Sunday, February 19, 2017

"KARTU MATI USAI ELIMINASI PILKADA DKI"


"KARTU MATI USAI ELIMINASI PILKADA DKI"
.
.
Opini Nekat ala #SPMC Suhindro Wibisono
.
Walau blom resmi diumumkan, besar kemungkinan terjadi babak eliminasi untuk Pilkada DKI, melihat kenyataan semua survei hampir serupa hasilnya, maka Paslon No. 1 mengibarkan bendera putih tanda menyerah kalah, syiar legowo menerima kekalahannya sambil mengucapkan terimakasih dan meminta maaf kepada tim sukses dan para pendukung yang sudah memilihnya. Lalu seperti keajaiban di negeri ini, hal semacam itu banyak dimaknai sesuatu yang "ruar biasa", sifat ksatria, patriot, pejuang sejati, dan entah sebutan heroik apa lagi dilabelkan utamanya oleh banyak tokoh petinggi pertai pengusung utama? Lalu saya jadi tanya dalam benak: "MEMANGNYA ADA JALAN LAIN LEBIH ELEGAN SELAIN PERNYATAAN ITU?" Lebai, dan sama lebainya ketika begitu bungah dan berbunga-bunga sampai menjadi headline berita disemua pemberitaan waktu Obama datang dan hanya mengucapkan "Pulang kampung nih, mudik ; Baso... Sate ... Enak..." Itulah rasa haus pujian, "mungkin" secara tidak sadar banyak yang merasa betapa hausnya kita semua diberi pernyataan-pernyataan sentimentil semacam itu.
.
Pertarungan Pilkada DKI memang serasa Pilpres, semua partai sengit bertarung mempertaruhkan kredibilitasnya masing-masing, ibarat main poker (maaf, piye cara mainnya? hhhhh ...) maka usai eliminasi menghasilkan "kartu mati" (KM) di wilayah DKI atas partai DEMOKRAT - PAN - PKB - PPP. Jadi kartu mereka sudah mati lho ya, ya jangan diminta untuk diangkat dan dihidupkan lagi.
.
Seandainya saya boleh menjadi "pembisik" tim sukses Paslon No. 2 (BADJA) maupun pembisik tim sukses Paslon No. 3 (Anies - Sandi), atau seandainya juga boleh menjadi "pembisik" ketua partai tim pendukung Paslon BADJA saja, apalagi boleh akting sejenak memerankan Ahok dalam bersuara untuk menanggapi maraknya status hoax di dumay seolah AHY menyerukan agar pendukungnya memberikan suaranya untuk Paslon BADJA, saya tentu akan bersuara agar "menolak" wacana penggiringan untuk mengikuti selera gosip hoax tersebut. Tidak perlu meminta apalagi merengek ke partai-partai pendukung Paslon No. 1 yang sudah mati kartunya. Tidak perlu mendekati mereka, karena itu ibarat mengangkat KM mereka yang sudah di tengkurepkan dimeja permainan poker untuk dihidupkan kembali. UNTUK APA?
.
Bukankah Pilkada itu dilakukan secara langsung dan hitungan suaranya tergantung pilihan rakyat? Memangnya AHY pasti bisa mengalihkan suara dukungan untuknya dan dipindahkan sesukanya? Jangankan AHY, seluruh ketua partai sekalipun juga tidak akan mampu mengalihkan dukungan rakyat untuk memindahkan kelain Paslon bukan? Memangnya perolehan suara itu seperti nominal rekening tabungan yang bisa ditransfer begitu saja? Engga toh? Jadi lupakan saja, karena menghidupkan KM mereka itu justru masuk jebakan batman. Lebih baik langsung kampanye untuk merebut hati rakyat pemilih, karena memang rakyatlah yang punya suara, bukan ketua partai atau Paslon No. 1 (AHY - Silvy) yang kartunya sudah mati (KM) kalau diibaratkan permainan poker tadi.
.
Sama seperti saya, dan mungkin juga banyak yang lain, saya memilih Paslon itu bukan karena partai atau agamanya, tapi karena individu Paslon tersebut. Jadi sekali lagi semoga Paslon BADJA dan tim pendukungnya tidak sampai masuk jebakan batman meminta dukungan partai yang sudah KM karena eliminasi. Itu akan blunder yang bukan tidak mungkin akan membuat kabur para pendukung sebelumnya karena gregetan. Tahukah Anda, menurut duga saya, membludaknya para pemilih yang tersiarkan lewat banyak video amatiran di dumay yang terkesan Paslon BADJA dicurangi secara sistemik itu, selain memang kuat menyiratkan adanya kecurangan, banyak juga yang terpanggil ikut pemungutan suara karena tokoh individu yang saya duga adalah Cagub Ahok. Sebelum ada tokoh Pak Jokowi dan Pak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) diblantika perpolitikan negeri ini (utamanya di DKI), saya tidak terlalu peduli dengan Pemilu apapun itu, karena sudah bisa ditebak hasilnya, tidak akan mengubah apapun untuk rakyat kebanyakan siapapun pemenangnya. Mereka berdualah (Jokowi-Ahok) yang sejatinya mengubah Indonesia secara dramatis, dan itu semua padahal kuncinya sangat sederhana, TIDAK KORUPSI dan BERANI MENGHENTIKAN KUCURAN KRAN UANG RAKYAT YANG DIKORUPSI.
.
Kenyataan yang kita saksikan saat ini, ketika begitu banyak beredar video-video amatir tentang carut-marutnya pelaksanaan pemungutan suara, kenapa selain Paslon No. 2 tidak terkesan ada yang mengeluh? Atau setelah baca artikel ini akan membuat keluhan agar terkesan juga menjadi korban agar tidak tersudutkan sebagai biang keladi? Sangat ngenes setelah ditelisik seolah kesalahan ada pada calon pemilih dan petugas TPS yang salah tafsir. Tapi kenapa tidak ada yang diberi sanksi? Kalau TPS dinyatakan selesai pkl. 13:00, kenapa yang mulainya siang tidak apa-apa? Dan kenapa semua masalah di TPS-TPS apapun penyebabnya itu, sangat jelas tergambar dan mudah diduga adalah kantong suara yang besar kemungkinan calon pemilih Paslon BADJA? Yakin tidak ada kecurangan sistemik?
.
Dengan kenyataan tersebut, semoga Paslon BADJA dan tim pemenangannya menyadari dan sesadar-sadarnya, bahwa sesuatu kalau sudah terlanjur terjadi akan susah diperbaiki. Sama seperti kejadian apapun didunia, utamanya di negeri ini, paling mentok mereka semua akan membuat pernyataan bahwa kejadian tersebut adalah (semoga) : menjadi pembelajaran ; yang terakhir terjadi ; tidak terulang lagi ; salah paham ; dll. Bukankah maksimal hanya begitu? Kalau hanya resiko maksimal dipecat sebagai petugas TPS, yakin tidak akan terulang lagi? Harusnya penanggung jawab utama (pucuk pimpinan) harus juga mendapat sanksi.
.
Ingat saya beberapa waktu setelah deklarasi pengumuman Paslon, partai pendukung akan mengerahkan anggotanya untuk mengawasi TPS-TPS yang ada di DKI, ingat saya hal itu dinyatakan oleh NASDEM, GOLKAR, PDIP, HANURA. Lalu pada kejadian aroma kecurangan waktu coblosan Rabu, 15 Februari 2017 kemaren itu, mana suara mereka yang ditugaskan? Kenapa yang terdengar nyaring di dumay hanya suara rakyat pemilih? Terus saksi resmi dari partai itu tugasnya apa? Kalau partainya terkesan dicurangi kenapa bukan yang bersangkutan yang membela dan tereak lebih kencang? Ada apa ini? Apakah saksinya juga masuk angin semua? Kemana "TEMAN AHOK" yang begitu populer waktu itu?
.
MENYIKAPI pemberitaan adanya TPS yang 100 persen dimenangkan Paslon BADJA, lalu dihembuskan nuansa terjadi rekayasa karena alibi "kemana suara saksi dari Paslon kompetitor?" Hal semacam itu sudah pernah saya kupas "kemungkinan terjadinya" diartikel ketika terjadi pada Pilpres dulu. Hal 100% itu bisa terjadi karena menyadari bahwa TPS tersebut rakyatnya tidak akan memilih untuk Paslon selain BADJA, sangat mungkin para saksi yang juga mencoblos di TPS itu sengaja ikutan coblos Paslon BADJA atau sengaja coblos kartu suara agar tidak sah, dengan kalkulasi hilang satu dua suara tapi bisa memberi citra Paslon BADJA dicurigai merekayasa (curang), jadi ya cuekin saja, politik memang banyak triknya untuk saling mengakali, jadi yang terpenting tetaplah berlaku jujur, walau lambat pada akhirnya kejujuran itu juga akan sampai kemasyarakat. Itulah alasan penting kenapa Paslon BADJA harus mengirim "tim" pemantau yang lebih kredibel di TPS yang justru merupakan lumbung suara untuk Paslon BADJA.
.
Pada putaran berikutnya yang dijadwalkan 19 April 2017, semoga Paslon BADJA benar-benar memperhatikan saksi-saksi yang dikirim kesetiap TPS yang ada, jangan hanya satu orang bos, sedikitnya tiga orang gitu lho, bukankah saksi tidak harus resmi yang duduk sebagai bagian tim petugas TPS yang ternyata "mandul" dan tidak membela kepentingan Paslon-nya? Untuk TPS-TPS yang diprediksi kantong-kantong tambun suara BADJA, menurut saya setidaknya mengirim saksi "sedikitnya" 5 orang per TPS-nya, dan dipilih yang tangguh dan berani bersuara, tapi juga memahami tata cara pelaksanaan pemungutan suara. Dari sedikitnya 5 orang saksi tersebut, sebaiknya jangan lupa ada yang bagian dokumentasi dengan perlengkapan video recorder untuk penguat kesaksian kejadian jika diperlukan. Lalu semua saksi itu sebaiknya juga membentuk kelompok rayon sesuai wilayah, sehingga kalau terjadi sesuatu yang kelihatannya akan menjadi blunder dan runyam, bisa menghubungi ketua tim rayon yang sudah menyiapkan bala bantuan (stand by) di markasnya.
.
Hayo serius untuk menangkal kejadian yang tidak diinginkan. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah gerilya mendatangi rumah warga sekitar TPS yang kemaren ini terjadi banyak masalah, tanyakan ke warga apakah persiapan untuk mencoblos pada 19 April sudah benar atau memenuhi syarat? Lalu berikan kartu nama tim pembantu untuk advokasi kemana harus menghubungi jika terjadi ada kendala beberapa hari sebelum hari H itu tiba. Sungguh itu membutuhkan kerja tim yang sepertinya simpel tapi penuh tantangan dan harus terkendali dengan baik dan benar, tapi harus ramah terhadap warga calon pemberi suara, jangan sampai waktu mendatangi rumah warga justru dituding mau nyogok atau membeli suara rakyat calon pemilih. Maka sekali lagi saya ingin bilang, akan banyak tantangan!
.
Menurut rasa saya, pemilih Paslon BADJA adalah mereka yang mandiri atau yang telah diuntungkan oleh kebijakan Gubernur DKI selama hampir 5 tahun terakhir ini. Jadi seandainya BADJA kalah, percayalah mayoritas para pemilih tidak akan terkena dampaknya langsung, karena jika kebijakan-kebijakan "Gubernur baru" tidak pro rakyat, sebagian besar mereka para pemilih Paslon BADJA tidak akan merasakan apa-apa. Dalam kata lain, secara individu saya ya tidak mendapat keuntungan secara personal siapapun Gubernurnya, tapi saya ikut kebagian merasakan ketika DKI menjadi lebih baik, entah itu karena tidak banjir, tertata lebih rapi, pelayanan umum tidak ada pungli, angkutan masal lebih murah dan lebih baik, dll. JADI JANGAN RISAU KALAU PASLON BADJA KALAH, hitung-hitung kita bisa manyaksikan dan ikut melihat pembuktiannya apakah benar kredit rumah tanpa DP dan tanpa bunga itu benar bisa terlaksana di DKI? Walau kalkulasinya memang "tidak mungkin", lalu kita juga bisa menyaksikan, kalau tidak terbukti memangnya rakyat bisa apa? Bukankah sangat mudah membuat pernyataan bahwa hal itu tidak disetujui oleh DPRD-nya (karena memang tidak bisa disetujui), kita cukup jadi penonton saja apakah rakyat bisa melengserkan Gubernur yang tidak menepati janji kampanyenya? Bukankah itu sesuatu yang menarik? (#SPMCSW, Sabtu, 17 Februari 2017)
.
.
Sumber gambar:
Kumparan
.
.
CATATAN:
Pembuat artikel sedang tidak bisa masuk facebook sehubungan jaringan internetnya bermasalah, ybs meminta saya untuk bantu mempostingnya. Dan kebetulan saya baca artikelnya, ternyata memang isinya sepemikiran dengan saya. (Elen Soegi)

No comments:

Post a Comment