Friday, February 7, 2014

ARTI "KEMANUSIAAN" VERSI AUSTRALIA


                                            (Image source: jakartagreater.com)




blogspot. Mengusik sanubari ketika mengetahui berita ditemukannya sekoci canggih diwilayah Indonesia, sekoci berwarna orange mencolok yang anti tenggelam, tanpa kemudi. Ternyata sekoci tersebut bermuatan banyak manusia imigran dari berbagai negara. Terlebih ketika penumpang dari sekoci tersebut "sempat ada" yang merekam bahwa sekoci itu diseret oleh kapal Australia dan "dibuang" untuk terbawa ombak laut. Bukan main .......

Sungguh susah menyikapinya kejadian tersebut. Tapi kalau boleh mereka-reka kejadiannya, mungkin begini versi saya. Imigran-imigran tersebut menurut banyak berita yang kita dengar selama ini, bisa nyampai Aussie karena dibawa oleh orang Indonesia yang tergiur bayaran lumayan untuk "menyelundupkan" mereka ke sana. Apakah karena hal itu sehingga pihak Aussie "mengirim" kembali para imigran tersebut ke Indonesia dengan kemasan sekoci canggih?

Sekoci canggih tersebut tentulah tidak murah harganya, tapi Aussie rela 'membuang' sekoci tersebut. Kebijakan praktis dan sangat realistis, dari pada dipusingkan oleh para imigran yang sangat mungkin mereka pikir akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk menanganinya, yang bisa jadi jika dihitung dari segala sudut, akan jauh lebih mahal dari pada harga sekoci tersebut. Terutama masalah sosial yang mengikutinya.

Tapi dengan apa yang telah dilakukan Aussie, bisakah Indonesia mempermasalahkan hal itu? Atas dasar kemanusiaan, apakah pantas apa yang mereka lakukan? "Membuang" banyak manusia kelaut untuk dibawa ombak tanpa dikendalikan(?), bagaimana kalau ternyata sekoci tersebut sangat lama terombang ambing ditengah laut dan kehabisan makanan/minuman, bagaimana dengan kebutuhan MCK-nya, bagaimana kalau ada yang sakit? Masih banyak 'bagaimana' yang lain kalau mau mempertanyakan atas dibuangnya "Paket Sekoci Imigran" tersebut, termasuk extrimnya kemungkinan "kanibal" untuk saling memangsa jika terjadi kelaparan dalam sekoci yang konon berukuran 8X5 meter itu.

Beranikah Indonesia membawa(melaporkan) ke Mahkamah Hukum(Pengadilan) Internasional atas kejadian "Paket Sekoci Imigran" itu? Bukankah tanda buktinya sudah cukup? Apalagi kalau rekaman video-nya juga ada, terutama waktu kapal Aussie menarik sekoci untuk melepaskannya supaya terkirim ke Indonesia.

Terlepas dari itu semua, sepertinya tindakan tersebut menggambarkan bagaimana Aussie menjaga wilayahnya. Bahkan kalau memang cerita tersebut benar, apapun bisa dilakukan untuk menjaga ketentraman negaranya. Kalau toh kita tidak setuju dengan apa yang dilakukan, setidaknya semangat untuk menjaga "kebaikan" negaranya perlu kita contoh bukan?

Untuk pembelajaran dan efek jera, seharusnya kita memberi hukuman yang berat bagi warga negara sendiri yang melakukan penyelundupan, dalam kasus ini, adalah penyelundupan terhadap para imigran sehingga masuk ke Indonesia dan juga termasuk mereka yang membantu para imigran menuju negara lain. Karena tindakan tersebut jelas tidak mencintai negara-nya sendiri, dan penalti tersebut belum terdengar gaungnya, sehingga kejadian tersebut akan terus berulang bukan?

Jadi ingat tentang berita penyelundupan lain yang juga dilakukan oleh mereka yang sangat pasti tidak mencintai negaranya sendiri, dan yang tidak jelas bagaimana penanganannya oleh negara, yaitu penyelundupan(import) limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Lalu tidak diambil oleh importir-nya dan menjadi barang tidak bertuan di gudang cargo pelabuan. Berita tersebut dulu pernah saya dengar, dan tidak jelas lagi bagaimana penanganannya, jangan-jangan negeri ini dijadikan tempat sampah oleh negara-negara maju.

Tentang limbah B3, kenapa kita tidak belajar dari negara lain, apakah kasus tersebut tidak pernah dialami oleh negara lain? Lalu apa yang mereka lakukan? Sebaiknya kita mencontoh negara maju untuk menanganinya. Atau .....secara sederhana, kalau kita mengirim barang/surat via pos, lalu alamat tujuannya tidak ditemukan, bukankah barang tersebut dikirim kembali ke-sipengirim? Apakah kasus itu tidak bisa dilakukan terhadap limbah B3?  Atau karena alasan klasik "tidak ada biayanya" untuk re-export?

Pasti ada jalan lain kalau berkehendak, bahkan bila perlu harus dibuatkan peraturannya kalau memang belum ada. Atau apakah ada "permainan" pihak petugasnya? Ternyata mencintai negeri sendiri tidak sesederhana yang diucapkan, harus dibarengi oleh tindakan dan yang penting tidak menerima sogok'an bukan? (SPMC SW, Februari 2014)

Catatan :
Saya tentu sangat bersalah "JIKA" ternyata kejadian tentang sekoci orange tidak seperti yang saya ceritakan, untuk itu mohon maaf terhadap Aussie, dan artikel ini layak dihapus.

Tentang limbah B3, konon kabarnya, penerimanya dibayar sangat mahal untuk ukuran kita. Wasalam ......
(SW)

No comments:

Post a Comment