Saturday, April 5, 2014

"POLITIK KAMIKAZE GERINDRA"

                        ( Image source: jeffreyhill.typepad.com)

Blogspot. Ketika mencermati "gaduh" kampanye Pemilu Legislatif yang berakhir Sabtu, 5 April 2014, ada tokoh politik yang menjadi enemy semua partai dan semua tokoh politik lawan. Tapi dari semua partai yang menyerang sang tokoh, ada satu partai dengan 99,9 persen tokoh didalam partai tersebut yang melakukan kamikaze. Saya katakan "kamikaze" (serangan bunuh diri ala Jepang dalam perang), karena ketika Pilkada DKI yang lalu, partai ini adalah bagian dari pengusung kemenangan sang tokoh untuk menjadikannya DKI-1.

Betul-betul blunder, ketika pada saat mengkampanyekan jadi DKI-1 yang lalu, mereka menyanjung-nyanjung, dan kini tiba-tiba mereka menghujat dengan sadis. Padahal ....pencalonan sang tokoh belum resmi di-daftarkan, karena memang pendaftaran tersebut belum dibuka, dan juga belum ada yang punya hak untuk bisa mendaftarkan jagoannya sebagai Capres dari partainya. Siapapun itu!

Iseng saya mencari berita lewat Om Google, saya cari satu nama yang pernah menjadi bagian penting team sukses kampanye pemenang Pilkada DKI saat itu, yang bersangkutan adalah anggota DPRD dan Ketua Fraksi partai G, lalu saya juga membaca berita-berita yang bersumber darinya pada tahun 2013, beliau saat itu menyanjung tentang kehebatan Jokowi, Kampung Deret sukses, Kaki-lima Tanah-Abang sukses, Waduk Pluit sukses ...dan lain-lain yang serba sukses. Apakah tidak menggelikan ketika saat-saat sekarang ini mengatakan "Tak satupun masalah di DKI yang diselesaikan Jokowi". Piye toh? Jadi sebetulnya yang plin-plan ini siapa? Pihak mana? Nafsu akan jabatan betul-betul membutakan akal sehat dan rela keblinger walau harus menelan muntahan ludah sendiri. Siapa ya yang betul-betul labil......? Moga-moga ingat untuk tidak terlalu vulgar menelanjangi diri sendiri, punya malu dikit lah .... Apakah Pak Fadli Zon termasuk kelompok ini juga?

Padahal .....sampai dengan detik ini, DKI-1 dan DKI-2 masih tetap, masih menjabat, masih bekerja sama, berarti masih mitra. Menurut saya partai G saat ini sedang blunder, absurd, atau kamikaze namanya? Kenapa tadi saya bilang 99,9 persen, karena ada satu tokoh yang mungkin sedang terjepit, yaitu DKI-2, kasihan .....membayangkan diposisinya pasti juga sulit, jangan-jangan waktu kampanye Pilpres nanti juga akan dipaksa untuk ikut kamikaze. Kalau menolak kamikaze, pasti akan runyam DKI, dan mencermati keadaan tersebut, bisa jadi DKI juga akan bermasalah. Semoga yang terbaik terjadi, masih ada kewarasan dibalik kemelut berebut jabatan yang melanda Negeri ini. Bahkan kalau seandainya DKI-2 betul-betul tersudut, kalau menurut saya, dari pada harus kamikaze, pada saat terdesak itulah, semoga partainya Pak Jokowi sekalian menawarkan untuk DKI-2 pidah kepartainya saja .....hehehehe.... pasti akan lebih heboh, dan saya percaya rakyat juga banyak yang bisa memahami, asal dalam posisi tersudut lho ya, posisi yang betul-betul diharuskan kamikaze. Dan saya pikir kalau itu terjadi justru menyelamatkan DKI khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Titik.

Supaya lebih jelas posisi, maaf saya mau cerita. Pada Mar 23, 2014 10:33 saya mendapat email yang isinya begini:

Terima kasih Pak Soehindro Wibisono.

Mohon dukungan dari Bapak dan teman-teman untuk Indonesia yang lebih baik bersama Capres kami, Ir. Joko Widodo..

Terima Kasih.

Hormat Saya,
Megawati Soekarno Putri

Email tersebut menjawab email saya yang saya kirim pada 5 Juni 2013 10.56. Sedangkan isi email saya adalah:
.
( SURAT UNTUK PDIP )
.
http://t.co/5unOnFiBCT
.
Pada awal Juni tahun lalu, sewaktu saya buat surat untuk PDIP, saya tidak tahu kapan tepatnya waktu kampanye, data yang ada adalah tanggal 11 Januari 2014, itulah sebabnya saya "salah" memprediksi atas kapan pengumuman pencalonan Jokowi sebagai Capres, tapi alur logikanya benar (Sebelum kampanye Legislatif).

Beberapa hari yang lalu saya sempat pulang kampung, waktu ngobrol dengan tetangga yang ada dikampung halaman, karena saat ini sedang musim kampanye, tentu saja saya nanya .... "Siapa jagoan pilihannya untuk memimpin Negeri?" Dijawabnya "Jokowi". Lalu saya tanya lagi "Berarti tanggal 9 nanti nyoblos PDIP dong?" Anehnya ....yang bersangkutan bilang "Tidak ikut nyoblos tanggal 9 nanti, Pemilu Presiden saja" jawabnya. Lalu saya berwacana gini: Kalau Presiden jagoan kamu menang, tapi suara di DPR-nya sedikit atau kalah, sehebat apapun Presidennya tidak akan bisa menjalankan pemerintahan dengan baik, karena kebijakan-kebijakannya akan selalu ditentang oleh DPR, dan banyak dari kebijakan yang memang harus minta ijin DPR untuk boleh dilaksanakan. Jadi kalau mau jagoannya menang dan bisa melaksanakan tugasnya dengan lancar, juga harus dibantu pemenangan untuk suara di DPR-nya. Karena bukankah yang kita rasakan sampai sekarang ini, DPR itu hanya sebutannya saja mewakili rakyat, tapi sejatinya hanya mewakili Partai-nya. ...bla bla bla ....bla bla bla ....

Akhirnya Mas "K" tetangga saya bilangnya gini: Gitu ya Mas, kalau gitu tanggal 9 nanti saya mau nyoblos partainya Jokowi, dan saya akan kasih tahu teman-teman kerja saya maupun kenalan-kenalan saya yang memang banyak sekali hanya ingin nyoblos waktu Pilpres saja.

Begitulah, ada beberapa orang yang sempat saya temui dan kurang lebih pembicaraannya begitu. Tapi tentu saja saya tanyakan dulu Presiden jagoannya, kalau yang bersangkutan tidak menyebut Jokowi, tentu saja saya tidak menjelaskannya seperti itu. (SPMC SW, April 2014)

------------------------
.

"TRAGEDI MEI-98" || (Puisi Sensi)
.
http://t.co/bop3ecT2eF
.
------------------------

Catatan:

Mohon maaf kepada Ibu Mega karena email-nya saya share di artikel ini.

Kamikaze bisa jadi akan menguntungkan partai lain yang cerdas mengambil sikap.
------------------------

No comments:

Post a Comment