(Image source: news.liputan6.com)
Blogspot. Opsi Pilkada Tidak Langsung menang di sidang Paripurna DPR pada dini hari tadi,
karena DPR mengakunya ejawantah rakyat, entah rakyat mana yang gembira
menyambut kemenangan tersebut, sepertinya tidak nampak di
pemberitaan-pemberitaan media, kecuali tentu saja tokoh-tokoh politik Koalisi Merah Putih (KMP) itu sendiri.
Dari Amerika, Pak SBY mengaku kecewa, entah apa maksudnya kalau di
bandingkan dengan yang dilakukan Partai Demokrat walk out di sidang
paripurna tersebut? Padahal banyak yang menganggap, walk out-nya
Demokrat pasti dapat restu SBY? Berarti apakah memang itu strategi atau
titahnya sudah tidak dituruti? Ketika Partai PDIP, PKB dan Hanura
bersedia mengikuti usulan Demokrat, harusnya terjadi voting dua kali,
yang pertama adalah memperjuangkan voting persetujuan usulan dari
Partai Demokrat untuk bisa diterima di sidang paripurna tersebut, tapi
anehnya justru balik badan dan meninggalkan sidang. Terlalu jelas
terbaca bahwa itu menimbulkan persepsi Demokrat justru kaget ketika
mendapat dukungan, masuk akal yang dikatakan tokoh dari PDIP menanggapi
keluarnya partai Demokrat dari sidang Paripurna.
Ketua harian Partai Demokrat Syarief Hasan justru sangat lucu ketika
beralibi usulan Partai Demokrat tidak disetujui tanpa bermaksud
memperjuangkannya, juga mengatakan Ketua Sidang sudah mengetuk palu
yang sempat membuat sidang paripurna “meriah” itu. Kok seperti
kekanak-kanakan gitu, dan kenapa anggota DPR dari Demokrat tidak ikut
protes tentang hal itu? Atau saya kurang cermat melihat?
RUU tentang Pilkada tersebut konon ceritanya sudah dibahas di DPR hampir
3 tahun, tidak perlu dibahas lagi tentang balik kanannya semua partai
yang tadinya menolak setelah kekalahan Pilpres. Yang jadi pertanyaan
rakyat yang merasa hak-nya dirampas, RUU tersebut adalah usulan dari
Pemerintah dan itu berarti kepanjangan tangan dari Demokrat. Jadi
sebetulnya Demokrat justru tetap konsisten, konsisten mendukung secara
lihai kembali ke RUU hasil usulan Pemerintahannya bukan? Sungguh luar
biasa ya, menang tanpa melakukan apapun juga? “Salut atas
ke-lihai-annya.”
Hasil voting yang memenangkan opsi Pilkada oleh DPRD adalah 226
berbanding 135 yang memilih Pilkada Langsung. Sebelum dimulai voting,
seharusnya sudah sangat jelas akan kalah, dan terus terang saya juga
tidak paham kenapa itu dibiarkan tetap berlangsung oleh PDIP? Rasanya
itu adalah hitungan sederhana bukan?
Berpolitik memang harus lihai, dan cepat mengkalkulasi, kalau sudah tahu
pasti kalah, setidaknya jangan biarkan lawan menikmati kemenangan
dengan mudah, syukur kalau bisa buat lawan tidak jadi menang. Ketika
Demokrat walk out, dan Mbak Puan minta waktu 15 menit untuk koordinasi,
dan terlihat juga berkoordinasi dengan Pramono Anung, saya justru
mengharap hasil koordinasinya adalah mengajak PKB juga Hanura dan juga
yang setuju dengan pilihan Pilkada Langsung untuk ikut walk out seperti
yang dilakukan oleh Demokrat. Karena kalau semua pendukung walk out,
berarti tersisa di sidang Paripurna adalah 226 anggota DPR yang setuju
Pilkada oleh DPRD, lalu pertanyaan selanjutnya adalah, apakah sidang
paripurna tersebut menjadi “kuorum” dan sah atau tidak? Bukankah lebih
bagus berpolemik seperti itu dari pada sudah pasti kalah? Siapa tahu
kalau dinyatakan tidak kuorum dan tidak sah, bahasan RUU Pilkada
tersebut akan dilimpahkan ke DPR periode berikutnya? (SPMC SW September 2014)
.
Catatan:
Total Anggota DPR Periode ini adalah 560.
(Image source: www.portalkbr.com)
( 5M ) ~ SPMC = "Sudut Pandang Mata Capung" ~ yang boleh diartikan ~ "Sudut Pandang Majemuk" || MEMPERHATIKAN kebenaran-kebenaran sepele yang di-sepele-kan ; MENCARI-tahu mana yang benar-benar "benar" dan mana yang benar-benar "salah" ; MENYUARAKAN kebenaran-kebanaran yang di-gadai-kan dan ter-gadai-kan ; MENGHARAP kembali ke dasar-dasar kebenaran yang di-lupa-kan dan ter-lupa-kan ; MENOLAK membenarkan hal-hal yang tidak semestinya, menolak menyalahkan hal-hal yang semestinya. (© 2013~SW)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment