(Image source: healthpositiveinfo.com)
"ADA KETERLIBATAN ASING, MK-PUN DISUAP! AYO BENTUK PANSUS MK!"
(Rencana judul sebelum artikel selesai dibuat)
Blogspot. KETIKA itu Capres No.1 meluncurkan Quick Count tandingan
untuk menyaingi Quick Count yang ada, dan digunakan mendukung klaim
kemenangannya. Maka dengan begitu tampak punya pijakan yang meyakinkan,
sambil tereak: "Yang terpenting adalah tanggal 22 Juli nanti kita
buktikan Quick Count mana yang benar". Ditambah dukungan partai koalisi
yang juga tereak: "Kami sudah menyebarkan 2juta relawan yang memantau
dan sekaligus mencatat semua rekapitulasi di TPS seluruh Indonesia."
Sambil menggambarkan betapa militannya relawan-relawan yang dimilikinya.
Menjelang sampai dengan tanggal 22 yang dijanjikan, Real Count partai
kubu koalisi yang menyebut memiliki pendukung fanatik tersebut masih
yakin berdasar hitungan mereka, Capres no.1 menang. Lalu sekitar jam 14
siang tanggal 22 Juli 2014, ada pidato kejutan dari Capres no.1
"Mengundurkan diri dari proses penghitungan Pilpres yang sedang
berlangsung di KPU". Sungguh absurd menurut saya.
PERTANYAANNYA ADALAH:
- Dari segitu banyak Quick Count yang ada, kanapa hanya Quick Count yang
"dituduh" kelompoknya saja yang menyatakan Capres no.1 menang, lalu
kenapa klaim pernyataan yang tujuannya untuk umum tapi memakai dasar
Quick Count yang jelas memihaknya? Rasionalnya dimana? Demokratisnya
dimana? Demokratis kok pakai ukurannya sendiri.
- Katanya tunggu pengumuman KPU untuk pembuktiannya, dan akan mematuhi
apapun hasil keputusan KPU, lalu pada tgl 21 Juli, dimana posisi Capres
No.1 masih unggul lebih 1 juta suara, tidak ada klaim kecurangan. Dan
saya lihat berita di tipi yang dihadiri kedua kubu, sama-sama tidak
mempermasalahkan. Bahkan kubu Capres No.2 yang posisinya tertinggal
menyatakan masih sesuai dengan hasil hitungan mereka. Walau tetap
meyakini rekapitulasi propinsi yang belum selesai dikupas akan dapat
menyalip suara Capres No.1. Lalu kenapa tanggal 22 Juli sekitar Jam 14
siang tiba-tiba menyatakan "Mengundurkan diri" dan menuduh KPU curang
dan sebagainya? Apakah kecurangannya baru ditemukan tanggal 22 itu?
Waktu ribut Quick Count, semua diminta tunggu pembuktiannya tanggal 22,
setelah sampai tanggal 22 maka KPU yang dituduh curang, dan mengundurkan
diri dari keikutsertaan rekapitulasi yang sedang berlangsung. Saya
menduga setelah ini MK juga akan kebagian cacian: "Memihak Capres No.2 -
Pro Jokowi - Disuap - Adanya keterlibatan asing - Tidak netral - Tidak
adil - dan lain-lain."
KETIKA Quick Count RRI hasilnya ternyata juga tidak memenangkan Capres
no.1, maka akan membentuk Pansus di DPR guna mengusut karena RRI
dibiayai oleh APBN, tapi ketika sebelumnya RRI juga melakukan Quick
Count pada Pemilu Legislatif, maka tidak ada masalah. Apakah salah kalau
banyak rakyat memberi label koalisi itu penuh dengan tokoh-tokoh yang
tidak rasional? Kalau Pansus tersebut bergulir dan kenyataan hasilnya
benar sesuai dengan hasil akhir KPU, lalu yang dipermasalahkan apanya?
Dananya? Memangnya RRI bisa langsung ambil dana sendiri dari laci APBN?
Bukankah itu berarti memang dananya sudah dialokasikan oleh Negara?
Sungguh saya kurang dapat memahami ukuran rasionalitas yang digunakan,
maaf mungkin bisa jadi saya yang kurang paham permasalahan. Tapi
setidaknya kalau ada kesalahan dengan yang dilakukan RRI, ujungnya
adalah kesalahan Pemerintah, dan Pemerintahan ini tentu ada komandannya
bukan?
KETIKA juga ada pernyataan akan dibentuk PANSUS Pilpres, tentu saja
paling utama adalah menyelidiki kecurangan KPU, saya berharap ini betul
dilaksanakan, supaya tidak hanya terkesan gertak sambal. Pasti seru
menyaksikan prosesnya, apalagi kalau melibatkan Pemerintah sebagai pihak
yang paling disorot dalam pelaksanaan Pilpres. Ayo segera lakukan,
supaya makin seru keadaan, siapa tahu juga akan menuai caci maki rakyat
atas anggota DPR yang terlibat didalamnya. Sekalian menguji kewarasan
kita semua, semoga tidak ada anggota DPR yang menjadi korbannya.
Setidaknya akan menunjukkan kepada kita semua, Partai apa saja yang
layak kita beri dukungan selanjutnya. Saya justru kawatir Pansus ini
tidak jadi terjadi, maaf. Jangan lupa setelah ini bisa jadi juga akan
ada Pansus MK wkwkwkwk...
KETIKA peristiwa-peristiwa itu terjadi, sepertinya kemenangan adalah
upaya keharusan yang tidak boleh diubah, pantang menyerah sebodo amat
rakyat gelisah, dan usaha meyakinkan rakyat akan adanya kecurangan
adalah jalan pintas yang tersisa, walau saya berdoa semoga tidak banyak
rakyat yang terprovokasi. Berjuta macam gosip sudah dilempar, sayangnya
banyak yang sudah saya lupa, jadi saya hanya bisa menuliskan beberapa
saja: Jokowi korupsi bus karatan(bawa buktinya ke KPK kalau ada) ;
Adanya Keterlibatan Asing(memang asing punya hak suara?) ; Ratusan
triliun uang cash masuk dari luar negeri untuk penyuapan Pilpres(duit
semua atau capur daun? Padahal bawa uang cash sejumlah tertentu antar
Negara harus ada ijinnya. Kalau pembuat gosipnya tahu, apa iya aparat
keamanannya tidak tahu? Kalu gitu kenapa tidak dilaporkan?) ; JK
membayar 10 T untuk bisa jadi Cawapres (kekayaannya saja jauh dari itu) ;
Ketua KPU iparnya JK(memang hanya ketua KPU saja yang kerja?) ; Apa
lagi ya? Maaf sudah tidak ingat. Sebetulnya gosip-gosip itu adalah
bagian dari upaya kemenangan, saya dapat memahami. Tapi kalau
pertandingannya sudah selesai, dan gosip-gosip itu "misalnya" masih
terus ditiupkan, apa tujuan mulianya? Apakah supaya rakyat terprovokasi?
Atau .....jangan-jangan Capres-nya sendiri yang termakan gosip, sampai
lupa menyadari antara gosip dan kenyataan, bingung membedakan gosipnya
sendiri berubah diyakini sebagai kebenaran, kebenaran mutlak yang harus
disebarkan, supaya semua pendukungnya juga terhipnotis meyakini
kebenaran gosip-gosip itu. Semoga ada yang menepuk membangunkan
kesadaran itu. Kasihan kalau harus berlarut-larut, apakah kini itu
merupakan zona nyamannya, justru disadarkanpun lebih memilih terhipnotis
saja. Itulah sebabnya saya katakan kasihan. Dan yang pasti itu semua
hanya ocehan saya yang tidak punya makna apa-apa. Jadi jangan dimasukkan
hati ya .... Sering kali kalau saya merancu jadi lupa titik koma,
ngocehnya suka susah dipahami. Jadi mohon maaf kalau Anda tidak paham.
KETIKA saya tiba-tiba juga teringat pembicaraan di banyak tipi beberapa
waktu yang lalu, waktu menjelang Pemilu Legislatif akan dan sedang
dimulai, bukankah waktu itu marak di promosikan orang-orang yang bisa
membantu menjadikan Anggota DPR ; Walikota ; Bupati ; Gubernur ;
Presiden, saya yakin banyak pembaca yang ingat bukan? Orang tersebut
ingat saya tidak mau disebut dukun, jadi apa ya sebutannya? Terserah
Anda sajalah, tapi ingat saya tarif untuk jadi Presiden adalah 1T
Rupiah, dan hebatnya ingat saya bergaransi, lalu yang ingin iseng saya
tanyakan, kenapa dulu tidak pakai jasanya saja kalau prinsipnya harus
menang? Saya harap tidak ada yang iseng memberi tanggapan "sudah pakai
jasanya kok" .....nanti penjual jasa itu tidak laku lagi lho! (SPMC SW,
Juli 2014)
( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment