksi sejak tahun 2003. Sindikat "raja tega" yang tidak peduli dengan masa depan bangsa.
.
Masih jengkel dengan banyaknya pembuat mie utamanya industri rumahan atau sekala sedikit diatas "kecil" yang masih sering diberitakan tertangkap karena menggunakan campuran bahan-bahan berbahaya untuk kesehatan, menurut saya juga lebih membahayakan dari pada vaksin palsu, karena "meracuni" rakyat secara langsung. Begitu juga kebanyakan produsen tahu. Masih ingat ketika itu ada ibu pengusaha mie yang tertangkap dan memberi penjelasan semacam tantangan, "Produsen mana yang tidak melakukan hal seperti yang dilakukan??" Betul-betul pernyataan yang mengerikan tentang keadaan "sesungguhnya" di negeri ini.
.
Kemana adat-istiadat rakyat negeri ini yang doeloe sangat terkenal baik, ramah, santun, welas asih, suka tolong menolong, dan sebagainya itu? Apakah kini semua sifat baik itu hanya sebagai topeng kemunafikan? Karena dari semua kejadian yang padahal baru sebagian saya ceritakan, kalau boleh disimpulkan hanya dengan satu kata, maka kata yang paling tepat menggambarkan sifat rakyat bangsa ini adalah "EGOIS". Sungguh keegoisan yang amat sangat, keegoisan yang bahkan patut dijuluki rajanya egois, raja tega! Egois yang dibalut tipu daya itu juga sangat mengerikan, tipu daya untuk menutupi keegoisan itulah yang banyak dilakukan. Untuk mencurigai tokoh-tokoh punya sifat egois akut atau tidak, mungkin bisa dilihat dari kekayaannya, berapa toh gajinya Gubernur, Walikota, Bupati, Jenderal, Pegawai Negeri, Pegawai Pajak, bahkan Presiden dan lain-lainnya ....?? Lalu kalau kenyataan kekayaannya menggunung dan gaya hidupnya bak jetset, dari mana semua harta itu kalau tidak dari sifat EGOIS?
.
EGOIS memang akar segala masalah jahat sifat manusia. Egois itu artinya mau menang sendiri walau sebetulnya salah. Egois itu merasa paling benar padahal hakim kebenaran itu adalah suara penilaian rasa oleh awam. Egois itu juga penyebab tega melakukan korupsi, melakukan bisnis tercela, karena egois memang tidak peduli dengan orang lain. Egois sepertinya kata biasa yang tidak terlalu salah atau menyimpang, padahal (sekali lagi) "egois" adalah AKAR masalah kejahatan manusia. Tokoh atau pejabat publik yang "sangat" egois pastilah malapetaka bagi rakyat, bangsa dan negara. Karena egois akut selalu merasa kurang, dan selalu punya alibi untuk membenarkan rasa kurangnya itu. Kebalikan dari egois adalah "peduli", kedua sifat itu akan menghasilkan tokoh-tokoh masyur tiada tara sesuai kadar sifatnya masing-masing, semakin hebat egoisnya juga menghasilkan tokoh hebat sesuai perangainya, begitu juga jika semakin hebat pedulinya. Contohnya adalah Hitler, Marcos, Idi Amin dan lain-lain yang pastinya sangat egois. Bunda Teresa, Mandela, Master Cheng Yen dan lain-lain yang sangat peduli. (Maaf atas contoh nama-nama jika tidak berkenan, dan saya tidak ingin memberi contoh nama tokoh dalam negeri.)
.
Bagaimana kita tahu bahwa kita tidak egois? Menurut rasa saya, sifat egois memang ada pada diri setiap manusia, tapi bagaimana kita mengelola sifat egois kita, itulah hal terpenting dalam hidup bermasyarakat. Kalau ingin mengelola sifat egois kita agar tidak merugikan orang lain, selalulah mempertanyakan hal-hal yang akan kita lakukan terlebih dahulu terhadap diri kita, "Bagaimana penerimaan kita seandainya orang lain yang melakukan hal yang akan kita lakukan?" Kalau "jujur" kita tidak keberatan, silahkan lakukan ....
.
Andai para produsen vaksin palsu itu berpikir begitu, atau apakah mempermasalahkan seandainya keluarga atau anaknya yang mendapat vaksin hasil produksinya? Para pembuat tahu atau mie bermasalah, tidak keberatan mengkonsumsinya sendiri setiap hari hasil produksinya? Yang ingin berbuat serong atau mengkhianati pasangannya juga tanya dalam hati, apakah tidak marah andai pasangannya juga melakukan hal yang sama seperti yang ingin dilakukan? Dan seterusnya, itulah cara mengetahui bahwa kita termasuk yang egois atau tidak. Pertanyaannya adalah bagaimana jika semua pertanyaan yang kita ajukan itu kita TIDAK keberatan, seperti misalnya pengedar atau penjual narkoba yang juga merangkap sebagai pecandu juga?
.
Rasa EGOIS yang masih sehat memang punya rasa sama antara yang dirasa diri sendiri dan menurut ukuran rasa awam, tapi kalau tidak sama, jelas kita telah dikuasai oleh sifat 'penyakit' egois itu sendiri. Pada tahapan itulah petugas yang tugasnya menegakkan UU semestinya bertindak dengan tegas, keras dan tanpa pandang bulu. Itulah tugas penegak hukum agar tatanan bernegara untuk ketentraman bersama terjaga. (NGENES justru banyak penegak hukum OTT oleh KPK) Tanpa tindakan yang keras dan tegas, percayalah mengatur kalayak umum tidak akan dapat berjalan dengan baik. Karena kalayak umum pasti TIDAK akan mempan dengan "himbauan". Jangan korupsi, jangan melanggar peraturan lalu lintas, jangan menjual narkoba, jangan buang sampah sembarangan, dan semua himbauan JANGAN - JANGAN - JANGAN yang lain tidak akan ada gunanya, tidak akan efektif, hanya buang-buang waktu saja. Bukankah kenyataannya semua himbauan sudah sangat bosan kita dengar? Hukum mati saja untuk semua kejahatan yang mengancam masa depan bangsa, yang mengancam kehidupan khalayak. Setidaknya hukumlah yang menjerakan agar ada efek jera bagi yang lainnya. Contoh hukuman berat adalah "TIDAK" memberi hak menerima remisi bagi terpidananya, dan minimal dihukum 20 tahun misalnya. Agar tidak rentan didagangkan, hukum harusnya yang ditentukan minimalnya, bukan maksimalnya. Coba ingat-ingat berapa tahun hukuman terberat bagi pembuat tahu atau mie berformalin yang tertangkap, padahal sudah ada yang melakukan puluhan tahun lamanya?! Bahkan jumlah manusia yang "diracuni" hasil produksinya saja tidak bisa terhitung jumlahnya.
.
Hari ini KPK OTT tokoh, minggu depan ada lagi, bulan depan ada lagi, dan itu sudah sangat sering. Lalu kepolisian juga mengungkap tertangkapnya pengedar atau bandar narkoba, lusa ada lagi, minggu depan ada lagi, bulan depan juga ada. Begitu juga dengan pembuat mie atau tahu berformalin atau menggunakan bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan manusia yang masih terus ada dan terungkap selama berpuluh-puluh tahun ini. Bukankah itu semua akar masalahnya adalah EGOIS?? Jadi masih kurang jelaskah bahwa egois adalah akar semua masalah manusia? Dan ngenesnya ternyata kita adalah bangsa yang sangat egois, setidaknya itulah yang saya amati, maaf mungkin saya pakai kacamata "minus". (SPMC SW, Jumat, 1 Juli 2016)
.
.
CATATAN:
Menurut rasa saya, "judul" artikel adalah kemasan penglaris paling penting dari artikelnya itu sendiri, untuk artikel ini saya sempat kesulitan menentukan judulnya apa?
.
"EGOIS & MUNAFIK Penyakit Mengerikan Bangsa" (Apakah AGAMA ikut ambil bagian?)
.
.
"Bangsa Jadi Bangsat Karena Penyakit Kronis EGOIS dan MUNAFIK"
.
.
Dua pilihan judul tsb sempat saya sketsa, dan menurut rasa saya andai artikel ini diunggah di media resmi dengan judul yang ada kata "Bangsat"-nya, mungkin tidak diijinkan.
.
Lalu judul paling atas dari artikel ini (AHOK ; FADLI ZON ; .....), maaf kalau tanpa makna apa-apa, hanya usaha penglaris saja, sekali lagi "MAAF" (SW).
.
---------------
.
Sumber gambar:
indonesiaone .org
.

No comments:

Post a Comment