Friday, October 9, 2015

KESADARAN, "OKNUM" JURU KUNCI NIRWANA






~ KESADARAN, "OKNUM" JURU KUNCI NIRWANA ~
.
(Maaf kalau menurut Anda juru kuncinya adalah Buddha atau Nabi)
.
.
(ATTENTION):
Artikel ini hanya untuk mereka yang merasa selalu dan ingin menjaga kesadarannya. Bagi mereka yang merasa tergolong fanatik, sebaiknya tidak lanjut membaca. Butuh logika yang mumpuni untuk dapat benar memahami. Maaf jika menabrak sekat-sekat nurani anda. Sekali lagi maaf jika Anda juga bosan. (SW)
.
.
Kesadaran Opini | (SPMC) Suhindro Wibisono
.
.
MANUSIA adalah produk Sang Pencipta yang paling HEBAT, itu adalah kepercayaan disemua kepercayaan yang ada, dan memang begitulah kenyataannya. Kenapa manusia "hebat", kerena hanya manusia yang dicipta menyerupai Sang Pencipta, karena manusia bisa menjadi apa saja serupa makhluk ciptaan Sang Pencipta.
.
MANUSIA bisa menjadi malaikat, iblis, juga binatang yang berwujud manusia. Bukankah begitu kenyataan yang sering kita saksikan maupun kita lihat lewat pemberitaan-pemberitaan? Memang manusia sungguh sangat luar biasa, potensinya tidak terbatas, dan itulah sebab saya katakan merupakan ciptaan Sang Pencipta paling hebat!
.
MANUSIA bisa pergi ke bulan sudah bukan suatu hal ajaib untuk dipercayai. Pada lima abad yang lalu, cara-cara ilmiah (mekanik/elektronik) belum diketemukan untuk dapat diimplementasikan, mereka menggunakan kesaktian untuk melakukan hal-hal ajaib menurut ukuran ilmiah, tapi bisa terjadi dan bisa diterima secara rasional walau tidak bisa dibuktikan secara logika ilmiah. Bahkan sampai saat inipun "kesaktian-kesaktian" itu masih banyak diupayakan untuk dilakukan oleh manusia.
.
MANUSIA dianggap sakti karena bisa pergi sholat Jumat di masjid di Mekah, walau khabarnya hanya masuk kamar rumahnya, sepertinya beliau masih hidup di Kalimantan saat ini, dan sering terima tamu orang-orang penting yang datang dari berbagai penjuru dunia karena merasa pernah berkenalan di masjid tempat sholat Jumat. Ada orang Solo yang bisa jalan diatas air pada abad yang lalu, dan peranakan China kelahiran Malang yang musno kisaran tiga perempat abad yang lalu. Itu semua adalah pencapaian karena kehebatan manusia ciptaan Sang Pencipta. Sekarang ini, masih banyak orang melakukan hal-hal yang irasional menurut ukuran saat ini, di India dan di Tibet ada tidak sedikit yang tapa brata bukan lagi hitungan hari, irasional karena menurut ilmu kedokteran orang hanya bisa tahan tidak makan dan tidak minum dalam hitungan hari, tapi kenyataannya mereka ada yang tidak makan dan tidak minum dalam hitungan bulan, bukan seperti puasa yang hanya membalik pola makannya, tapi benar-benar tapa brata tidak makan dan tidak minum dalam jangka waktu yang sangat lama. Dan yang lebih "gila" adalah tetap terjaga kesadarannya. Kalau di NKRI doeloe mungkin banyak yang sakti, sayangnya tujuan kesaktian banyak yang bukan untuk bertemu Sang Pencipta, tapi lebih untuk agar menjadi duk-deng atau sakti mandra-guna agar disegani dan dianggap hebat. Ibarat matahari menyinari siapapun tanpa kecuali, ibarat duit yang berlaku dibelanjakan oleh siapapun pemegangnya, ibarat pendidikan yang diikuti oleh banyak manusia siapapun yang berkemauan pasti bisa, begitu juga ibaratnya pencapaian kesaktian, lalu semua itu berujung di landasan moral manusianya dan hukum alam secara otomatis akan mengadilinya apakah akan mempertemukan dengan Sang Pencipta atau berakhir dengan cerita gemuruh duniawi saja.
.
MANUSIA saat inipun masih banyak yang mengupayakan hal-hal hebat itu, TUJUAN PALING MULIA dari semua kehebatan yang ingin dicapainya adalah agar dapat merasakan kehadiran/berhubungan dengan Sang Pencipta secara langsung ketika masih hidup. Sungguh sangat luar biasa dan menunjukkan betapa dapat merasa berhubungan dengan Sang Pencipta adalah hal yang sangat sulit yang selalu diupayakan oleh banyak orang agar mendapat kedamaian yang sejatinya damai, kebahagian yang sejatinya bahagia, ketentraman yang sejatinya tentram. Karena memang hanya orang-orang yang dikehendakilah yang dapat merasakan kehadiranNya, itu artinya memang orang yang benar-benar terpilih, yang sudah secara otomatis tersaring atas perbuatan dan tingkah laku manusia itu sendiri, dan ternyata tidak mudah.
.
MANUSIA banyak menafsirkan sesukanya apa yang dikehendaki Sang Pencipta, itu pulalah sebab banyak yang jusrtu salah kaprah, bahkan banyak terjadi adalah menganggap Sang Pencipta dapat disogok, itu sungguh kebacut. Tidak perlu dikupas mendalam soal para politisi yang bersumpah ingkari perbuatan atas nama Sang Pencipta ketika diperiksa, lalu setelah diadili menarik-narik semua yang terlibat korupsi berjamaah bersamanya. Bahkan untuk tokoh yang terkenal kehebatannya sekalipun, maaf, saya justru percaya bahwa mereka tidak akan bertemu Sang Pencipta dialam baqa sana. Contoh yang saya maksud seperti misalnya(mungkin) adalah Hitler, Polpot dan banyak pemimpin negara yang menyuruh atau menjadi dalang pembunuhan kepada sesama manusia demi kekuasaannya. Pembunuhan adalah perkara yang tidak mudah diampuni. Lalu bagaimana dengan hukuman mati yang dilakukan oleh negara? Jelas berbeda, karena UU sudah ada terlebih dahulu sebelum yang dihukum mati melakukan kejahatannya. Ketika ada pejabat yang korupsi lalu uang korupsi untuk menyumbang anak yatim, lalu anak yatim diminta mendoakan penyumbang supaya masuk surga/nirwana agar penyumbang dapat bertemu dengan Sang Pencipta, sepertinya koruptor penyumbang berpegang dalil "doa anak yatim akan mudah di ijabah/kabulkan", penyumbang lupa bahwa Sang Pencipta itu mengetahui segalanya atas manusia ciptaannya. Atau sangat mungkin maksudnya Sang Pencipta diajak main akuntansi matematika, dikiranya seratus kejahatannya dapat ditebus dengan seribu kebaikan yang (akan) dilakukan karena dianggap sudah termasuk dendanya, kenapa tidak mengingat bahwa susu sebelanga tidak layak minum ketika sudah dicampur segelas racun! Bahkan susu sebelanga juga tidak layak minum ketika wadahnya saja pernah untuk makanan haram! Kebaikan yang dilakukan dengan modal awal haram, hasilnya juga tetap haram. Apakah Anda akan berdalih akan memisahkan uang haram dengan uang halal hasil keringat sendiri? Seperti yang ditereakkan pesakitan mantan Kepala SKK Migas yang berujar: "Tak serupiahpun uang hasil suap saya gunakan untuk keluarga saya", yang lupa berlogika bahwa hati, pikiran dan tindakan haram yang melakukan adalah sama, yang artinya susu sudah menggunakan wadah dan adukan haram. Hayo silahkan ajarkan pada anak-anak kita agar mereka menjadi generasi yang lebih baik, menjadi manusia yang bisa bertemu dengan Sang Pencipta.
.
MANUSIA saat ini apakah berarti tidak dapat bertemu dengan Sang Pencipta karena tidak sakti? Itulah pula kehebatan manusia yang saya maksud, bahwa ternyata manusia dengan pikiran-pikirannya selalu berusaha mendefinisikan ulang apa kemauan Sang Pencipta agar manusia dapat menemuiNya. Sebetulnya tidak ada yang baru tentang Sang Pencipta, karena sejatinya Sang Pencipta itu sendiri tidak pernah berubah. Sangat mungkin karena keadaan dunianya itu sendiri yang berubah, setiap detik berubah, sehingga perubahan itu mengubah segalanya. Pada era purba adalah era kesaktian, sekarang mayoritas manusia tidak sanggup lagi melakukan hal itu, lalu beralih ke perbuatan yang bermakna "sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk banyak manusia lainnya". Bukankah itu sangat rasional? Bukankah juga sangat sesuai dengan semua ajaran kepercayaan?
.
MANUSIA lalu mengubah budayanya, berbondong-bondong mencari kekayaan agar dapat membantu sesama supaya dapat berjumpa Sang Pencipta, lalu banyak yang keblinger seperti yang sudah saya contohkan diatas, atas pengamatan di NKRI saya "ngawur" menyimpulkan bahwa sangat sedikit yang akan dapat bertemu dengan Sang Pencipta bagi mereka yang berprofesi sebagai Politisi, Penegak Hukum, Pengusaha, Pedagang, Pengacara, atau sangat mungkin tidak lebih dari sepuluh persen jumlah penduduk yang akan dapat bertemu Sang Pencipta. Sepertinya saya termasuk salah satu yang tidak dapat jatah bisa menemui Sang Pencipta, dosa saya terlalu banyak! Apakah berarti saya bermaksud mengatakan bahwa pengampunan itu tidak ada? Ada! Tapi pengampunan yang seperti apa dulu? Ketika kita tahu, sekali lagi "kita tahu" bahwa melakukan sesuatu adalah dosa, baik itu mencuri, korupsi, menipu, merampok, memeras, zinah dengan istri/suami orang, memperkosa, membunuh, fitnah, dan lain-lain. Lalu kita melakukan dosa itu, kemudian kita minta ampun, apakah semudah itu kira-kira akan diampuni? Untuk menebus dosa hal semacam itu, percayalah waktunya tidak sebentar, belum tentu cukup sisa umur Anda untuk menebusnya. Lain halnya kalau Anda tidak tahu sebelumnya bahwa perbuatan yang Anda lakukan adalah perbuatan berdosa.
.
MANUSIA boleh saja beranggapan sudah baik, sudah tobat, tapi Sang Pencipta tidak akan pilih kasih, manusia boleh menunaikan ibadah apapun juga untuk menghapus dosanya, tapi itu bukan syarat utama untuk bisa masuk surga, pengakuan dosa, puasa setiap tahun, pergi menunaikan kewajiban ibadah, baptis, sakramen, ibadah setiap waktu, bukan itu semua tiket ke nirwana. Karena menurut saya, justru itu semua adalah peringatan/ajaran agar kita sebagai manusia selalu ingat untuk berbuat baik dan tidak tergoda berbuat dosa dengan melanggar perintah-perintahnya. Lalu coba bayangkan, ketika Anda puasa memohon ampun segala dosa yang sudah Anda lakukan, lalu Anda ulangi lagi dan bermaksud akan meminta ampun lagi untuk puasa berikutnya, apakah logika semacam itu dapat diterima saja oleh siapapun? Bukankah kalau itu terjadi pada hukum dunia justru Anda akan dihukum lebih berat karena melakukan pelanggaran yang pernah Anda lakukan sebelumnya? Apakah karena Sang Pencipta itu maha pengampun maka kita berlogika akan selalu diampuni? Jangan salah kaprah!
.
MANUSIA sangat sering merasa tidak puas, tapi itulah cikal bakal kemajuan dan juga perubahan, ada yang menganggap bahwa kehidupan di dunia adalah tempat untuk belajar, belajar berbuat baik, maka ketika belum dinyatakan baik, akan kembali lagi belajar, terus belajar sampai lulus dan berjumpa Sang Pencipta. Silahkan renungkan, kenapa dia yang dilahirkan sebagai anak raja, anak jutawan, kenapa dia hebat, lebih kaya, lebih pandai, menjadi terkenal, dan sebagainya, kenapa bukan saya yang menjadi salah satunya? Apakah itu semua kebetulan? Bukankah tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini? Berbuatlah baik, SELALU SADAR untuk berbuat baik, maka Anda akan naik kelas, akan segera berjumpa dengan Sang Pencipta, atau setidaknya tidak sengsara, karena Anda tidak bisa memilih untuk dilahirkan menjadi anak siapa dan dimana? Dan itu semua atas usaha "kesadaran" Anda sendiri. Ingat sekali lagi, tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini, jangan sia-siakan hidup Anda agar dapat mencapai yang lebih baik, semuanya sudah dinilai dengan program secara otomatis oleh Sang Pencipta, program yang jauh lebih canggih dari semua program komputer yang pernah dan akan dibuat oleh manusia, Anda boleh tidak percaya dengan perputaran kehidupan, tapi berbuat baik itu lebih ringan dan tidak menguras energi, serta menentramkan hati, kebahagiaan sejati adalah perbuatan yang membahagiakan orang lain dan membahagiakan orang lain tentu saja dengan perbuatan baik bukan?
.
MANUSIA sepertinya selalu ingin enaknya sendiri, kalau bisa maunya "HIDUP KAYA RAYA MATI MASUK SURGA/NIRWANA", itu adalah sesuatu yang bagus, tapi bagaimana prosesnya Anda mendapatkan kekayaan itu? Lalu apa alasannya Anda punya tiket masuk surga? Renungkanlah, kekayaan itu ibarat susu sebelanga, proses mendapatkan kekayaan halal adalah kejujuran, racun atau wadah bekas makanan haram adalah adanya ketidak jujuran. Lalu kalau semua makanan yang Anda makan selama bertahun-tahun adalah hasil dari campuran sesuatu yang terlarang, apakah yakin Anda masih layak mendapat tiket masuk nirwana untuk dapat bertemu Sang Pencipta? Untuk para pejabat di negeri ini disemua lini dan tingkatan, berapa gaji Anda? Apakah semua harta yang Anda miliki yakin dibeli hanya dari uang gaji yang halal? Untuk para pengusaha, apakah Anda tidak pernah berbuat curang demi keuntungan yang Anda inginkan? Apakah tidak pernah mengurangi berat timbangan? Saya sering kali melihat berita banyak pembuat mie menambahkan bahan-bahan berbahaya dalam mie produknya, menambahkan bahan pengawet untuk pembuat produk-produk makanan lainnya, dan sebagainya. Kebiasaan atau pembiaran atas kecurangan, bahkan dosapun akan terlupakan kalau itu dilakukan tiap hari, sementara peraturan Sang Pencipta tidak pernah berubah, lalu Anda akan terkejut di pengadilan akherat nanti. Apakah salah prediksi saya bahwa hanya kisaran sepuluh persen penduduk negeri ini yang bisa berjumpa dengan Sang Pencipta? Termasuk yang manakah Anda? (SPMC SW, Jumat, 9 Oktober 2015)
.
.
NOTES:
Berjumpa Pencipta adalah masuk Surga/Nirwana.
Apapun kepercayaan Anda, hayo terus menjaga "kesadaran" agar ingat untuk selalu berbuat baik. (SW)
.
.
Sumber gambar:
kunsbalai.blogspot .com

No comments:

Post a Comment