Saturday, August 23, 2014

HAKIM MK: "MENG-ADA-ADA DAN TIDAK BERDASAR!" || HENTIKAN CITRA BURUK BERLANJUT!

                            (Image source: solopos.com)


Blogspot. Kali pertama resmi JANJI “Siap Menang - Siap Kalah” adalah ketika menanda tangani perjanjian tersebut di KPU setelah penetapan resmi calon dan sebelum masa kampanye dimulai. Lalu JANJI kali ke dua adalah untuk pengumuman resmi KPU pada 22 Juli 2014. Dan JANJI kali ke tiga adalah untuk hasil MK, Kamis, 21 Agustus 2014. Janji-janji pada masa kampanye dan lain-lain tidak perlu kita hitung, terlebih sekarang kalau toh masih ada janji-janji itu, pastinya sudah tidak direken.

Padahal sebelumnya begitu yakin akan kemenangan, tapi anehnya “sebelum” keputusan MK dibacakan, berwacana menggugat PILPRES sampai ke sepeluh lembaga jika MK menolak permohonan Pemohon. Kesepuluh lembaga tersebut adalah: DKPP - MK - BAWASLU - PTUN - MABES POLRI - MA - DPRD - DPR - MPR - OMBUDSMAN. Entah itu sebagai strategi tekanan untuk MK dan DKPP(waktu belum baca keputusan) atau ancaman untuk kubu Capres lawan sebagai daya tawar, atau memang benar akan dilaksanakan? Semoga bukan karena kalap ya …….? Konon “legenda” keputusan akhir MK setebal 4.392 halaman, dan yang dibacakan sekitar 300 halaman, tapi ketika menyimak waktu dibacakan bergantian oleh anggota hakim MK sering terucap kata-kata: “Meng-ada-ada dan tidak berdasar!” Atas banyak hal tentang tuntutan Pemohon, maka sudah dapat ditebak hasil akhirnya. Adakah para pembaca yang juga memperhatikan hal tersebut?

Ketika banyak demonstran mengepung KPU sampai dengan hari pengumuman, diwacanakan “memberi dukungan KPU”, lalu ketika demonstran mengrudug MK, diwacanakan “mengamankan MK”. Silahkan bingung sendiri, bagaimana Anda menilai, memberi dukungan KPU atau memberi tekanan? Mengamankan MK atau justru bermaksud meneror? Kalau yakin menang bukankah seharusnya dirumah masing-masing saja sambil memperhatikan siapa kira-kira yang mengancam KPU atau yang menekan MK? Dan dari usaha itu saja, sebetulnya sudah dapat tergambarkan tentang kebenaran atau kehendak memaksakan kebenaran.

Sungguh pertandingan kali ini adalah pertandingan yang sangat dramatis. Dramatis dalam semua hal, tenaga, emosi, strategi, dan tentu saja biaya tinggi! Setelah pesta/gawe/hajat semacam itu selesai, yang kalah biasanya baru merasa kelelahan apa lagi menyadari perjuangan yang sepertinya sia-sia. Dan …… biasanya diikuti oleh “rentetan” TAGIHAN yang mengagetkan bahwa ternyata biayanya sangat menggunung, semoga semuanya bisa terselesaikan dengan baik, termasuk tidak bisa membayangkan berapa besar jumlah tagihan biaya Pengacara sebanyak itu? Atau siapa tahu gratis karena merasa seperjuangan, alias memperjuangkan keyakinannya juga? Semoga yang ter baik untuk semuanya. Dan tidak ada yang meributkan soal tunggakan tagihan seperti yang gosipnya pernah saya baca selesai pemilu waktu itu.

Berharap tidak diperpanjang lagi wacana gugatan yang direncanakan, selain menyiratkan tidak siap kalah, percayalah semakin berdampak negatif terhadap penggugat kalau hal itu dilanjutkan. Kenapa setelah kalah baru semua gugatan itu akan dilakukan? Bukankah menjadi “oposisi” juga tidak kalah mulianya menurut banyak pengamat yang pro penggugat? Sedang menurut saya, “pro rakyat” adalah sumber kehebatan, tapi pro rakyat adalah lebih mementingkan kepentingan rakyat dari pada ego pribadi dan kelompoknya sendiri. Ayo nanti kita tolak kebijakan yang menyengsarakan rakyat, dan kita dukung kalau bertujuan demi kebaikan rakyat secara bersama. Silahkan pertahankan Koalisi Merah Putih secara permanen asal bertujuan demi kesejahteraan dan keadilan rakyat secara keseluruhan, tapi kalau tetap ngeyel mencari-cari masalah agar lawan terhalang jadi Presiden, cobalah ngaca dulu, instropeksi diri, atau yakinkah prinsipal-nya bukan dijerumuskan semakin dalam, semakin dalam, dan semakin dalam lagi …. sampai terlupa jalan kembali, dan jangan mengeluh kalau akhirnya kalian semua yang menjerumuskan mendapat jatah DI-GRATIS-KAN!  (SPMC SW, Agustus 2014)
.
————————-
.
CATATAN:
Semoga banyak tokoh yang tampak hebat dan cukup vokal lebih mengutamakan Indonesia Raya.

Karena banyak rakyat melihat, semua gugatan yang diwacanakan dan didalihkan, entah itu tentang keabsahan pen-Capres’an, penolakan mundur Gubernur di DPRD dan lain sebagainya, justru sangat gamblang terlihat sangat meng-ada-ada dan menelanjangi diri sendiri untuk tidak siap kalah, apakah tindakan semacam itu yang akan dilakukan sebagai kekuatan penyeimbang untuk pemerintahan yang akan datang? Ayolah jangan mencitrakan keburukan yang justru membuat rakyat tidak bersimpati, apa lagi semua itu didalihkan demi enam puluh juta sekian rakyat pemilihnya. Ingat, jangan lupa efek samping bisa mengadu domba rakyat lho ya, itulah sebabnya STOP saja! (SW)

No comments:

Post a Comment