Monday, July 14, 2014

"ISRAEL JUMAWA, PALESTINA KEBANGETAN, AKU SOTOY"



                   (Image source: www.atjehcyber.net)


Blogspot. Selama berpuluh tahun ini sudah puluhan kali Israel membombardir Palestina, rakyat sipil selalu jadi korban, banyak rakyat dibanyak negara unjuk rasa mengecam kekejaman Israel. Dan pemberitaan-pemberitaan di tipi-tipi Indonesia menampilkan demo-demo hampir diseluruh kota besar di Indonesia, juga utamanya kota-kota yang punya universitas, mengalahkan demo di negara sekitar Palestina itu sendiri, kepedulian yang luar biasa, dan juga otomatis dengan aksi penggalangan dana, ” #SAVE PALESTINE ; #PEDULI PALESTINA “

Konon peperangan terbuka kali ini diawali peristiwa pihak Hamas pada 12 Juni 2014 menculik dan membunuh tiga remaja Israel di Tepi Barat, lalu Israel melakukan operasi penangkapan kepada setiap warga Palestina yang dianggap terlibat dengan penculikan itu. Dan kemudian ada remaja Palesina yang juga meninggal karena diculik, pertikaian berkembang terus, Hamas menggunakan roket, lalu Israel membalasnya dengan brutal, dan terjadilah korban sipil yang sekarang dihebohkan banyak masyarakat dunia.

Dalam pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang bersangkutan mengaku menerima himbauan dari banyak kepala pemerintahan di Dunia juga dari Ketua PBB untuk menghentikan penyerangan, tapi mengabaikannya.

Itulah inti pemberitaan-pemberitaan yang beredar, dan maaf saya juga coba mencermati dari sudut berbeda. Tapi inti yang ingin saya utarakan adalah “Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa.” Dan untuk mencapai itu, sepertinya Palestina sudah gagal berpuluh-puluh tahun ini.

Seandainya Palestina bisa mengendalikan Hamas yang terkenal militan, saya percaya keadaan tidak se absurd sekarang. Menurut saya, mestinya di Palesitina itu bersatu terlebih dahulu. Apapun kelompok yang ada di Palestina wajib bersatu-padu kalau ingin perjuangan memerdekan Bangsa Palestina lebih cepat tercapai. Karena sudah sangat jelas, ketika Hamas meluncurkan roket menyerang Israel, Israel akan membalas dengan ratusan kali inkalasi besarnya serangan, dan itu juga sudah terjadi beberapa puluh kali kejadian dimasa lalu, bahkan kali ini ditegaskan sendiri oleh Perdana Menteri Israel yang menyebabkan korban sipil sangat banyak itu.

Selama ini kita sering mendengar doktrin dari kelompok tertentu, bahkan sangat banyak yang berprinsif, Israel atau Yahudi wajib dimusnahkan. Bagaimana kalau posisinya dibalik, dan kita diciptakan atau terlahir di Bangsa Yahudi atau Israel yang dimaksud tersebut? Bukankah kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan sebagai apa? Dan seterusnya…..   Menilik posisi Israel yang dikelilingi negara-negara yang sangat ingin melumatnya, itulah salah satu sebab Israel melakukan tindakan brutal, sekaligus menunjukkan kepada lawan maupun calon lawan, jangan senggol saya, karena saya pasti akan membantai kalian. Ketika ada begitu banyak kumpulan manusia membenci kita, hukum alamnya adalah akan mempertahankan diri, bahkan secara extrim, kalau sangat terdesak atau kalah bukan tidak mungkin akan pakai nuklir yang dimilikinya. Maka ketika ada warga negaranya di culik, itu sudah cukup alasan untuk mereka berbuat brutal. Terlebih dengan adanya serangan roket oleh Hamas, maka semakin menjadilah ke-jumawaan-nya. Dan ketika melihat pemberitaan di-tipi-tipi yang mengatakan: “… padahal roket yang diakibatkan oleh Hamas hanya mengenai Pom Bensin, dan itupun juga tidak ada yang meninggal, hanya luka-luka, kenapa Israel begitu membabi-buta membalas dan membunuh banyak masyarakat sipil? …….” Saya melihat esensi yang berbeda tentang hal itu. Apa pihak Hamas tidak memperhitungkan bahwa serangan roketnya tidak akan berakibat buruk bagi Israel? Kenapa tetap melakukan kalau sudah jelas seribu persen tidak bermakna? Padahal Hamas melakukan hal tersebut juga sudah berpuluh kali, sama hitungannya dengan perlakuan brutal oleh Israel, karena memang itulah pencetusnya. Kebangetan atau memang sengaja kebangetan? Juga untuk rakyat yang menggunakan batu melawan senjata? Apakah itu bukan pengorbanan yang sia-sia? Sangat sedih juga mendengar berita bahwa ada kelompok dari Indonesia sini yang minta ijin untuk jihad, padahal yang ke Mindanau atau latihan di Afganistan tidak pernah minta ijin? Terus kalau mau jihad, caranya bagaimana? Mau perang pakai apa? Yang rasional sajalah.

Yang pasti, dalam artikel ini saya tidak hendak mempermasalahkan agama, jadi mohon tidak membenturkan apapun agama Anda. Tapi mencoba melihat dari sudut logika sambil menyodorkan perkiraan maupun kenyataan yang siapa tahu membuat kita bersama melihat dari prespektif lain, karena jika hanya menghujat dan mencaci maki saya pikir itu tidak bermanfaat, utamanya membuat capek diri kita sendiri.

Membantu Palestina memang wajib, terlebih Palestina belum sebenarnya merdeka. Tapi harus cerdas dalam membantu, coba kita bayangkan kalau kita menuruti nafsu, melumat Israel atau Yahudi seperti kegeraman banyak orang mendoktrin kita. Lalu apa yang terjadi? Pernahkah Anda membayangkan prosesnya? Seandainya kita anggap mampu menindas Israel, apa bedanya kita(Palestina) dengan Israel yang sekarang? Bukankah kita(Palestina) juga akan dikutuk masyarakat dunia, seperti sekarang ini masyarakat dunia mengutuk Israel? Jadi intinya bukan kehendak untuk memerangi, tapi kehendak untuk menghentikan peperangan, itulah esensi yang terpenting dalam hal mencapai kemerdekaan Palestina.

Serangan Israel kepada Palestina menurut pencermatan saya adalah dimulainya pihak Israel diserang terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang merupakan bagian dari Palestina, sekecil apapun serang itu, sudah cukup alasan bagi Israel untuk bertindak brutal. Dan itu tentu saja dilakukan oleh Israel bukan tanpa perhitungan, karena dengan kerusakan hebat akibat serangan Israel, membuat rakyat Palestina tidak pernah berhenti untuk selalu berbenah diri, akibatnya rakyat Palestina tidak pernah siap berbuat lebih selain hanya berbenah. Jadi bisa jadi serangan yang dilakukan Hamas justru dinanti oleh Israel sebagai alasan untuk memporak-parandakan Palestina. Atau karena menganggap bahwa Pemerintahan Resmi Palestina tidak mampu mengendalikan kelompok-kelompok didalamnya, maka Israel menyerang kebeberapa tempat. Dan itupun tidak menutup kemungkinan akan menyerang tempat apapun yang bahkan sudah ditetapkan oleh PBB sebagai wilayah yang tidak boleh diserang dalam peperangan, misalnya menyerang tempat ibadah, rumah sakit dan lain-lain. Hal yang akan sangat tergantung dari informasi yang didapat Israel, maka jika tempat-tempat tersebut diinfokan merangkap tempat menimbun senjata atau markas militan, pasti akan diserang juga. Itulah sebabnya Rumah Sakit dari rakyat Indonesia yang sudah dibangun dan dikomandani oleh Mer-C semoga tidak diisyukan merangkap sarang militan, karena memang murni untuk Rumah Sakit.

Sekaligus mengingatkan, sebaiknya saluran bantuan dikoordinasikan semacam yang dilakukan oleh Mer-C, karena kalau bantuan akhirnya hanya untuk beli roket, dan ditembakkan ke Israel, ngenesnya selain bisa ditangkis oleh Israel, selebihnya jadi tontonan warga Israel semacam kita nonton peluncuran kembang api di Ancol atau di Monas menjelang tahun baru. Bukankah penyaluran bantuan oleh banyak negara juga dilakukan dengan cara begitu, dikoordinasi sendiri ….. Itulah yang juga terjadi pada bantuan di Aceh ketika terjadi Tsunami dulu.

Jalan terbaik untuk mencapai perdamaian antara Palestina dan Israel menurut saya adalah mengendalikan Hamas untuk tidak menyerang Israel, sehingga tidak ada alasan bagi Israel untuk melakukan serangan yang brutal tersebut. Bagaimana caranya? Jika saja seluruh simpatisan didunia menghentikan bantuan yang disalurkan ke Hamas, justru perdamaian akan segera terjadi. Menghentikan bantuan untuk Hamas bukan berarti menghentikan bantuan untuk Palestina, tapi seperti yang ditulis diatas, penyalurannya harus mirip yang dikomandani Mer-C, implementasi langsung dengan supervisi, supaya tidak dibelikan senjata untuk perang, karena seberapa besarpun bantuan untuk senjata perang, akan diserang terlebih dahulu oleh Israel sebelum menjadi kekuatan yang menakutkannya. Bisa jadi itupulalah sebabnya Amerika selalu mengontrol negara sekitar tidak boleh membuat nuklir, bahkan menghendaki semua negara tidak boleh punya nuklir, tapi Amerika sendiri memproduksinya, dan membiarkan Israel memilikinya. Begitulah kenyataan hukum dunia yang memang tidak pernah adil bukan? Dan yang tidak boleh dilupakan, pedagang senjata itu mirip setan, selalu mengharap peperangan terjadi.

Mengenai pencaplokan wilayah oleh Israel dan lain-lain, bisa ditunda dulu untuk dibicarakan, yang terpenting adalah merdeka dalam arti yang sebenarnya, bersatu seluruh rakyatnya, menjadi anggota PBB dan lain-lain. Lalu sesudah itu melalui jalur PBB baru memperjuangkan hak-hak yang seharusnya. Dalam kasus Palestina ini, begitu menurut pendapat saya, tapi itu tidak akan pernah bisa terwujud jika doktrin “lenyapkan Israel atau Yahudi” tidak dihilangkan. Dan cara militan tidak akan mendamaikan mereka yang sedang berperang, bahkan di negara manapun seandainya itu terjadi. (SPMC SW, Juli 2014)
.
———————-
.
 
Catatan:
Beberapa tahun yang lalu saya pernah jadi pencetus penggalangan dana untuk Palestina, walau lingkupnya sangat kecil, kalau ada pembaca yang kebetulan masih ingat dan ikut berpartisipasi, apa kabar kalian semua? Maaf kalau pembaca yang lain menganggap ini “riya”, walau sebetulnya bukan itu maksud saya, karena saya sebetulnya sudah melupakan kronologi-nya, tahun berapa tepatnya, termasuk berapa banyak nominal yang sempat kami kumpulkan. Siapa tahu artikel ini sensi menurut beberapa orang, bukan tidak mungkin akan menuai caci-maki. Itulah sebab saya memasang bumper setidaknya supaya tahu posisi saya ada dimana. Wasallam… (SW)


(Apakah artikel ini harus saya hapus? Kalau banyak yang menghendaki …. apa boleh buat ….)

No comments:

Post a Comment