Monday, August 3, 2015

“AHOK “COPYCAT” BANDUNG BONDOWOSO BUAT CANDI DALAM SEMALAM”






“AHOK “COPYCAT” BANDUNG BONDOWOSO BUAT CANDI DALAM SEMALAM”
.
Uneg-uneg OPINI | (SPMC) Suhindro Wibisono.
.
(JANGAN BERI TANGGAPAN KALAU BLOM KELAR BACA ARTIKELNYA)
.
Ketika kumpul dengan para sahabat di meja makan restoran di Bintaro Xchange setelah sebelumnya kami menggeruduk kediaman Ibu Linda salah satu teman yang memang tinggal di daerah Bintaro, seperti biasa kami kongkow ngalor-ngidul tanpa konsep, mulai cerita zaman bahuela ampe cerita buka-bukaan kartu masing-masing, sampai akhirnya cerita tentang AHOK Gubernur DKI Jakarta yang fenomenal itu.
.
Kalau sudah cerita kearah situ, biasanya banyak yang mengalah, dan memberi kesempatan kepada saya, karena mereka tahu saya suka menulis tentang Ahok, saya katakan mereka "mengalah" karena sejatinya memang ada yang lebih tahu dari saya tentang Ahok, atau setidaknya ada yang lebih dekat. Lha saya ketemu dengan Ahok saja belum pernah, sementara teman saya malah sudah ada yang photo sama Ahok dalam suatu pertemuan.
.
Setelah saya katakan kehebatan-kehebatan Ahok seperti yang sering saya tuliskan dalam artikel, lalu saya katakan "Saya tahu rahasia Ahok kenapa dia JUJUR". ~ "Emang kenapa ??" Mulai banyak yang penasaran mempertanyakan hal itu, tentu saja kami harus menjaga intonasi suara yang mulai agak seru karena kami memang berada di dalam restoran yang juga banyak pengunjungnya walau memang kami ber-sepuluh sudah diposisi mojok, padahal rombongan kami hanya separo dari jumlah yang siang tadinya kumpul makan-makan juga, pokoknya itu hari minggu yang khusus untuk menambah berat badan.
.
"Emang kenapa mas, bikin penasaran saja", salah satu nada tanya yang saya comot untuk tuliskan disini. Lalu saya terangkan, "Rahasianya ada di tanggal lahir Ahok." Mulai deh semakin seru ..... dan pastinya lebih berisik, "sst .... sst ... sst .... ya udah bersambung saja supaya kita bisa kumpul-kumpul lagi, jangan kasih tahu sekarang mas, hayo kita tentukan kapan ngumpul lagi" ..... dan masih banyak celotehan yang semakin seru, ada yang nyeloteh .... "mulai klenik nih ~ hong sui - hong sui ~ wah pakai ilmu perbintangan, ramalan, dll" yang mirip-mirip gitu .... Karena memang waktu itu posisi kami sudah selesai makan.
.
"Oke oke, supaya saya tidak punya beban, jawabannya adalah singkat, karena tanggal lahir Ahok sama dengan tanggal lahir saya." Wouw wo wo , makin riuh lah mereka, "emang tanggal berapa?" Kebetulan ada yang ingat tanggal lahir saya, "emang Ahok tanggal lahirnya tanggal segitu? narsis lhu, promosi nih ye, jadi mau bilang kalau sendirinya juga jujur gitu?, nasibnya yang beda banget, ...huuu ... huuu...." ah semakin hingar bingarlah mereka ..... begitulah keriuhan itu, dan kami semua suka keriuhan kecil, yang penting jangan dimasukkan dalam hati, just intermezo.
.
Ketika melihat berita Ahok marah di "Jakarta Book & Edu Fair", saya belum pernah lihat hal serupa dilakukan oleh Gubernur sebelumnya, diminta meresmikan justru menghimbau agar tidak dikunjungi, saya suka gaya Anda Pak Gubernur DKI Jakarta! Harusnya yang malu bukan hanya para haters, selain Bang Ali Sadikin dan sebentar oleh Jokowi yang layak kita acungi jempol, para Gubernur sebelumnya mestinya juga malu kalau punya kepekaan yang sama. Maaf kalau ada perbedaan sudut pandang, dan anggap saya salah berpendapat, tapi beda tidak masalah ya, jangan masukkan dalam hati.
.
Ahok sedang memperjuangkan anggaran (APBD) DKI, besar kemungkinan untuk tahun inipun serapannya akan kurang maksimal, seperti yang sudah pernah saya kupas dalam artikel lain, kejujuran harus dilumpuhkan, karena mengganggu kemapanan para koruptor yang sudah lebih setengah abad bercokol di negeri ini, bahkan itu sudah jadi budaya, dan dianggap wajar, bahkan dianggap lihai bagi yang mampu memperkaya diri dengan cara yang tidak mau dipikirkan bahwa sebetulnya itu tidak halal, atau malah dianggap sudah takdirnya menjadi kaya raya, kenapa harus peduli lebih jauh lagi, karena terbukti bukankah negeri ini masih tetap ada walau rakyatnya memang banyak yang tidak sejahtera? Sebodo amat, yang penting aku dan sejawatku kaya raya, yang penting tiap tahun aku bersedekah pada rakyat yang miskin dan papa, bukankah aku akan tampak hebat dan di-elu-elukan? Bukankah aku akan terkenal sangat dermawan? Begitulah cara pikir para koruptor, dan ngenesnya mereka itu luarbiasa bukan main terlalu amat sangat buannyaak sekali jumlahnya, itulah mengapa dikatakan sudah membudaya. Jadi yang aneh itu justru yang diluar mainstream, dan itulah termasuk salah satunya yang menonjol adalah Ahok. Yang masih sedang diupayakan untuk terus dijegal sebagai Gubernur, dan salah satunya adalah agar penyerapan anggaran sangat sedikit, dan itu semua hanya bisa dilakukan oleh bawahan Gubernur sendiri.
.
Ketika hanya ada satu kucing yang paling garang sekalipun di masukkan kedalam gudang yang penuh dengan tikus-tikus gendut, dapatkah anda membayangkan apa yang akan terjadi? Beruntung perumpamaan itu tidak realita terjadi, karena yang dianggap kucingnya adalah Ahok yang JUJUR~CERDIK~BERANI~PEDULI, berilah kesempatan Ahok membuat perubahan kepada Indonesia dengan mencontohkan pada DKI, juga Pak Presiden untuk NKRI yang punya visi serupa, keduanya punya rintangan yang sangat berat, Presiden utamanya menghadapi partai-partai, karena tanpa partai tidak mungkin ada Presiden Jokowi, dan juga beberapa Pemimpin Daerah yang juga terkenal bersih. Itulah sebab ayo kita bantu Ahok mumpung masih bisa lewat jalur independen, walau memang tidak mudah mengumpulkan sejuta copy KTP warga DKI, tapi bukan sesuatu yang mustahil bukan? Dan bagi mereka yang tidak sependapat, atau yang tidak menginginkan Ahok jadi Gubernur lagi, itu boleh dalam alam demokrasi, hanya pesan saya, bagi pembenci AHOK jangan keluhkan lagi apa yang akan terjadi pada periode-periode berikutnya, jangan sesali kalau korupsi meraja-lela lagi di DKI. Silahkan gadaikan kebencian SARA demi pendapat “haram hukumnya bagi muslim yang memilih kafir sebagai pemimpin”, pendapat yang dikutip dari Quran sama yang dipahami oleh para pendiri Bangsa tapi nyatanya membolehkan siapa saja warga negara ini untuk jadi Pemimpin Bangsa. Itulah bunyi konstitusi kita, konstitusi yang menjadi acuan kita untuk berbangsa dan bernegara di NKRI sini. Jadi menurut saya, pendapat haram yang sering di tereakkan itu, apakah tidak sebaiknya diberlakukan di negara yang menganut azas muslim dalam konstitusinya? Apakah saya salah? Mohon pencerahannya. Karena setiap warga negara di NKRI sini, masih menurut konstitusi, mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Jadi mohon jangan bicara mayoritas atau minoritas lagi kalau ingin memberi tanggapan, karena sebetulnya itu sudah tidak relevan, kita adalah Indonesia, bukankah begitu kata-kata penting dalam Sumpah Pemuda?
.
Apakah anda pernah dengar cerita tentang adanya 8000 lebih jabatan di Pemprop DKI, lalu sudah dirampingkan menjadi 6000 lebih oleh Ahok, sekaligus membasmi “tikus-tikus” yang sudah sangat ndablek, semua jabatan sekarang berpatok’an MELAYANI rakyat, hampir semua kena gusur karena merasa bingung oleh ulah Ahok yang sangat luar biasa. Kalau tadinya jabatan dianggap sebagai anugrah yang luar biasa empuk dan hampir tidak ada beban, sekarang jabatan di Pemprop DKI sekaligus merupakan beban tanggung jawab yang harus dibuktikan kepada masyarakat. Kinilah saatnya transisi itu, masa yang amat sulit bagi mereka yang sudah biasa dilayani menjadi melayani. Semua pejabat Pemprop yang diangkat harus tanda tangan surat perjanjian kerja yang berisi apa tanggung jawab dan capaian yang diharapkan, maka konsekwensinya harus mundur kalau tidak becus mencapai target tersebut, itulah jangan heran kalau bongkar pasang akan sering terjadi, dan semua itu demi pelayanan terhadap masyarakat DKI dan penyelamatan APBD. Lalu terjadilah hiruk pikuk disemua lini, perlawanan tiada henti, pekerjaan yang hampir mustahil untuk dilakukan oleh hanya seorang Gubernur tanpa tekad baja, itu sungguh pekerjaan “gila”, bukan hanya dituntut JUJUR, tapi harus BERANI, CERDIK, dan syukur Ahok juga PEDULI pada rakyat kebanyakan. Itupun juga akan menuai cemooh: “gitu saja kok dianggap fenomenal, macet masih, banjir masih”, padahal sudah berapa Gubernur malah tidak becus memperbaiki DKI, dan coba bandingkan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Ahok? “GILANYA”, Ahok membenahi semua lini! Demi memberantas korupsi, menjaga APBD DKI dari garong, Ahok yang awalnya dimusuhi semua bawahannya sendiri, masih juga menghadapi musuh yang seharusnya bertugas membantu mengawasi APBD itu sendiri. Kini setelah banyak pejabat Pemprop DKI diganti, sangat mungkin musuhnya sedikit berkurang karena sudah menemukan pejabat-pejabat yang lebih bermartabat karena menghalalkan apa-apa yang memang halal. Tapi itu baru sedikit. Jadi apakah pekerjaan yang luar biasa itu harus dihentikan? Semuanya terserah kita warga DKI, karena memang kedaulatan ada ditangan rakyat. Maaf saya hanya sekedar mengutarakan pandangan.
.
Kalau masih ada waktu untuk jabatan Gubernur bagi Ahok, saya usulkan pada masa yang akan datang test masuk untuk jadi karyawan Pemda DKI agar mengalami perubahan yang sangat mendasar, bukan lagi atas dasar KKN atau titipan seperti yang sering kita dengar sebelumnya, tapi benar-benar test yang bermartabat, karena memang mencari orang-orang hebat yang bukan hanya bertugas membebek atasannya, mencari orang yang memang kredibel, diberi gaji yang juga bisa sebaik gaji karyawan swasta bahkan melebihinya, dan dalam jumlah orang secukupnya. Sehingga betul-betul merubah wacana, bahwa menjadi karyawan Pemda itu punya gengsi tinggi karena bukan karena KKN, bukankah sering kita dengar kalau suatu divisi atau apalah itu istilahnya, SKPD, Dinas-dinas, Badan-badan, Inspektorat Daerah, lembaga-lembaga daerah lain, mungkin semacam departemen di pemerintahan pusat, jika pemimpinnya orang Jawa maka mayoritas juga akan diisi karyawan orang Jawa, kalau Batak juga diisi mayoritas Batak dan seterusnya. Carilah orang-orang terbaik Pak Gubernur, ciptakan greget, jadi karyawan Pemda DKI itu tidak gampang karena memang bukan gampangan dan memang tidak mudah untuk bisa jadi karyawan Pemda DKI dan yang pasti bukan karena ras atau karena warna kulit, tapi atas dasar kompetensi sesuai kebutuhan.
.
Pak Ahok, tentang biaya gratis untuk anak sekolah, seandainya Anda mau coba mempertimbangan usulan saya begini: Semua siswa sekolah negeri DKI adalah gratis, utamanya negeri, karena julukannya saja sudah sangat jelas “negeri” berarti itu menjadi tanggung jawab Pemerintah bukan? Kalau kurang .... ya bikin lagi sekolahnya, atau kalau ada sekolah yang bukan negeri tapi minta dibiayai, ya kalau bisa di luber jadi negeri saja. Gratis sebaiknya diberikan kepada semua murid di sekolah negeri, tidak peduli itu anaknya orang kaya atau anaknya orang miskin. Karena menurut saya, dalam segala lini kehidupan berbangsa dan bernegara, yang namanya peraturan atau UU mestinya ya diberlakukan secara setara, dan pakai aturan yang bisa diterima oleh semua kalangan dengan tidak membedakan. Karena bagi mereka yang jadi anaknya orang kaya, bukankah itu berarti ortunya juga sudah membayar pajak lebih besar dari yang ortunya miskin? Jadi apa salahnya kalau mereka juga menerima bea siswa itu? Dalam hal BPJS yang “diributkan” haram/halal kemarin dulu oleh MUI, saya juga berpendapat begitu (gratis untuk seluruh rakyat yang sudi)
. Justru kesetaraan itulah yang penting, kesetaraan sama-sama tidak ada yang merasa bayar dan seterusnya. Lalu jangan berikan uang lewat bank kepada siswa untuk biayanya. Tapi langsung kesekolah, jadi setiap awal pelajaran baru, tiga hari pertama yang biasanya untuk ospek atau masa perkenalan itu, dihapuskan saja, karena memang itu tidak ada gunanya, hampir setiap manusia itu punya naluri penyesuaian diri yang mengagumkan, jadi tidak butuh lagi masa perkenalan atau masa penyesuaian diri yang sudah hampir pasti seperti masa “penjajahan” oleh yang senior terhadap yuniornya. Masa awal itu sebaiknya untuk membagikan semua kebutuhan sekolah secara gratis, hari pertama untuk anak SD kelas 1 dan 2, juga SMP kelas 1, juga SMA kelas 1, hari ke 2 untuk anak SD kelas 3 dan 4, juga SMP kelas 2, juga SMA kelas 2, dstnya. Selain pembagian buku dan alat tulis, termasuk pembagian Sepatu dan Baju seragam. Saya kok pikir itu lebih mengena dari pada dibagikan lewat bank diberikan nominalnya. Karena bukankah dengan begitu Pemerintah bisa lebih punya daya tawar terhadap produsen pembuat pelengkapan sekolah? Bukankah pembelian dalam jumlah banyak logikanya akan mendapat harga yang lebih murah dari pada setiap murid harus beli sendiri-sendiri padahal itu juga pakai duit yang bersumber sama?
.
Pemilihan orang-orang jujur untuk pengawasan pelaksanaan program tersebut tentu saja penting, dan bukankah Pak Ahok sudah semakin banyak menemukan orang-orang semacam itu di Pemprop DKI, juga dengan sistem manajemen yang terus diperbaiki, saya yakin Bapak Gubernur dapat mengatasi itu. Lalu ditambahkan lagi dibentuknya sistem manajemen untuk anak-anak wajib sekolah, sekali lagi WAJIB sekolah. Itu berarti membutuhkan perangkat desa yang terbawah, seperti misalnya para Lurah yang harus menguasai wilayahnya masing-masing. Mereka bisa mengkoordinir RW dan RT masing-masing wilayahnya, setiap kelurahan harus menguasai data kependudukan warganya, maka jika ada anak yang memasuki usia sekolah, kelurahan wajib memberikan surat pemberitahuan kepada ortu anak tersebut bahwa anaknya wajib sekolah, disekolah terdekat wilayahnya. Maka jika ternyata anaknya tidak disekolahkan, maka ortunya bisa dihukum karena dianggap melangar peraturan pemerintah. Dan seterusnya yang bermaksud begitu yang saya yakin banyak yang memahami maksud penulisan artikel saya.
.
Begitu juga kalau ingin membuat sekolah unggulan, misalnya sekolah unggulan untuk tingkat SMP maupun SMA / SMK, sebaiknya juga diadakan di wilayah masing-masing, jadi ya setidaknya ada di 5 wilayah DKI, jadi murid bisa masuk kesekolah tersebut sesuai dengan domisilinya. Tapi test masuk kesana juga harus sesuai karena memang namanya saja sekolah unggulan, jadi bukan karena atas kemampuan bayar uang pangkal, karena memang sekolahnya gratis. Percayalah Pak Gubernur, itu akan menciptakan manusia-manusia hebat untuk masa depan Bangsa ini, dan DKI punya peranan memberi contoh yang sangat hebat. Begitu uneg-uneg saya, maaf kalau ngaco, maklum namanya juga uneg-uneg. (SW, Senin, 3 Agustus 2015)
.
.
Sumber gambar:
ahok .org

No comments:

Post a Comment