Friday, October 3, 2014

"SKENARIO KOMODO VERSI SBY HEBAT" | #TerimakasihSBY

                              (Image source: monster-animal.blogspot.com)

Blogspot. Yang Mulia Presiden SBY menjelang akhir masa jabatannya membuat Perpu untuk “mengikuti” kehendak rakyat, inti isi Perpu “menolak UU Pilkada Tidak Langsung.” Dan Perpu tersebut berlaku jika disetujui oleh DPR, itulah sebab jangan gembira dulu, perhatikan komposisi anggota DPR yang ada sebagai berikut:

10 Fraksi anggota DPR 2014~2019 adalah:

PDIP        : 109 orang *
Golkar     :   91 orang
Gerindra. :   73 orang
Demokrat:   61 orang
PAN.        :   49 orang
PKB.        :   47 orang *
PKS.        :   40 orang
PPP.         :   39 orang
Nasdem.  :   35 orang *
Hanura.   :   16 orang *
——————————

Total:         560 orang


KIH (Koalisi Indonesia Hebat) = 109 + 47 + 35 + 16 = 207 (*)  
KMP (Koalisi Merah Putih) = 91 + 73 + 49 + 40 + 39 = 292

Demokrat = 61

Seandainya KIH ditambah Demokrat jumlahnya menjadi 268, dan itu berarti masih kalah, alias Perpu-nya tidak laku.

Pertanyaannya adalah, masihkah rakyat dan KIH akan tertipu fata morgana, betapa hebat citra SBY, dalam sekejab celoteh twitter mengucapkan “TerimakasihSBY”. Kalau toh pada akhirnya Perpu tersebut tidak berhasil, setidaknya SBY sudah berhasil mengatrol citranya, menggambarkan bahwa sebetulnya beliau sama sejajar dengan keinginan rakyat, betul-betul merakyat! Menginginkan Pilkada Langsung!

Betulkah kenyataannya begitu? Apakah rakyat akan melupakan semua kenyataan sehubungan gonjang-ganjing opsi kemenangan Pilkada Tidak Langsung dan UU MD3? Tapi yang pasti sudah terbukti Demokrat mendapat hadiah atas kemenangan-kemenangan tersebut, mendapat jatah Wakil Ketua DPR.

Kalau Demokrat sebetulnya menghendaki Pilkada Langsung, bukankah sangat aneh ketika membuat usulan RUU tersebut via Mendagri dan kenyataannya selama hampir 3 tahun toh tidak pernah berusaha menarik usulan tersebut. Lalu ketika walk-out di sidang paripurna, itu terlihat sangat jelas mengkondisikan opsi Pilkada Tidak Langsung untuk menang, sekaligus membuktikan bahwa aslinya Demokrat tidak berkehendak untuk Pilkada Langsung. Dan protes rakyat yang menggelora hampir di seluruh Nusantara, justru coba dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menaikkan citra dengan wacana mulai dari pura-pura kecewa sampai menerbitkan Perpu yang juga sudah tahu persis liku-liku perjalanan dan bahkan apa nanti hasilnya.

KIH yang dipimpin PDIP sepertinya akan babak belur sekali lagi, walau secanggih apapun kalau kondisinya seperti saat ini, KIH betul-betul dikerjain habis-habisan, pengkondisian yang hebat, KIH akan dimanfaatkan menaikan citra Demokrat pada umumnya dan SBY pada khususnya.

Usulan saya, sebaiknya KIH jangan terlalu bernafsu menerkam umpan Perpu yang seolah-olah juga memihak KIH, dan itu tidak mudah, karena ketika KIH menolak memberi dukungan, Demokrat akan segera ber-koar-koar KIH utamanya PDIP justru tidak memihak Pilkada Langsung! Bukankah rakyat juga akan ikut menghujat KIH utamanya PDIP?

Seandainya para tokoh KIH segera mencermati keadaan itu, mengutarakan keadaan yang sebenarnya kepada rakyat termasuk hitung-hitungan-nya, bila perlu jumpa pers secara bersama semua ketua partai KIH. Lalu meminta Demokrat mendapatkan dukungan terlebih dahulu dari KMP, minimal dari PAN yang sesama Ketua Partai-nya ada hubungan Keluarga. Karena logikanya, jika Demokrat tidak bisa mendapat dukungan dari KMP untuk meloloskan Perpu, jelas itu adalah skenario sandiwara untuk menaikkan citra pesangon akhir masa jabatan. Dan sangat jelas Demokrat telah ikut KMP secara permanen, salah satu indikator yang tampak nyata adalah, justru Demokrat yang dapat jatah Wakil Ketua DPR, bukannya PPP yang padahal sudah ikut tanda tangan KMP sebagai anggota permanen? Jadi tidak usah terlalu diharapkan lagi tentang apapun dikemudian hari, lebih baik kalau berkoalisi dengan rakyat.

Jika nanti Ketua MPR dikasih jatahnya ke PPP, itu semacam lokir dipapan catur supaya terlihat salah bocornya dokumen bagi-bagi jatah. Tapi kalau tetap didapat Demokrat, setidaknya semacam pengusiran halus PPP yang sudah curiga termasuk yang kesetiaannya dipertanyakan. Kalau PPP keluar dari KMP, semoga KIH tidak menangkapnya, biarkan saja menjadi pemain bebas, toh hal itu juga sudah dikalkulasi oleh KMP suaranya tidak mempengaruhinya. Lagi pula untuk apa lagi kalau saat-saat sudah selesai hajatan besarnya tapi baru datang? Apalagi disuguhi kue Menteri, semoga itu tidak pernah terjadi!

Dan perasaan saya, Perpu tersebut akan kalah karena bukankah Demokrat sudah mendapat jatah Wakil Ketua DPR, apa lagi kalau Senin nanti mendapat jatah Ketua MPR, sebaiknya jangan berterimaksih terlebih dahulu terhadap SBY supaya tidak kecewa. Mereka bahkan mungkin sudah menghitung dengan cermat walau seolah-olah PAN akan ikut Demokrat, tapi kalau voting untuk Perpu yang menang tetap KMP. Itulah taktik hebat bukan lagi sekelas kadal atau buaya, tapi sudah sekelas komodo yang punya tambahan ilmu bunglon. Karena pertanyaan pokoknya adalah, apa iya KMP rela Pilkada Langsung? (SPMC SW, Oktober 2014)
.


Catatan:
Mohon maaf kalau dari Partai Demokrat dan utamanya SBY tidak berkenan artikel ini, karena sejatinya memang saya termasuk yang akan kecewa kalau Perpu ternyata hanya episode akhir sandiwara.


Bukankah hal-hal itu juga dikuatkan dengan data seperti misalnya, apa yang dilakukan oleh SBY terhadap walk-out oleh anggota DPR dari fraksi Demokrat kalau memang itu bukan perintahnya? Termasuk sandiwara-sandiwara yang akan terjadi atas nasib Perpu kali ini.

Walau sebenarnya saya terka episode Perpu kali ini adalah episode “sandiwara-dagelan” terakhir sebelum bongkar panggung karena habisnya kontrak, tidak masalah kalau saya ternyata salah, dan setidaknya tidak kecewa kalau memang episode penutup justru adalah yang paling lucu. (SW)
———————

No comments:

Post a Comment