(Image source: azizna.blogspot.com)
Blogspot. Selamat atas terpilihnya Jokowi-JK menjadi Presiden & Wapres ke 7
RI. Pada kompetisi Pilpres kali ini, karena memang tidak dikriteriakan
untuk kemungkinan menang bersama, maka menang atau kalah tidak dapat
dihindarkan bagi perserta kompetisinya. Menerima kekalahan dengan
kebesaran hati jauh lebih susah dari pada merayakan kemenangan, dan itu
terbukti dengan pernyataan Capres No.1 kemarin “Penarikan diri dari
proses rekapitulasi penghitungan suara Pilpres”. Kalau ternyata ada
ketidak puasan atau menganggap adanya kecurangan, MK adalah salurannya.
Dan akan sangat elok kalau pengaduan ke MK-nya disertai bukti dan
logika yang mumpuni akan kemungkinan merubah keadaan, bukan karena emosi
yang semakin memperlihatkan “tidak bisa menerima kekalahan”. Contohnya
…. ketika membawa bukti bahwa adanya pemilih yang hanya menunjukkan
KTP tanpa adanya form A-5, bukankah UU-nya hanya memungkinkan pemilihan
ulang di TPS tersebut maksimal 10 hari dari hari resmi pemungutan
suara? Berarti itu basi. Lalu yang tidak kalah pentingnya, apakah yang
ikut coblosan dengan hanya berbekal KTP tersebut sudah pasti memilih
lawan? Mohon jangan lupa instropeksi kedalam, sudah jujurkah dalam
Pilpres kali ini? Termasuk jujur dalam kampanye, karena membohongi diri
sendiri sama dengan membohongi Tuhan bukan? Dan biasanya yang tidak
jujur adalah mereka yang lupa malu dan lupa berlogika, bahkan lupa
bahwa sebetulnya sudah sangat memalukan-pun tapi tidak merasa. Lupa
KEBANGETAN!
Bagi pemenang Pilpres, melaksanakan tugas selama satu periode
kepresidenan bukanlah perkara mudah, terutama sekali kalau ingin menjadi
Presiden hebat, Presiden yang akan dicatat dengan tinta emas sejarah
bahkan sejarah bangsa-bangsa di dunia. Rakyat kita adalah bhineka, dan
itu tidak mudah penanganannya, godaan untuk memenangkan
kelompok-kelompok tertentu dalam banyak hal mungkin dianggap wajar, apa
lagi dengan iming-iming dukungan baik secara politik maupun
di-elu-elu-kan. Walau godaan tampaknya menguntungkan secara sesaat,
semoga Pak Jokowi tetap berani berpegang pada konstitusi. Hasil akhir
adalah yang terpenting, dan itu akan dinilai oleh sejarah, tegaknya
Negara ini setara Negara-Negara demokrasi di dunia. Bukan tidak mungkin
kita akan menjadi kiblat Negara demokrasi di Asia.
Sungguh dalam bayangan saya menjadi Presiden yang hebat tidaklah semudah
yang terlihat, awal dari itu semua adalah susunan Kabinet yang akan
dibentuknya. Sebelum pembuktian kerja Kabinetnya, para pengamat dan
banyak tokoh akan mencermati siapa-siapa yang akan ditunjuk sebagai
Menteri, dan itu pasti akan heboh, bukan tidak mungkin mereka-mereka
yang sudah memberi stempel “Presiden Boneka” maupun yang mencurigai
“Politik Dagang Sapi” akan sangat menghubung-hubungkan kewilayah
tersebut atas siapa-siapa yang akan ditunjuk sebagai Menteri.
Semua Kementerian memang sangat penting, tapi ada beberapa yang paling sensi saat ini, antara lain adalah:
Kementerian AGAMA: Ada uang ummat puluhan triliun
disana(bahkan akan mencapai ratusan triliun), sungguh rawan untuk
diselewengkan, dan itu terbukti mantan Menterinya sudah ditetapkan
sebagai tersangka oleh KPK. Padahal secara nurani, itu sangat
mencederai seluruh ummat, menjelekkan citra Agama mayoritas, dan
sungguh sangat disayangkan. Itulah sebabnya, mungkin akan lebih bijak
kalau menunjuk Menteri Agama bukan dari orang Politik, karena hal itu
sangat rawan karena tokoh politik bukan tidak mungkin akan tersandera
kepentingan oleh partainya. Dan saya menominasikan DR. IMAM B.
PRASODJO, Ph.D.
Kementerian ESDM dan Menko EKUIN: Perlu kerja sama yang
erat, bahu-membahu demi kepentingan Indonesia dan memberantas mafia
migas yang konon sangat menggurita. Selain RR mantan kepala SKK MIGAS
yang sudah dipenjarakan, bukan tidak mungkin akan menyeret yang lain.
Itulah sangat penting menunjuk Menteri yang mumpuni dan “gila”, gila
Idealisme kejujuran dan gila keberanian memberantas mafia. Dan saya
menominasikan DR. RIZAL RAMLI, Ph.D sebagai Menteri ESDM, dan DR.
ICHSANUDDIN NOORSY, BSc, SH, MSi sebagai MENKO EKUIN.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Janji Pak
Presiden waktu kampanye adalah “revolusi mental”, dan untuk menyonsong
kemakmuran rakyat yang bermartabat, memang Kementerian ini sangat
penting, lalu ada anak bangsa yang masih tinggal di Jepang dan
Kementerian Pendidikan Jepang-pun menempatkan beliau sebagai
penasehatnya, kalau mereka saja begitu menaruh hormat untuk
memanfaatkan kehebatannya, bukankah sangat layak kalau yang
bersangkutan diberi tugas mencerdaskan Bangsa sendiri? Dan saya
menominasikan Prof. DR. KEN KAWAN SOETANTO, tokoh yang saya maksud
tersebut sebagai MENDIKBUD.
Kementerian Dalam Negeri: Ada kabar beredar, bagi
mereka yang sudah mempunyai E-KTP, hati-hati jangan sampai hilang,
karena konon khabarnya kalau hilang tidak bisa diganti, bisanya diganti
dengan kembali ke-model yang lama. Dan saya tidak perlu menjelaskan
lebih lanjut, takutnya menyebarkan gosip yang belum tentu benar, karena
KTP saya memang tidak hilang. Tapi seandainya kependudukan negeri ini
tercatat dengan baik, “semua” penduduk punya NIK (Nomor Identitas
Kependudukan) sejak lahir, saya yakin pelaksanaan Pemilu juga termasuk
yang akan sangat terbantu. Perlu orang cerdas untuk menangani itu, dan
memang sangat penting Kementerian ini. Dan saya menominasikan Prof.
ANIES R BASWEDAN.
Kementerian Pekerjaan Umum: Jarang yang membicarakan,
padahal perlu revolusi pemikiran, cobalah sejenak menengok mumpung lagi
musimnya mudik. Kenapa proyek pembenahan jalan hanya gencar dilakukan
saat-saat menjelang musimnya orang mudik? Kejadian menjengkelkan yang
sudah membudaya dan dianggap sudah sepatutnya begitu. Percayalah, perlu
pemecahan yang berbeda, entah kualitas atau metode-nya. Bukankah Ahok
pernah memotong anggarannya PU-DKI 30 persen ya? (lupa), bukan tidak
mungkin adanya banyak penyimpangan rutin pada Kementerian ini. Dan saya
menominasikan Prof. YOHANES SURYA, Ph.D, jangan Anda pikir tidak
nyambung ya, percayalah perlu orang yang mau berpikir hebat untuk
merubah budaya korupsi yang sudah membudaya.
Yang tidak kalah pentingnya dari pembentukan Kabinet oleh Presiden dan
Wakil Presiden terpilih, pasti sangat hebat kalau tidak lupa membuat
perjanjian tertulis dengan Menteri-Menteri yang akan menjabat, termasuk
isi perjanjiannya adalah: Perjanjian tentang dilarangnya anak / ortu /
mertua / saudara / ipar / sepupu / keponakan Menteri untuk terlibat
bisnis apapun yang berhubungan dengan Kementrian yang dipimpinnya, tentu
saja harus ada sanksi pengunduran diri-nya. Apakah hal itu melanggar
HAM? Kalau perjanjian itu dilakukan diawal dan disetujui oleh calon
Menteri, saya tidak melihat pelanggaran itu, lalu saya teringat
kehebatan Pak Hoegeng mantan Kapolri, dan menyayangkan kasus Videotron
yang melibatkan anaknya Menteri Syarief Hasan. Dan hal tersebut tentu
sangat elok kalau juga dilakukan oleh Presiden dan Wakil Presiden, dan
tentu saja harus terus terang dibicarakan atau dibuat hitam-putih-nya,
bukan atas dasar yang penting TST saja.
Pemilihan Menteri jangan lupa memperhatikan “kebudayaan” korupsi yang
sudah terjadi, karena korupsi bahkan sangat mungkin bukan dilakukan oleh
Menteri, tapi oleh pejabat-pejabat dibawahnya. Bukankah begitu yang
banyak terjadi di Dirjen Pajak? Juga di tempat-tempat lainnya. Itulah
sebabnya, kejujuran saja tidaklah cukup untuk seorang Menteri, akan
lebih hebat kalau juga cerdik membabat habis korupsi dilingkungan
kerjanya. Dan itu tidak mudah! Karena yang sudah sering terjadi adalah
justru sang Menteri yang tercebur kekubangan korupsi itu sendiri, lalu
sesudahnya menyalahkan menjadi korban sistem! Sungguh kebangetan, kenapa
tidak memperbaiki kalau memang sistemnya tidak benar, memang
begitulah sifat-sifat maling bukan?
Penetapan Kabinet adalah hak prerogatif Presiden, tapi kalau akhirnya
Menteri yang dipilihnya ternyata gagal menjalankan tugas atau bahkan
menjadi maling, setidaknya rakyat juga akan menilai bahwa Presiden telah
salah, tidak becus atau gagal memilih anggota Kabinetnya. Jadi semoga
Pak Presiden memilih anggota Kabinet sendiri bukan karena di-dekte
orang lain, karena tanggung jawab akhir ada dipundak Presiden.
Akhirnya sekali lagi SELAMAT Pak Presiden, dan juga selamat bekerja
mengemban tugas yang amat berat, saya mendoakan Bapak berhasil, tapi
mohon maaf sebelumnya, karena saya sekaligus juga akan mengkritisi Bapak
dikemudian hari.
Tidak lupa SELAMAT juga untuk Pak Basuki, Anda memang “ditakdirkan” jadi
Gubernur DKI, saya yakin Indonesia akan lebih baik dengan adanya RI-1
Jokowi dan DKI-1 Basuki. Bravo! (SPMC SW, Juli 2014)
.
——————–
Catatan:
Demi kembalinya persatuan dan kesatuan Bangsa, tidak terlalu salah kalau harus memilih Menteri bahkan dari Partai mantan kompetitor.
Pilihan bagus adalah: Prof. DR.Ir.H.M.Nurdin Abdullah, M.Agr., Bupati Bantaeng, Makasar.
Pilihan “Gendheng” adalah: Prof. DR. M. Mahfud MD, SH,
SU., dan yang terakhir ini adalah catatan paling gendheng yang pernah
saya usulkan dalam artikel. Sepertinya memang sangat ngawur, tapi
sungguh tidak ngelindur, dan penjabarannya akan sangat panjang kalau
harus ditulis disini. Maaf.
Dan kalau memilih Menteri dari Partai mantan kompetitor, sebaiknya tidak
perlu dinegosiasikan untuk minta dukungan di Parlemen, selain akan ada
berita miring, kalau memang kebijakan berpihak demi kepentingan
seluruh rakyat, tidak perlu khawatir. Nawaitu Lillahi Ta’ala aja Pak Presiden. (SW)
.
“INILAH RENCANA SUSUNAN KABINET KEDUA CAPRES”
.
http://t.co/8JOGcpAcid
.
——————
.
BASUKI, Selain KRISTEN, CINA Lu !
.
http://t.co/0duYoZiEvW
.
——————————
( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment