Tuesday, November 24, 2015

"PAMER"


"PAMER"
.
Opini Analogi: (SPMC) Suhindro Wibisono.
.
.
KETIKA ada teman diskusi sering kali pamer ayat-ayat dalam tanggapan, lalu dalihnya juga sesuai dengan ayat yang disodorkan yang kurang lebih begini bunyinya, "kewajibannyalah menyodorkan walau hanya satu ayat", padahal diskusi di publik adalah bukan oleh kelompok ummat yang sama kepercayaannya, dan konon khabarnya hal semacam itu paling tidak etis untuk obrolan di negaranya bule(barat). Tapi karena ini Indonesia, yang ada justru menjadikan debat-kusir saling mempertanyakan, kalau kebetulan saya ikut terlibat didalamnya, sayapun juga ikut mempertanyakan, lalu jawabnya juga dengan pamer ayat "kewajiban untuk mengabarkan", dan mengatakan yang bersangkutan hanya syiar bukan yang membuat ayat, karena memang hanya kepercayaannyalah yang diterima Allah sesuai dengan ayat yang juga disebutkannya lagi. Dan maaf, dengan terus terang saya menilainya "fanatik akut".
.
KETIKA saya pernah menerangkan bahwa DISEMUA ajaran kepercayaan ada juga ayat-ayat "serupa" yang menyatakan bahwa ajarannyalah yang paling baik, ajarannyalah yang paling benar, bahkan hanya lewat ajarannyalah baru bisa diterima Sang Pencipta ......, tapi ummat dari kepercayaan lain menyadari bahwa ayat-ayat tersebut hanya untuk kalangan sendiri itulah sebabnya tidak dipamerkan didepan umum seperti yang dilakukan. Dan sangat mengejutkan ketika justru yang bersangkutan mengatakan "kalau sama, itu berarti kepercayaan kamu adalah sama dengan kepercayaan saya", dan saya langsung mbatin "benar-benar fanatik akut ditambah haus." Lalu saya jawab, karena kepercayaan saya ada lebih dahulu, itu artinya kepercayaan kamu yang menyamai kepercayan saya, jadi lebih pas kalau kepercayaan kamu sama dengan kepercayaan saya. Debat-kusir memang hanya membuat rame suasana dan tidak memperoleh banyak manfaat, selain saling mengetahui karakter masing-masing.
.
KETIKA menyadari debat-kusir itu sangat sering dilakukan juga oleh beberapa teman yang lain, yang biasanya juga karena ada yang pamer ayat, maka saya coba membuat artikel ini, artikel yang ingin menerangkan makna tentang "pamer ayat" versi kaca mata saya lebih detail lagi, dan untuk hal itu saya butuh perumpamaan agar gampang membuat ilustrasi untuk dipahami. Sori kalau menabrak sekat-sekat kenyamanan anda para pembaca.
.
KETIKA menyadari ada banyak aliran kepercayaan didunia ini, dan semuanya punya kitab suci pegangan sendiri-sendiri yang tentu saja berbeda satu dengan yang lainnya, itu ibarat adanya banyak negara di dunia ini. Bedanya kalau negara punya batas wilayah, kepercayaan tidak punya batas wilayah karena batasannya adalah ideologi ummatnya. Negara punya konstitusi dan UU, dan setiap konstitusi dan UU tersebut pasti tidak sama persis antara punya negara yang satu dan yang lainnya. Mirip mungkin, seperti contohnya UU NKRI yang memang diawali "bersumber" dari Eropa. Dan kebanyakan isi UU semua negara adalah mirip, contohnya tidak ada UU yang tidak menjatuhkan hukuman kepada warga negaranya yang tertangkap menjadi perampok atau menjadi maling bukan?
.
KETIKA ada sekumpulan orang dari manca negara diskusi, lalu si "Polan" tiba-tiba mengatakan bahwa konstitusi dan UU negaranya adalah yang terbaik lalu menunjukkan bunyi konstitusi atau UU negaranya, dapat dibayangkan kalau si Badu dari negara lain akan terbelalak, si Amir dari negara lain lagi garuk-garuk kepala, si Mey Lan dari negara lain lagi geleng-geleng kepala, dan begitu juga dengan si Umar Bakri, si Budi, si Unyil, si Bolang, .... yang mungkin melongo karena mbatin kok ada orang begitu aneh, pasti mereka semua akan menganggap si "Polan" adalah manusia fanatik bukan? Saya pikir itulah yang terjadi ketika ada orang mengutarakan ayat-ayat kepercayaannya dihadapan umum jika tidak ada yang memintanya, kecuali memang yang diskusi atau khotbah menyadari bahwa mereka sedang berbicara didepan ummat ideologi yang sama. Memangnya semua orang yang diskusi peduli dengan ajaran kepercayaannya? Memangnya semua yang diskusi percaya dengan aya-ayat si Polan? Andai saya yang utarakan ayat, apakah kalian percaya? Kenapa si Polan tidak berpikir seperti itu untuk ayat-ayat yang di utarakan? Tidak paham atau ya karena fanatik akut itu? Memangnya ummat lain kepercayaan suka dengan ayat-ayat si Polan? Memangnya semua yang diskusi peduli dengan kostitusi dan UU negara si Polan? Salahkah kalau ada yang menjuluki orang semacam si Polan itu aneh? Dan fanatik akut itulah yang saya stempelkan, maaf. (SPMC SW, Kamis, 19 Nopember 2015.)
.
.
Sumber gambar:
iyasung.blogspot .com
.
.
CATATAN:
Judul dan Gambar adalah pendukung untuk berperan penting mempromosikan artikel, "maaf" kalau dianggap tidak pas atau tidak etis. Jangan terlalu sensi ya, dan awalnya artikel ini saya beri judul "PAMER AYAT", tapi karena susah mencari gambar pendukungnya, dan kemudian mendapatkan gambar yang saya sertakan ini, jadilah seperti yang sekarang ini, harap maklum. TQ. (SW)

No comments:

Post a Comment